Selain ekosistem hutan hujan dataran rendah, di dalam areal PT SSS juga dijumpai ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan mangrove, dan ekosistem muara
sungai. Ekosistem hutan rawa terletak di desa Tiniti, yaitu di hulu Sungai Simabae, sedangkan ekosistem hutn mangrove berada di kawasan Tanjung
Bulanbalu. Di hutan rawa air tawar ditemukan sagu Metroxylon sagu, sebagiannya hasil budidaya masyarakat sebagai sumber pangan. Di dalam
komunitas mangrove yang banyak tumbuh di sekitar muara sungai ditemukan jenis-jenis: bakau Rhizophora apiculata, R.mucronata, tancang Bruguiera
gymnorrhiza, pedada Sonneratia alba, nipah Nypa fruticans, dan teruntum Lumnitzera littorale. Jenis lainnya yang juga tumbuh di sekitar muara sungai
adalah nibung Oncosperma tigillaria, durian Durio carinatus, dan beringin Ficus benjamina. Keberadaan pohon durian dan beringin ini bernilai ekonomis
bagi penduduk karena menyediakan nektar bagi pakan lebah madu. Selain jenis- jenis tersebut, beberapa jenis pohon lainnya yang bernilai tinggi serta saat ini
dimanfaatkan masyarakat, antara lain: durian toktuk Durio carinatus, teigeilug Baccaurea lanceolata, asam kandis Garcinia dioica, cempedak hutan
Artocarpus sp., rotan Calamus sp. dan Daemonorops sp., dan gaharu Aquilaria malaccensis Fakultas Kehutanan IPB 2009.
3.7. Kondisi Satwa Liar
Di dalam areal PT SSS dijumpai beberapa jenis satwa liar mamalia yang tergolong langka, endemik Pulau Sibaerut, terancam punah atau hampir punah
berdasarkan kriteria IUCN serta telah dilindungi undang-undang Pemerintah RI dan masuk di dalam Appendix CITES. Jenis-jenis satwa liar mamalia penting
beserta statusnya adalah: 1.
Hylobates klossii Miller, 1903 atau Bilou dengan status Vulnerable IUCN, Appendix I CITES, dilindungi PP No.71999 dan endemik
P.Siberut; 2.
Macaca pagensis Miller, 1903 atau Bokoi dengan status Critical Endangered IUCN, Appendix II CITES, dilindungi PP No.71999 dan
endemik P.Siberut;
3. Presbytis potenziani Bonaparte, 1856 atau Joja dengan status Vulnerable
IUCN, Appendix I CITES, dilindungi PP No.71999 dan endemik P.Siberut;
4. Nasalis concolor Miller, 1903 atau Simias concolor atau Simakobu dengan
status Endangred IUCN, Appendix I CITES, dilindungi PP No.71999 dan endemik P.Siberut Fakultas Kehutanan IPB 2009.
3.8. Potensi Tegakan
Berdasarkan data hasil IHMB Tahun 2010, kerapatan rata-rata per hektar untuk seluruh jenis pohon berdiamater 10 cm ke atas adalah 375,22 btgha
dimana sebanyak 31,27 di antaranya adalah dari kelompok meranti. Kerapatan pohon per kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat
diketahui bahwa potensi rata-rata per hektar pohon berdiameter 10 cm ke atas adalah 216,33 m
3
ha dengan potensi tertinggi terdapat pada kelas diameter 50 cm ke atas yaitu 128,11 m
3
ha dengan volume rata-rata per pohon sebesar 5,52 m3pohon, sedangkan pada kelas diameter 60 cm ke atas potensinya 106,90
m3ha dengan volume rata-rata per pohon 7,25 m
3
pohon.
Tabel 5 Kerapatan rata-rata per hektar beserta potensinya hasil IHMB 2010
Jenis pohon Kelas diameter
10-20cm 20-30cm
30-40cm 40-50cm
60 up 50 up
Jumlah N btgha
N btgha Nbtgha Nbtgha Nbtgha Nbtgha
Meranti 67.78
20.05 13.13
4.12 8.82
12.26 117.34
Rimba Camp 148.17
37.92 17.83
7.22 5.09
9.47 220.61
Kayu Indah 0.56
0.15 0.01
0.13 0.14
0.86 Kayu
Dilindungi 27.41
3.73 3.1
0.83 0.71
1.34 36.41
Jumlah btgha
243.92 61.85
34.07 12.17
14.75 23.21
375.22 Potensi
m3ha 22.22
21.57 25.73
18.69 106.90
128.11 216.33
Volphn m3ph
0.09 0.35
0.76 1.54
7.25 5.52
Sumber: RKU PHHK-HA pada Hutan Produksi Berbasis IHMB periode tahun 2012-2021 PT Salaki Summa Sejahtera 2011
3.9. Sosial Ekonomi