Dampak Kegiatan Pemanenan Kayu

3. Eksploitasi berlebihan terhadap hasil hutan non-kayu dan kayu bakar yang biasanya akan diikuti oleh aktivitas penggembalaan. Hal tersebut akan menghambat regenerasi permudaan alam. Situasi ini umumnya berlangsung di kawasan hutan tropika kering. 4. Invasi jenis tumbuhan asing atau eksotik alien or exotic species invation ke dalam areal hutan terdegradasi yang akan menghambat pertumbuhan hutan secara alami. Tumbuhan eksotik yang memiliki kemampuan mengganti jenis tumbuhan asli dan mudah berkembang biak tersebut akan mempercepat proses degradasi hutan baik secara alami ataupun dengan campur tangan manusia GOFC-GOLD 2009. 5. Pembuatan arang, penggembalaan, dan perladangan berpindah GOFC- GOLD, 2008 dalam Murdiyarso et al. 2008.

2.6. Dampak Kegiatan Pemanenan Kayu

Kegiatan pemanenan kayu secara langsung akan mengurangi simpanan karbon melalui pembuatan jalan sarad dan TPn, penebangan pohon, dan penyaradan. Aktivitas penebangan pohon memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya emisi karbon dan berperan dalam menurunkan cadangan karbon di atas permukaan tanah minimal 50. Di hutan tropis Asia penurunan cadangan karbon akibat aktivitas pemanenan kayu berkisar antara 22-67, di Indonesia diperkirakan 38-75 Lasco 2002. Tingkat kerusakan tegakan tinggal sangat dipengaruhi oleh intensitas tebangan Elias 2001; Indriyati 2010; Wayana 2011. Tingkat kerusakan berat akibat pemanenan adalah tingkat kerusakan yang mampu mematikan pohon pada tegakan tinggal umumnya tinggi, yaitu 47,49 di PT Sarpatim, Kaltim Wayana 2011, 67,74 di PT Salaki Summa Sejahtera, Sumbar Indriyati 2010 dan 82,12 di PT Narkata Rimba, Kaltim Elias 2001. Kegiatan penebangan pohon per hektar di PT Sarpatim menimbulkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebesar 8,72. Untuk setiap penebangan satu batang pohonha mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebanyak 1,21 batang pohonha atau setara dengan setiap penebangan 1 m 3 ha mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal sebesar 0,14 m 3 ha Wayana 2011, sedangkan pada setiap penebangan satu batang pohonha di PT Salaki Summa Sejahtera mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebanyak 0,88 batang pohonha Indriyati 2010. Aktivitas penyaradan di PT Sarpatim menimbulkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebesar 4,40 dari total seluruh kerusakan pohon yang diakibatkan oleh penyaradan. Setiap penyaradan satu batang pohonha mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebanyak 0,62 batang pohonha atau setara dengan setiap penyaradan 1 m 3 ha mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebesar 0,06 m 3 ha Wayana 2011. Sedangkan kegiatan penyaradan di PT Salaki Summa Sejahtera mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal sebesar 10,27 atau 7,89 pohonha Indriyati 2010. Selain menimbulkan kerusakan pada tegakan tinggal, penyaradan kayu juga menciptakan keterbukaan hutan akibat pembuatan jalan-jalan sarad. Keterbukaan hutan akibat pembuatan jalan sarad per hektar pada plot penelitian di PT Sarpatim seluas 0,10 ha atau 10,19 dari luas plot penelitian Wayana 2011. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Indriyati 2010 di PT. Salaki Summa Sejahtera seluas 905,77 m 2 plot atau 0,091 haplot 9,32 dan hasil penelitian Elias 2001 di Kaltim seluas 872,5 m 2 plot. Adapun luas 1 plot penelitian adalah 1 ha.

2.7. Periode Pulih Stok Karbon Tegakan Tinggal