Pelaksanaan REDDREDD+ di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup REDD+ Pada tahun 2005, pembahasan terfokus hanya kepada ‟pengurangan emisi dari deforestasi‟ reducing emissions from deforestation atau RED. Namun ternyata di beberapa negara berkembang, masalah degradasi hutan lebih besar dibandingkan dengan deforestasi, untuk itu pencegahan degradasi hutan avoid forest degradation secara resmi disetujui dalam COP-13 di Bali sehingga RED berubah menjadi ’reducing emissions from deforestation and forest degradation‟ atau REDD Wertz-Kanounnikoff dan Angelsen 2009. Pada tahun 2008, dalam pertemuan di Poznan, Polandia, dihasilkan konsesus bahwa kegiatan REDD diperluas menjadi REDD+. Menurut UNFCCC, REDD+ adalah serangkaian pendekatan kebijakan dan insentif positif dalam rangka mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peran konservasi hutan, pengelolaan hutan lestari, dan peningkatan cadangan karbon hutan di negara-negara berkemba ng. Dengan demikian, tanda “+” mengandung pengertian: peningkatan cadangan karbon hutan, berupa regenerasi dan rehabilitasi hutan, penguranganpencegahan degradasi, pengurangan emisi, dan penyerapan karbon. Untuk itu dalam REDD+ terdapat tiga macam perubahan, yaitu: 1 deforestasi, yang bermakna luas areal hutan berkurang, 2 degradasi, yaitu kerapatan karbon berkurang, dan 3 regenerasi dan rehabilitasi hutan, yaitu kerapatan karbon meningkat Angelsen 2009. 2.2. Pelaksanaan REDDREDD+ di Indonesia Proses pelaksanaan REDDREDD+ di Indonesia diawali dengan membentuk Indonesian Forest-Climate Alliance IFCA sebelum berlangsungnya COP-13 di Bali tahun 2007. Aliansi ini merupakan suatu forum komunikasi, koordinasi, dan konsultasi bagi sekelompok ahli yang bergerak di bidang kehutanan dan perubahan iklim di Indonesia, terutama untuk menganalisis praktek skema REDD di Indonesia. Menindaklanjuti hasil COP-13 di Bali, Indonesia melalui IFCA telah menetapkan Road Map REDD Indonesia REDDI yang terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1. Fase PersiapanReadiness tahun 2007sebelum COP-13 untuk penyiapan perangkat metodologi atau arsitektur dan strategi implementasi REDDI, komunikasikoordinasikonsultasi stakeholders, termasuk penentuan kriteria untuk pemilihan lokasi pilotpercontohan, 2. Fase PilotTransisi 2008-2012: menguji metodologi dan strategi, dan transisi dari non-market fund-based ke mekanisme pasar market mechanism, 3. Fase Implementasi Penuh dari 2012 atau lebih awal tergantung perkembangan negosiasi dan kesiapan Indonesia, dengan tata cara rules and procedures berdasarkan keputusan COP dan ketentuan di Indonesia. Indonesia pada COP-15 di Kopenhagen, Denmark pada 2009 berkomitmen menurunkan emisi GRK Indonesia sebesar 26 dengan kemampuan sendiri dan dapat bertambah menjadi 41 bila ada kerja sama internasional pada tahun 2020 yang akan datang. Sejalan dengan target pengurangan emisi karbon sebesar 26 pada tahun 2020 tersebut, Kementerian Kehutanan telah menetapkan Delapan Kebijakan Prioritas 2010-2014, salah satu kebijakan prioritasnya adalah Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan Masripatin 2010. Pada 26 Mei 2010 di Oslo, Pemerintah RI dan Kerajaan Norwegia telah menandandatangai LoI Letter of Intent berisi kesepakatan kerjasama dalam penurunan emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan REDD+. Dalam kesepakatan itu Pemerintah Norwegia akan memberikan dana sebesar satu milyar dollar AS kepada Pemerintah RI guna mengimplementasikan semua kesepakatan dalam LoI yang seluruhnya berkaitan dengan upaya pelaksanaan REDD+. Salah satu kewajiban dalam LoI tersebut bagi RI adalah melakukan moratorium terhadap semua perijinan baru untuk konversi lahan gambut dan hutan alam selama dua tahun tahun 2011-2013. Sejak penyelenggaraan COP-13 di Bali Pemerintah RI c.q. Kementerian Kehutanan sangat giat mengembangkan perangkat hukum yang terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di antara perangkat tersebut terdapat empat Peraturan Menteri Kehutanan yang telah resmi diundangkan, yaitu: 1. Permenhut No. P.68Menhut-II2008, tertanggal 11 Desember 2008 tentang Penyelengaraan Implementasi dari Kegiatan Demonstrasi Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan REDD. 2. Permenhut No. P.30Menhut-II2009, tertanggal 1 Mei 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan REDD. 3. Permenhut No. P.36Menhut-II2009, tertanggal 22 Mei 2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan danatau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. 4. Permenhut No. P.20Menhut-II2012, tertanggal 23 April 2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan.

2.3. Pengelolaan Hutan Lestari PHL