sektor pertanian. Demikian pula sebaliknya ketika output total cenderung menurun maka akan diikuti dengan penurunan investasi sektor pertanian.
Variabel bentukan baru berupa perkalian nilai tukas dan harga minyak mentah masing-masing dengan lag satu tahun menghasilkan estimasi bertanda
positif. Sementara itu koefisien variabel suku bunga bank bertanda negatif yang berarti kecenderungan penurunan suku bunga akan berdampak pada kenaikan
investasi. R
2
= 0.6467 menandakan bahwa melalui model ini variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel endogen sebesar 64.67. Nilai probabilitas
untuk seluruh koefisien lebih kecil dari nilai taraf nyata sebesar 0.15 sehingga hipotesis nol yang menyatakan bahwa koefisien tersebut adalah nol ditolak, atau
dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel yang diestimasi berpengaruh nyata terhadap variabel eksogen investasi migas.
Nilai DW sebesar 1.4202 menunjukan bahwa terdapat autokorelasi walaupun tidak terlalu besar. Sebab nilai DW yang semakin kecil akan
menunjukan bahwa terdapat autokorelasi yang semakin besar.
5.1.2. Investasi Swasta Sektor Pertanian Tabel 8. Estimasi Investasi Swasta Sektor Pertanian Tahun 1980-2006
Coe fficie nt Std. Error
t-Statistic Prob.
Intersep -95467.66
28867.96 -3.307046
0.0032 YPOT Output Total
0.004881 0.001093
4.464442 0.0002
KURS -1 ICP-1 Nilai Tukar Rupiah terhadap US
Dollar Amerika Lag 1 X ICP Lag 1
0.354624 0.12105
2.929576 0.0078
IBANK-IBANK-1 -1324.107
1395.977 -0.948516
0.1532 R-squared
0.8884 Adjusted R-squared
0.8732 Durbin-Watson stat
1.3343
Hasil estimasi menunjukan variabel eksogen output perekonomian total YPOT positif, yang berarti kenaikan output perekonomian akan berdampak pada
kenaikan investasi sektor pertanian. Demikian juga dengan kurs, yang juga memiliki koefisien positif, yang berarti penguatan ruapiah akan berdampak pada
peningkatan investasi di sektor pertanian. Suku bunga memiliki koefisien variabel negatif yang menandakan bahwa kenaikan suku bunga akan berdampak pada
penurunan investasi di sektor pertanian. Nilai probabilitas atau nilai p untuk output total dan kurs menunjukan nilai
dibawah taraf nyata sebesar 15, yang menunjukan bahwa koefisien variabel tersebut layak dipergunakan dengan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.
Sedangkan untuk variabel suku bunga sedikit lebih tinggi dibandingkan taraf nyata yaitu sebesar 0.1532. Melihat angka probabilitas tersebut nampak bahwa
dua variabel yaitu output total, nilai tukar mempengaruhi secara nyata variabel eksogen investasi sektor pertanian. Sementara itu suku bunga bank tidak
mempengaruhi secara nyata investasi sektor pertanian. R
2
= 0.8884 menandakan bahwa melalui model ini variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel endogen sebesar 88.84. Sisanya
disebabkan oleh faktor lainnya. Nilai DW yang semakin besar mendekat angka 4 menunjukan semakin kecil terdapat autokorelasi. Hasil estimasi menunjukan
angka DW 1.3343 yang berarti terdapat autokorelasi walaupun tidak terlalu besar.
5.1.3. Investasi Swasta Sektor Lainnya
Hasil estimasi menunjukan bahwa suku bunga bank berhubungan terbalik dengan investasi sektor lainnya. Hal ini berarti penurunan suku bunga akan
berdampak pada kenaikan investasi di sektor lainnya. Sebaliknya jika suku bunga
meningkat maka tidak menarik bagi investor untuk melakukan investasi tambahan.
Pengaruh kurs terhadap investasi sektor lainnya sama seperti yang juga terjadi di sektor migas. Penguatan rupiah atau sama artinya dengan melemahnya
dollar terhadap rupiah menyebabkan pemilik dana memilih meningkatkan investasinya di sektor riil. Sebaliknya apabila rupiah melemah maka investasi
disektor riil akan berkurang. Sedangkan tingkat output sektor lainnya berdampak positif terhadap investasi sektor lainnya, yang berarti kenaikan output sektor
lainnya akan diikuti dengan kenaikan investasi sektor lainnya. Sedangkan variabel ouput sektor lainnya dan perubahan harga minyak mentah bertanda positif. Harga
minyak mentah yang tinggi akan diikuti dengan kenaikan investasi. Kondisi ini ditengarai karena subsidi bahan bakar minyak mentah, dimana kenaikan harga
minyak mentah tidak diikuti dengan kenaikan harga bahan bakar minyak mentah dalam jumlah yang sama.
Tabel 9. Estimasi Investasi Swasta Sektor Lainnya Tahun 1980-2006
Nilai probabilitas seluruh variabel menunjukan angka dibawah taraf nyata 0,15 yang menunjukan secara nyata bahwa hipotesisi koefisien variabel sama
dengan nol ditolak, serta dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel endogen yang
Coe fficie nt Std. Error t-Statistic
Prob.
Intersep -69383.3
24179.2 -2.8696
0.0089 IBANK Suku bunga jangka
-908.191 423.196
-2.1460 0.0432
KURS Nilai Tukar 5.7519
2.8771 1.9992
0.0581 YPOTNONAGRO Ouput
0.0046 0.0018
2.5878 0.0168
ICP-ICP-1 Harga Minyak Mentah Indonesia
1098.2 532.6
2.0619 0.0512
R-squared 0.9123
Adjusted R-squared 0.8964 Durbin-Watson stat
0.53677
diestimasi berpengaruh nyata terhadap variabel eksogen investasi sektor pertanian. R
2
= 0.9123 menandakan bahwa variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel endogen sebesar 91.23. Sisanya disebabkan oleh faktor lainnya.
Nilai DW yang semakin mendekati nol menandakan bahwa terdapat autokorelasi. Nilai DW sebesar 0.53677 menunjukan bahwa terdapat autokorelasi pada hasil
estimasi cukup kuat.
5.1.4. Lifting Migas
Lifting minyak mentah adalah pengangkatan dan penjualan minyak mentah baik yang dijual ke luar negeri atau ekspor. Penjualan minyak dapat
dilakukan secara berjangka berdasarkan kontrak penjualan yang telah diperjanjikan sebelumnya atau spot sale penjualan seketika tanpa adanya
kontrak penjualan. Penjualan seketika umumnya kesepakatan jual beli nya dilakukan 2 bulan sebelum pengiriman barang.
Tabel 10. Estimasi Lifting Migas Tahun 1980-2006
Lifting PT. CPI sebagian dijual ke Pertamina, dikirimkan ke kilang Plaju dan Balikpapan, dan sebagian lainnya dijual ke luar negeri. Komposisi penjualan
domestik dan ekspor setiap tahun berfluktuasi, namun secara umum penjualan domestik selalu lebih besar dibandingkan penjualan ekspor ke luar negeri. Akan
Coe fficient Std. Error
t-Statistic Prob.
Intersep 150,000,000.0
3,118,986.0 47.9694
0.0000 CADMIGAS Cadangan Minyak
mentah 0.0105
0.0008 12.6731
0.0000 INVMIGAS -3-INVMIGAS-2
16.1991 26.1117
0.6204 0.5417
R-squared 0.9156
Adjusted R-squared 0.9076
Durbin-Watson stat 1.4905
tetapi dari sudut pandang perekonomian Provinsi Riau maka penjualan minyak mentah tersebut dipahami sebagai penjualan ekspor.
Lifting minyak mentah akan meningkat apabila cadangan minyak mentah besar dan menunjukkan peningkatan. Sedangkan lifting migas akan turun seiring
dengan penurunan cadangan migas. Demikian juga dengan penambahan investasi yang berdampak positif terhadap peningkatan lifting. Investasi bertambah akan
diikuti dengan peningkatan aktifitas dan operasional perusahaan yang akan berujung dengan peningkatan lifting. Sebaliknya jika investasi dikurangi akan
berdampak pada penurunan operasional perusahaan yang akan berdampak kepada penurunan lifting minyak mentah.
Nilai probabilitas nilai p menunjukan angka yang kecil dibawah taraf nyata 0.15 untuk variabel cadangan migas, yang berarti Ho yang menyatakan bahwa
koefisien regresi adalah sama dengan nol tidak terbukti atau ditolak. Dengan kata lain variabel cadangan migas berpengaruh nyata terhadap lifting migas.
Sedangkan variabel investasi migas menunjukan angka nilai p sebesar 0.5417 yang berarti variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lifting migas.
R
2
= 0.9156 menunjukan bahwa 91.56 lifting migas ditentukan oleh variabel eksogen dan sisanya disebabkan oleh faktor lainnya. Sementara itu angka DW
sebesar 1.49 mengandung arti bahwa hasil estimasi mengandung autokorelasi walaupun tidak terlalu besar.
5.2. Blok Fiskal 5.2.1. PBB
Migas
Penerimaan Pemerintah Daerah penghasil migas Provinsi Riau berasal dari dana bagi hasil migas dan PBB migas. Besarnya PBB Migas ditentukan oleh
besarnya cadangan migas. Oleh karena itu PBB migas akan semakin besar jika cadangan migas meningkat, dan PBB Migas akan berkurang apabila cadangan
migas turun. Hal ini tercermin dari koefisien variabel cadangan yang bertanda positif.
Tabel 11. Estimasi PBB Migas Tahun 1980-2006
Akan tetapi untuk mendapatkan angka dasar, cadangan migas perlu di dinyatakan dalam bentuk mata uang dollar Amerika oleh karena itu perlu
dikalikan dengan harga minyak mentah ICP. Hasil estimasi menunjukan koefisien variabel ICP bertanda positif yang berarti kenaikan harga minyak mentah akan
berdampak pada kenaikan PBB migas. PBB migas besar kecilnya juga dipengaruhi oleh ICP. Hasil estimasi
persamaan memperlihatkan koesfien bertanda positif. Dengan demikian kenaikan harga minyak mentah akan berdampak terhadap kenaikan PBB migas. Apabila
harga minyak turun maka penerimaan PBB migas akan turun. Selain ICP, kurs juga berhubungan positif yang memperlihatkan naiknya penerimaan dari PBB
migas akan meningkat jika rupiah menguat. R
2
= 0.4302 menandakan bahwa melalui model ini variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel eksogen sebesar 43.02. Sisanya
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
Intersep 20,908,877
5,197,305 4.0230
0.0005 CADMIGAS-CADANGAN-
1 Perubahan Cadangan Minyak mentah
0.001668 0.000881
1.8922 0.0711
ICP-ICP-1 Indonesia Crude 177639.1
67232.45 2.6422
0.0146 Kurs Nilai Tukar Rupiah
69.11509 410.5977
0.1683 0.0868
R-squared 0.4302
Adjusted R-squared 0.3559 Durbin-Watson stat
2.3423
disebabkan oleh faktor lainnya. Walaupun nilai koefisien determinan relatif tidak terlalu tinggi namun seluruh koefisien yang diestimasikan menunjukan nilai p
yang kecil, seluruhnya dibawah taraf nyata 0.15. Dengan demikian koefisien semua variabel yang diestimasi tidak sama dengan nol secara statistik. Bisa juga
dikatakan bahwa seluruh variabel eksogen berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogen. Sementara itu untuk autokorelasi menunjukan tidak terlalu
besar yang diperlihatkan dengan angka DW yang relaltif besar diatas angka dua.
5.2.2. Penerimaan Migas
Yang dimaksud penerimaan migas dalam penelitian ini adalah Penerimaan Negara dari sektor hulu migas yang berasal dari Provinsi Riau. Di dalam
penerimaan ini termasuk pajak penghasilan migas yang merupakan hasil penerimaan migas dari pengelolaan hulu migas melalui mekanisme bagi hasil
migas atau production sharing contract. Sampai saat ini penerimaan migas masih dipandang penting dan
memberikan kontribusi bagi penerimaan Negara sebesar 30 dari penerimaan keseluruhan. Besarnya penerimaan Negara akan dipengaruhi oleh jumlah minyak
mentah yang dijual dan harga jual. Dua variabel, yaitu lifting dan harga berhubungan positif dengan penerimaan Negara. Karena setiap kenaikan lifting
akan meningkatkan jumlah penerimaan Negara, demikian juga dengan harga yang cenderung naik akan berdampak pada kenaikan penerimaan Negara.
Sedang kurs atau nilai tukar mempengaruhi penerimaan Negara karena penerimaan Negara dinyatakan dalam rupiah sementara transaksi migas umumnya
dilakukan dengan mata uang dollar Amerika Serikat. Koefisien nilai tukar hasil