11, landai 8-15 34, agak curam 15-25 paling luas yaitu 39, curam 25-40 sebanyak 14, dan sangat curam 40 hanya sedikit yaitu 2.
Jenis tanah yang paling luas di areal kerja PT SSS adalah ultisol podsolik merah kuning sebanyak 37, selanjutnya jenis oxisol latosol 32,
dan sisanya adalah jenis aluvial sebanyak 31. Jenis tanah ultisol tergolong peka terhadap erosi tanah. Dari segi status kesuburan tanahnya, tingkat kesuburannya
bervariasi dari rendah hingga sedang PT SSS 2009.
3.4. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson atau Af-Am Koppen, areal kerja PT SSS beriklim basah tipe A, yaitu iklim tropis dengan
curah hujan tanpa bulan kering yang merata sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Secincin-Padang Pariaman data pengukuran
Sikakap diperoleh nilai Q = 2,65 dan IH Intensitas Hujan = 18,24 mmhh, dengan curah hujan rata-rata sebesar 386,21 mm per bulan dengan tingkat
minimum yang terjadi pada bulan Juni 269,4 mm per bulan dan maksimum pada bulan November 478,3 mm per bulan PT SSS 2009.
3.5. Penataan Areal Kerja
Areal kerja PT SSS terdiri atas empat bagian yang dipilah-pilah sesuai fungsinya masing-masing. Keempat bagian tersebut adalah: kawasan lindung,
areal tidak efektif untuk produksi, kawasan sosial, dan areal efektif untuk produksi. Pemilahan keempat bagian tersebut tersaji pada Tabel 4. Areal efektif
yang luasnya 35.939 ha terdiri atas hutan primer 447 ha, non-hutan 2.734 ha, dan LOA 32.758 ha, sehingga dengan menghilangkan non-hutan maka luas areal
efektif untuk produksi adalah 33.205 ha.
3.6. Kondisi Vegetasi
Kondisi penutupan lahan pada areal kerja PT SSS dengan luas total 47.605 ha terdiri dari hutan primer seluas 455 ha 0,96, hutan bekas tebangan
LOA 42.457 ha 89,19 dan areal tidak berhutan NH 4.693 ha 9,86.
Tabel 4 Penataan Areal kerja PT Salaki Summa Sejahtera
No. Peruntukan Areal
Luas Keterangan
Ha 1.
Kawasan Lindung 8.818
18,52 -Sungai dan sempadan sungai
2.441 5,13 Sungai besar
-Sempadan pantai 387
0,81 -Zona penyangga TN Siberut
1.620 3,40 Lebar 500 m dari batas
HL sdh tatabatas -KPPN
3.333 7,00
-Lereng E =40 1.037
2,18 2.
Areal Tdk Efektif 1.411
2,96 -Petak Ukur Permanen PUP
600 1,26
Bukan pengurang areal efektif seluas 500 ha
-Tegakan Benih 577
1,21 -Sarana prasarana
734 1,54
Sekitar 2 dari areal efektif
3. Kawasan Sosial
1.437 3,02
4. Areal Efektif 5-1-2-3
35.939 75,49
5. Luas Total
47.605 100,00
Sumber: RKU PHHK-HA pada Hutan Produksi Berbasis IHMB periode tahun 2012-2021 PT Salaki Summa Sejahtera 2011
Areal hutan primer berada di bagian selatan Blok Sotboyak dekat kawasan penyangga Taman Nasional Siberut. Areal LOA sebagian besar
merupakan areal ex PT Tjirebon Agung. Berdasarkan hasil survei IHMB, potensi tegakan LOA tersebut secara umum masih cukup baik, dimana potensi tegakan
LOA bagian barat Blok Tiniti relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bagian timur Blok Malancan.
Formasi hutan di areal kerja PT SSS merupakan hutan hujan tropika dataran rendah lowland tropical rain forest yang didominasi jenis-jenis anggota
suku Dipterocarpaceae terutama dari marga Dipterocarpus keruing dan Shorea meranti. Oleh karena itu tipe hutan demikian biasa juga disebut sebagai Hutan
Dipterokarpa Campuran Dipterocarps mixed forest. Jenis-jenis Dipterokarpa yang dominan dan bernilai komersial tinggi antara lain: Dipterocarpus elongatus
Korth. koka, Dipterocarpus hasseltii Blume garau, elagan, Dipterocarpus retusus Blume mong, dan Shorea pauciflora King katuka.
Selain ekosistem hutan hujan dataran rendah, di dalam areal PT SSS juga dijumpai ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan mangrove, dan ekosistem muara
sungai. Ekosistem hutan rawa terletak di desa Tiniti, yaitu di hulu Sungai Simabae, sedangkan ekosistem hutn mangrove berada di kawasan Tanjung
Bulanbalu. Di hutan rawa air tawar ditemukan sagu Metroxylon sagu, sebagiannya hasil budidaya masyarakat sebagai sumber pangan. Di dalam
komunitas mangrove yang banyak tumbuh di sekitar muara sungai ditemukan jenis-jenis: bakau Rhizophora apiculata, R.mucronata, tancang Bruguiera
gymnorrhiza, pedada Sonneratia alba, nipah Nypa fruticans, dan teruntum Lumnitzera littorale. Jenis lainnya yang juga tumbuh di sekitar muara sungai
adalah nibung Oncosperma tigillaria, durian Durio carinatus, dan beringin Ficus benjamina. Keberadaan pohon durian dan beringin ini bernilai ekonomis
bagi penduduk karena menyediakan nektar bagi pakan lebah madu. Selain jenis- jenis tersebut, beberapa jenis pohon lainnya yang bernilai tinggi serta saat ini
dimanfaatkan masyarakat, antara lain: durian toktuk Durio carinatus, teigeilug Baccaurea lanceolata, asam kandis Garcinia dioica, cempedak hutan
Artocarpus sp., rotan Calamus sp. dan Daemonorops sp., dan gaharu Aquilaria malaccensis Fakultas Kehutanan IPB 2009.
3.7. Kondisi Satwa Liar