Skenario Kebijakan METODOLOGI PENELITIAN

simulasi. Prosedur validasi yang digunakan adalah Root Mean Squares Error RMSE. 3. Peramalan dilaksanakan untuk periode 2012-2035 yang akan menghasilkan angka-angka peramalan pada baseline. 4. Shock dilakukan dengan merubah variabel eksogen yang merupakan bentuk dari implementasi skenario kebijakan, yang akan menghasilkan angka-angka ramalan yang menunjukan dampak dari skenario kebijakan tersebut. 5. Selanjutnya dilakukan analisis dampak dengan memperbandingkan angka- angka pada baseline dengan angka ramalan skenario kebijakan. Dalam penelitian ini diajukan lima skenario kebijakan yang disingkat SK lihat Lampiran 7. Skenario kebijakan satu SK1 dan skenario kebijakan dua SK2 adalah skenario kebijakan yang berhubungan dengan penetapan formula harga minyak mentah. Sebagai informasi, bahwa saat penelitian ini disusun sedang berlangsung diskusi tentang formula harga minyak mentah Indonesia, apakah condong kepada harga yang ditetapkan oleh RIMS atau lebih condong ke harga minyak mentah yang ditetapkan oleh Platts. Oleh karena itu, SK1 adalah skenario kebijakan merubah formula harga minyak mengikuti harga minyak mentah yang dikeluarkan RIMS. Dengan demikian dalam formula harga minyak mentah ditetapkan 100 harga minyak mentah RIMS. Sebaliknya, SK2 adalah skenario kebijakan dengan menetapkan harga minyak mentah Indonesia mengikuti Platts. Skenario kebijakan ini dituliskan di dalam sistem aplikasi Eviews sebagai formula harga minyak sebesar 100 Platts. Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa transaksi minyak mentah menggunakan patokan harga minyak mentah Indonesia ICP yaitu harga minyak mentah yang dikeluarkan oleh pemerintah setiap bulan melalui keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM. Harga tersebut disusun berdasarkan formulasi tertentu. Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengubah formulasi tersebut setiap 6 bulan sekali. Perubahan formula dapat mempengaruhi harga minyak mentah pada posisi lebih tinggi atau lebih rendah dari formulasi sebelumnya. Skenario kebijakan ini penting karena berdasarkan hasil simulasi akan dikenali dampak dari penentapan skenario kebijakan tersebut terhadap perekonomian Provinsi Riau. Tentu saja dalam kondisi tertentu Pemerintah Daerah melalui BPMIGAS dapat memberikan masukan kepada tim harga minyak mentah Indonesia untuk mengubah formula harga minyak mentah yang memberikan dampak negatif yang paling minimal atau yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian Provinsi Riau. Skenario kebijakan ketiga SK3 adalah melakukan perubahan terhadap cash call perusahaan. Skenario perubahan cash call perusahaan adalah skenario yang secara langsung akan mempengaruhi investasi. Kebijakan terhadap mengurangi atau menambah cash call dapat dilakukan oleh BPMIGAS melalui mekanisme persetujuan biaya operasi dan kapital. Bila cash call mempengaruhi investasi dan tingkat investasi diperkirakan akan memicu peningkatan produksi, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap percepatan pengurasan cadangan minyak mentah Provinsi Riau. Pada sisi lain, investasi yang besar akan berpengaruh terhadap peningkatan kegiatan ekonomi dan pemberdayaan perekonomian secara keseluruhan. Skenario kebijakan keempat SK4 yaitu skenario kebijakan menurunkan tingkat suku bunga bank sebesar 10. Angka prosentase 10 merupakan angka perkiraan yang mendasarkan pada angka terendah dari tingkat suku bunga yang diprediksi oleh Bank Indonesia berdasarkan buletin BI bulan Desember 2010. Sedangkan skenario kebijakan SK5 yaitu menaikan belanja pembangunan sebesar 30. Skenario kebijakan menaikan jumlah belanja pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan investasi yang diharapkan akan memberikan dampak berantai dan turut mendorong perekonomian Provinsi Riau secara keseluruhan. Kenaikan belanja pembangunan sebesar 30 terkesan terlalu optimis, karena dengan menaikan belanja pembangunan sebesar 30 akan berdampak pada penurunan belanja pembangunan sebesar 30 juga, apabila diasumsikan jumlah penerimaannya dianggap sama. Bukan tidak mungkin hal ini akan menghadapi penolakan, namun demikian dalam penelitian ini ingin diketahui, jika skenario kebijakan tersebut dilaksanakan dengan mengurangi pengeluaran rutin, bagaimana dampaknya terhadap perekonomian, dan seberapa besar skenario kebijakan tersebut mampu mendongkrak penurunan output perekonomian yang terjadi akibat dari penurunan cadangan minyak mentah.

4.5. Data dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik BPS Pusat, BPS Provinsi Riau, statistik British Petroleum BP statistic , Statistik BPMIGAS dan Statistik Chevron. Data yang digunakan adalah data runtut waktu periode tahun 1980 - 2006. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Econometric Views Eviews seri 5.0 yang merupakan software Eviews dengan konsep point-and-click application yang mampu untuk mengeksplorasi dan analisis data runtut waktu.

4.6. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis mengasumsikan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa alokasi dana Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah sesudah lahirnya undang-undang otonomi daerah Nomor 24 dan Nomor 25 tahun 1999, yang diperbaharui dengan undang-undang nomor 32 dan 33 tahun 2004 akan berlaku seterusnya hingga akhir periode peramalan tahun 2035. 2. Diasumsikan bahwa secara prinsip baik sebelum maupun setelah undang- undang otonomi daerah, Pemerintah Daerah menerima transfer dana dari Pemerintah Pusat melalui alokasi belanja daerah. Alokasi dana ke Pemerintah Daerah secara prinsip sama dahulu dan sekarang tetap dilakukan yang membedakan adalah tata cara menghitung besarannya dan mekanisme penyalurannya. 3. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini tidak termasuk Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 25 tahun 2002, untuk kurun waktu setelah lahirnya undang-undang tersebut. 4. Sektor dalam perekonomian terdiri dari sektor migas, sektor pertanian dan sektor lainnya. Sektor pertanian mencakup seluruh sektor pertanian dalam pengertian luas yang termasuk sektor pertanian industri dan pertanian tradisional. 5. Dalam penelitian ini, sektor-sektor tersebut belum memungkinkan untuk didisagregasi menjadi lebih detail sampai ke tingkat subsektor karena terterbatasan data.