Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

hal yang normal dan biasa. Pada umumnya kegiatan usaha hulu migas menunjukan peningkatan produksi yang tinggi pada masa pengembangan. Sehingga pada masa tersebut akan dibutuhkan banyak pegawai karena kegiatan produksi umumnya meningkat pesat. Namun setelah melewati titik puncak akan dilanjutkan dengan fase penurunan produksi. Pada masa ini kegiatan operasional minyak mentah menurun drastis, investasi cenderung turun dan pengurangan pegawai akan dilakukan untuk mengurangi beban dan biaya produksi. Pada umumnya fase pengembangan yang menjanjikan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian seringkali menjadikan para pengelola dan masyarakat, bahkan Pemerintah Daerah lupa bahwa hal tersebut tidak terjadi selamanya. Memang sekarang ini lapangan minyak di Rantau dan Pangkalan Susu masih berproduksi tetapi dengan kapasitas sangat terbatas yaitu hanya 1000-1500 barrel per hari. Karena jumlahnya terlalu kecil untuk diolah sendiri dan tidak ekonomis lagi diolah di kilang Pangkalan Berandan maka hasil produksi tersebut dikapalkan dan diolah di kilang Pertamina lainnya. Kondisi seperti yang terjadi di Pangkalan Berandan dan Pangkalan Susu, yaitu penurunana aktivitas perekonomian dan pelambatan pertumbuhan ekonomi berpotensi terjadi pada daerah-daerah penghasil migas lainnya termasuk Provinsi Riau. Pada saat ini Produksi minyak mentah dari Provinsi Riau memasuki fase Steady Declining yang berarti dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi minyak mentah di Provinsi Riau akan habis.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak penurunan cadangan minyak mentah terhadap perekonomi Provinsi Riau? Bagaimana kondisi perekonomian Provinsi Riau ketika sektor hulu migas tidak lagi memberikan kontribusi terhadap perekonomian? 2. Bagaimana perubahan peran dan reaksi sektor pertanian dan sektor lainnya ketika terjadi penurunan peran sektor hulu migas dalam perekonomian? 3. Apakah skenario kebijakan fiskal dan sektor hulu migas dapat mengurangi dampak negatif dari penurunan cadangan minyak mentah di Provinsi Riau? Seberapa besar kebijakan tersebut berdampak positif terhadap perekonomian? Apakah dengan kebijakan fiskal dan sektor hulu migas tersebut posisi perekonomian Provinsi Riau dapat dikembalikan seperti semula?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya dan permasalahan maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Membangun Model Migas dan Perekonomian Riau Model MPR yang mengintegrasikan sektor hulu migas, sektor fiskal dan bagi hasil, yang merupakan bentuk dari pelaksanaan undang-undang otonomi daerah. 2. Meramalkan dampak penurunan cadangan minyak mentah tahun 2012-2035 terhadap perekonomian Provinsi Riau khususnya pergeseran peran dari sektor migas ke sektor pertanian dan sektor lainnya. 3. Membuat simulasi skenario kebijakan untuk mengurangi dampak negatif dari penurunan cadangan minyak mentah terhadap perekonomian Provinsi Riau.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai alat atau sistem peringatan dini dalam menghadapi dampak dari penurunan cadangan minyak mentah terhadap perekonomian Provinsi Riau. 2. Bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai masukan sekaligus bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan yang bersifat antisipatif yang mempertimbangkan dampak dari penurunan peran sektor hulu migas dalam perekonomian akibat dari penurunan cadangan minyak mentah. 3. Bagi Pemerintah Pusat, BPMIGAS, Direktorat Jendral Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Alam Migas, Direktorat Anggaran dan Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, agar hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam hal melakukan evaluasi kebijakan alokasi dana dari pusat ke Daerah Penghasil Migas yang mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian daerah penghasil migas secara menyeluruh. 4. Untuk perkembangan studi ekonomi perminyakan dan ekonomi energi yang saat ini relatif kurang berkembang di Indonesia dengan referensi penelitian yang sangat terbatas.

II. STUDI LITERATUR 2.1.

Ketergantungan Perekonomian terhadap Sektor Migas Youngquist 1999 melakukan penelitian untuk menguji bagaimana sektor migas berperan terhadap perekonomian dan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap hasil migas. Youngquist menyimpulkan bahwa perekonomian Negara-Negara yang memiliki sumber daya alam migas yang berlimpah cenderung tergantung kepada hasil migas. Selain itu dari hasil penelitiannya, Youngquist mengemukakan bahwa Negara yang penerimaannya didominasi dari migas umumnya memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat. Sementara sektor pertanian Negara-Negara penghasil migas juga memiliki ketergantungan terhadap produk migas terutama dari produk fertilizers dan pestisida. Berdasarkan temuan-temuan impiris tersebut Youngquist berkeyakinan bahwa hingga saat ini hasil migas dan peran sektor migas dalam menopang perkonomian Negara atau daerah penghasil migas tidak tergantikan. Oleh karena itu Youngquist menyarankan agar seluruh Negara di dunia merubah paradigma yaitu yang semula pembangunan dan kehidupan yang bergantung dari hasil dan produk migas menjadi pembangunan dan kehidupan tanpa migas. Paradigma baru kehidupan tanpa migas yang disampaikan Youngquist itu disebut post-petroleum paradigm. Youngquist menilai bahwa pada saat ini ketergantungan Negara-Negara di dunia terhadap minyak mentah dan gas bumi terlalu besar. Youngquist memberikan contoh bagaimana dampak dari gejolak harga minyak mentah dunia terhadap perekonomian. Bagi Negara bukan penghasil migas maka kenaikan harga minyak mentah akan memberatkan perekonomian mereka karena harus membelanjakan uangnya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi. Sedangkan bagi Negara penghasil migas kenaikan harga minyak mentah merupakan tantangan karena mereka akan berusaha mengupayakan kenaikan produksi, sementara produksi minyak mentah dunia secara umum mengalami penurunan. Saran Youngquist untuk mengurangi ketergantungan terhadap hasil migas sudah mulai dilakukan oleh beberapa Negara seperti Iran dan Venzuela yang mulai mengembangkan biofuel. Sedangkan beberapa Negara di kawasan Timur Tengah seperti Kuwait, Saudi Arabia, Iraq, Qatar, United Arab Emirates, Bahrain, and Oman kurang memperdulikan saran Youngquist dan perekonomian mereka sepenuhnya bergantung dari hasil migas. Abernethy 1993 berpendapat bahwa kemakmuran prosperity dari minyak akan mendorong Pemerintah Negara penghasil migas berekspektasi terhadap perekonomian yang lebih baik. Data statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan Negara-Negara teluk rata-rata 1.6 di atas rata-rata pertumbuhan dunia hingga tahun 2006. Saudi Arabia dan Libya mempunyai tingkat pertumbuhan sekitar 4.1 rata–rata selama 17 tahun, Kuwait 6.0 rata-rata selama 12 tahun, Qatar 6.5 rata-rata selama 10.7 tahun dan United Arab Emirates 7.3 rata-rata selama 10 tahun. Abernethy menemukan bukti yang sama dengan Youngquist bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut akan diikuti dengan pertumbuhan penduduk. Itulah sebabnya setengah dari populasi Arab sekarang ini berusia di bawah 15 tahun. Kondisi ini memberikan kecenderungan terjadinya peningkatan ketergantungan kepada sektor migas untuk dekade ke depan Fernea, 1998. Generasi baru ini adalah generasi pertama yang medominasi kota dengan pola dan