Pendugaan Stok Karbon akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan

a. Biomassa pohon. Proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan, b. Biomassa tumbuhan bawah, yang meliputi semak belukar yang berdiameter 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan dan gulma, c. Nekromassa, yaitu massa dari bagian pohon yang telah mati, d. Serasah, meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah. 2. Karbon di dalam tanah, meliputi: a Biomassa akar dan b Bahan organik tanah Hairiah dan Rahayu 2007. Melalui proses fotosintesis, CO 2 di udara diserap tumbuhan dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan dan akhirnya ditimbun dalam batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tumbuhan disebut proses sekuestrasi atau penyimpanan karbon C-sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tumbuhan hidup biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 di atmosfer yang diserap tumbuhan Hairiah dan Rahayu 2007. Yang dimaksud dengan sekuestrasi karbon carbon sequestration adalah proses pengikatan CO 2 di atmosfer oleh tumbuhan berklorofil melalui fotosintesis kemudian menyimpannya dalam bentuk biomassa di berbagai bagian tumbuhan. Adapun rosot karbon carbon sink adalah media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik, vegetasi hutan, laut, dan tanah CIFOR 2009.

2.10. Pendugaan Stok Karbon akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan

Terdapat lima gudang karbon carbon pools yang harus diukur untuk menduga besaran emisi dari deforestasi dan degrafdasi hutan. Kelima kantong karbon tersebut adalah: 1 biomassa di atas permukaan tanah, 2 biomassa di bawah permukaan tanah, 3 serasah, 4 kayu mati nekromassa, dan 5 karbon organik tanah Ravindranath Ostwald 2008. Adapun penentuan gudang karbon mana yang akan diukur dalam rangka memantau perubahan kandungan karbon sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor GOFC-GOLD 2009 berikut: 1 Ketersediaan sumber dana, 2 Ketersediaan data, 3 Kemudahan dalam pengukuran, 4 Nilai potensi perubahan dalam gudang karbon, dan 5 Prinsip kehati-hatian. Metode yang paling praktis di dalam pendugaan emisi cukup hanya dengan menghitung biomassa di atas permukaan tanah. Meskipun begitu, untuk proses degradasi yang diakibatkan oleh pembalakan dan kebakaran hutan, maka gudang karbon lainnya seperti nekromassa dan serasah perlu juga diukur IIPCC 2003 dalam Murdiyarso et al. 2008. Untuk berbagai formasi atau tipe hutan, pendugaan kepadatan biomassa hanya didasarkan kepada biomassa pohon berdiameter ≥ 10 cm sebagai batas diameter terendah yang diukur dalam kegiatan inventarisasi hutan alam Brown 1997. Apabila pohon ditebang, maka karbon dalam kayu akan menuju ke tiga bentuk simpanan karbon baru, yaitu: kayu mati, produk-produk kayu, dan atmosfer. Dalam kaitan ini timbul beberapa kondisi seperti: 1. Pada semua kasus, deforestasi dan degradasi mengakibatkan penurunan jumlah cadangan karbon pada pohon hidup. 2. Secara alami, degradasi hutan akan diikuti proses pemulihan. Adanya tekanan dari aktivitas manusia atau perubahan lingkungan akan menghambat pertumbuhan pohon. 3. Pengurangan cadangan karbon pada pohon, akan meningkatkan jumlah kayu mati, produk-produk kayu, atau segera teremisi ke atmosfer, 4. Kayu-kayu mati selanjutnya akan mengalami pelapukan dekomposisi dalam rentang waktu tertentu, atau terbakar, 5. Produk-produk kayu setelah melewati rentang waktu tertentu akan melapuk, dibakar, atau menjadi rongsokan dan dikubur, 6. Ketika deforestasi terjadi, pohon-pohon akan diganti dengan vegetasi selain pohon seperti rumput-rumputan atau tanaman pertanian. Pada bentuk penggunaan lahan yang baru ini, biomassa tanaman dan karbon tanah lebih rendah, terutama bila dikonversi ke tanaman semusim Pearson et al. 2009 dalam GOFC-GOLD 2009 . Mengkombinasikan pengukuran perubahan luas areal hutan dengan nilai kepadatan karbon dapat menduga besarnya emisi bersih dari perubahan hutan. Tingkat atau level emisi yang dilepaskan sebagai akibat dari perubahan tataguna lahan, tidak hanya tergantung kepada tipe hutan, tetapi juga kepada perubahan yang lebih spesifik. Misalnya konversi hutan tropika menjadi areal penanaman kacang kedelai, jagung atau padi akan menghasilkan emisi 60 lebih banyak dibandingkan konversi hutan menjadi kebun sawit Miles et al. 2008 dalam Wertz-Kanounnikoff et al. 2008. Metode penghitungan GRK versi IPCC terbaru meliputi dua pendekatan untuk menduga perubahan simpanan karbon Brown dan Braatz 2008 dalam Wertz-Kanounnikoff et al. 2008, yaitu: a. Pendekatan Perbedaan Simpanan Stock-difference approach Metode ini menduga perbedaan cadangan karbon di suatu gudang karbon carbon pool tertentu pada dua titik waktu. Pendekatan ini sangat cocok untuk memperkirakan emisi yang disebabkan baik oleh deforestasi maupun degradasi hutan, dan dapat digunakan pula untuk seluruh gudang karbon. ΔC = C t 2 - C t 1 t 2 - t 1 keterangan : ΔC = perubahan simpanan karbon tahunan ton Cth ΔC t 1 = simpanan karbon pada t 1 ton C ΔC t 2 = simpanan karbon pada t 2 ton C

b. Pendekatan Bertambah dan Berkurang Gain-loss approach