Analisis Sensitivitas 89.17 31.65 59.89 66.36 HASIL DAN PEMBAHASAN

yang berasal dari hasil penjualan log dan karbon. Pada tingkat suku bunga diskonto 10, NPV atau keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 175,71 milyar dengan BCR 1,65. Adapun pada tingkat suku bunga diskonto 12 dan 14, NPVnya masing-masing sebesar Rp 86,32 milyar dan Rp 26,88 milyar, dengan BCR 1,35 dan 1,12. Pada Gambar 13 disajikan jumlah keuntungan atau NPV proyek perdagangan karbon yang terdiri dari keuntungan hasil penjualan log dan penjualan karbon Rp milyar pada tingkat harga karbon 4 USD per tCO 2 e dan suku bungan diskonto 12. Gambar 13 Keuntungan dari proyek perdagangan karbon pada tingkat harga karbon 4 USDtCO 2 e dan suku bungan diskonto 12

5.7. Analisis Sensitivitas

Dari keenam skenario yang menghasilkan kredit karbon, skenario-1 memiliki NPV pemanfatan kayu dan kompensasi karbon terendah. Untuk itu, guna menggambarkan tingkat kepekaan finansial terhadap berbagai perubahan komponen biaya, maka analisis sensitivitas dilakukan terhadap skenario-1 yang dianggap dapat mewakili skenario lainnya pada tingkat harga kompensasi karbon 4 USD per tCO 2 e. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan, meskipun terjadi perubahan pada komponen biaya transaksi sebesar 20 maupun harga kayu log sebesar 15,4, Baseline Rp 117.85 M Skenario 1 Rp 136.12 M Skenario 2 Rp 154.30 M Skenario 3 149.07 M Skenario 4 Rp 147.33 M Skenario 5 Rp 155.29 M Skenario 6 164.04 M Tdk menebang Rp 86.32 M 117.85 104.47

86.47 89.17

102.41 88.93

73.64 31.65

67.83 59.89

44.92 66.36

90.41 86.32 Kayu Karbon proyek karbon di hutan produksi PT SSS tetap layak untuk dijalankan. Pada Tabel 33 tampak sangat jelas, perubahan biaya transaksi sebesar 20 naik atau turun dampaknyanya sedikit sekali terhadap NPV yakni hanya bergeser sekitar 4,46 hingga 7,02 saja, sedangkan perubahan harga log sangat nyata pengaruhnya terhadap NPV. Pada tingkat suku bunga 10 dan harga kayu log bergerak 15,4 naik menjadi Rp. 1.500.000,-m 3 atau turun menjadi Rp. 1.100.000,-m 3 mampu meningkatkan atau menurunkan NPV sebesar 60,05. Pada tingkat suku bunga 12 dan 14, perubahan harga log akan mengakibatkan pergeseran NPV berturut-turut sebesar 67,13 dan 74,91. Dengan demikian, NPV lebih peka terhadap perubahan harga log dibandingkan dengan perubahan biaya transaksi. Dengan kata lain, perubahan harga log, selain akan berpengaruh nyata terhadap pendapatan UM dari hasil penjualan kayu bulat, juga berdampak besar terhadap perolehan nilai kompensasi dari proyek karbon. Tabel 33 Analisis sensitivitas proyek perdagangan karbon pada skenario-1 harga karbon 4 USD per tCO 2 e Suku bunga diskonto Harga kayu log NPV BCR Biaya transaksi Tetap Naik 20 Turun 20 10 Tetap NPV 188.52 180.11 197 BCR 1.21 1.2 1.22 Naik NPV 301.72 293.31 310.13 BCR 1.32 1.31 1.34 Turun NPV 75.32 66.91 83.73 BCR 1.09 1.08 1.1 12 Tetap NPV 144.25 136.12 152.38 BCR 1.19 1.18 1.2 Naik NPV 241.09 232.96 249.22 BCR 1.3 1.29 1.32 Turun NPV 47.41 39.28 55.54 BCR 1.06 1.05 1.08 14 Tetap NPV 112.52 104.62 120 BCR 1.17 1.15 1.18 Naik NPV 196.81 188.91 204.7 BCR 1.28 1.27 1.3 Turun NPV 28.23 20.33 36.12 BCR 1.04 1.03 1.06 Berdasarkan uraian di atas perihal analisis finansial proyek perdagangan karbon, tampak dengan jelas bahwa berbagai kombinasi praktik PHL yang diformulasikan ke dalam 6 macam skenario pemanfaatan kayu, memberikan keuntungan finansial yang cukup signifikan sehingga proyek perdagangan karbon tersebut layak dikembangkan. Merujuk pada nilai keuntungan total yang tertera pada Gambar 13 di atas, dapat dinyatakan bahwa skenario dengan JPT terkecil, dalam hal ini skenario-6, akan menghasilkan kredit karbon terbesar sehingga memberikan keuntungan finansial total dari proyek perdagangan karbon juga terbesar. Pada skenario-6 keuntungan dari hasil penjualan kayu memang berkurang karena berkurangnya JPT, namun pengurangan keuntungan tersebut kemudian terkompensasi oleh keuntungan hasil penjualan karbon yang nilainya jauh lebih besar, sehingga total keuntungan dari hasil penjualan kayu dan karbon melebihi skenario PHL lainnya yakni Rp 164,04 milyar selama proyek atau sekitar Rp 5,47 milyar per tahun. Berdasarkan hasil analisis ini, maka jika UM PT SSS akan terjun ke dalam penyelenggaraan karbon hutan atau proyek perdagangan karbon melalui skema REDD+ dan mengharapkan keuntungan yang maksimum, maka skenario-6 patut dipertimbangankan untuk dijadikan acuan dalam pemanfaatan kayu.

5.8. Periode Pulih Stok Karbon Tegakan LOA