yang berasal dari hasil penjualan log dan karbon. Pada tingkat suku bunga diskonto 10, NPV atau keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 175,71 milyar
dengan BCR 1,65. Adapun pada tingkat suku bunga diskonto 12 dan 14, NPVnya masing-masing sebesar Rp 86,32 milyar dan Rp 26,88 milyar, dengan
BCR 1,35 dan 1,12. Pada Gambar 13 disajikan jumlah keuntungan atau NPV proyek
perdagangan karbon yang terdiri dari keuntungan hasil penjualan log dan penjualan karbon Rp milyar pada tingkat harga karbon 4 USD per tCO
2
e dan suku bungan diskonto 12.
Gambar 13 Keuntungan dari proyek perdagangan karbon pada tingkat harga karbon 4 USDtCO
2
e dan suku bungan diskonto 12
5.7. Analisis Sensitivitas
Dari keenam skenario yang menghasilkan kredit karbon, skenario-1 memiliki NPV pemanfatan kayu dan kompensasi karbon terendah. Untuk itu,
guna menggambarkan tingkat kepekaan finansial terhadap berbagai perubahan komponen biaya, maka analisis sensitivitas dilakukan terhadap skenario-1 yang
dianggap dapat mewakili skenario lainnya pada tingkat harga kompensasi karbon 4 USD per tCO
2
e. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan, meskipun terjadi perubahan pada
komponen biaya transaksi sebesar 20 maupun harga kayu log sebesar 15,4,
Baseline Rp 117.85
M Skenario 1
Rp 136.12
M Skenario 2
Rp 154.30
M Skenario 3
149.07 M Skenario 4
Rp 147.33
M Skenario 5
Rp 155.29
M Skenario 6
164.04 M Tdk
menebang Rp 86.32 M
117.85 104.47
86.47 89.17
102.41 88.93
73.64 31.65
67.83 59.89
44.92 66.36
90.41
86.32
Kayu Karbon
proyek karbon di hutan produksi PT SSS tetap layak untuk dijalankan. Pada Tabel 33 tampak sangat jelas, perubahan biaya transaksi sebesar 20 naik atau
turun dampaknyanya sedikit sekali terhadap NPV yakni hanya bergeser sekitar 4,46 hingga 7,02 saja, sedangkan perubahan harga log sangat nyata
pengaruhnya terhadap NPV. Pada tingkat suku bunga 10 dan harga kayu log bergerak 15,4 naik menjadi Rp. 1.500.000,-m
3
atau turun menjadi Rp. 1.100.000,-m
3
mampu meningkatkan atau menurunkan NPV sebesar 60,05. Pada tingkat suku bunga 12 dan 14, perubahan harga log akan
mengakibatkan pergeseran NPV berturut-turut sebesar 67,13 dan 74,91. Dengan demikian, NPV lebih peka terhadap perubahan harga log dibandingkan
dengan perubahan biaya transaksi. Dengan kata lain, perubahan harga log, selain akan berpengaruh nyata terhadap pendapatan UM dari hasil penjualan kayu bulat,
juga berdampak besar terhadap perolehan nilai kompensasi dari proyek karbon.
Tabel 33 Analisis sensitivitas proyek perdagangan karbon pada skenario-1 harga karbon 4 USD per tCO
2
e
Suku bunga diskonto
Harga kayu log
NPV BCR
Biaya transaksi Tetap
Naik 20 Turun 20
10 Tetap
NPV 188.52
180.11 197
BCR 1.21
1.2 1.22
Naik NPV
301.72 293.31
310.13 BCR
1.32 1.31
1.34 Turun
NPV 75.32
66.91 83.73
BCR 1.09
1.08 1.1
12 Tetap
NPV 144.25
136.12 152.38
BCR 1.19
1.18 1.2
Naik NPV
241.09 232.96
249.22 BCR
1.3 1.29
1.32 Turun
NPV 47.41
39.28 55.54
BCR 1.06
1.05 1.08
14 Tetap
NPV 112.52
104.62 120
BCR 1.17
1.15 1.18
Naik NPV
196.81 188.91
204.7 BCR
1.28 1.27
1.3 Turun
NPV 28.23
20.33 36.12
BCR 1.04
1.03 1.06
Berdasarkan uraian di atas perihal analisis finansial proyek perdagangan karbon, tampak dengan jelas bahwa berbagai kombinasi praktik PHL yang
diformulasikan ke dalam 6 macam skenario pemanfaatan kayu, memberikan keuntungan finansial yang cukup signifikan sehingga proyek perdagangan karbon
tersebut layak dikembangkan. Merujuk pada nilai keuntungan total yang tertera pada Gambar 13 di atas, dapat dinyatakan bahwa skenario dengan JPT terkecil,
dalam hal ini skenario-6, akan menghasilkan kredit karbon terbesar sehingga memberikan keuntungan finansial total dari proyek perdagangan karbon juga
terbesar. Pada skenario-6 keuntungan dari hasil penjualan kayu memang berkurang karena berkurangnya JPT, namun pengurangan keuntungan tersebut
kemudian terkompensasi oleh keuntungan hasil penjualan karbon yang nilainya jauh lebih besar, sehingga total keuntungan dari hasil penjualan kayu dan karbon
melebihi skenario PHL lainnya yakni Rp 164,04 milyar selama proyek atau sekitar Rp 5,47 milyar per tahun. Berdasarkan hasil analisis ini, maka jika UM
PT SSS akan terjun ke dalam penyelenggaraan karbon hutan atau proyek perdagangan karbon melalui skema REDD+ dan mengharapkan keuntungan yang
maksimum, maka skenario-6 patut dipertimbangankan untuk dijadikan acuan dalam pemanfaatan kayu.
5.8. Periode Pulih Stok Karbon Tegakan LOA