Metode Estimasi METODOLOGI PENELITIAN
memberikan lag optimum. Langkah selanjutnya adalah membandingkan t-statistik dengan nilai kritis misalnya 85. Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis
berarti data tersebut bersifat stationer I0. Yang berarti pula analis VAR dapat langsung dilakukan. Bila yang terjadi sebaliknya, nilai t-statistik lebih kecil
daripada nilai kritis maka data tersebut bersifat tidak stationer. Berarti pula data mengandung unit root.
Untuk menghilangkan unit root diperlukan langkah lanjutan yaitu dengan membuat first difference
∆Y t = Yt –Yt-1. Kemudian menarik diferensiasi dari variabel endogennya. Tindakan ini akan menjadikan data stationer pada kondisi
awal yang selanjutnya dilakukan koreksi terhadap error term. Tindakan ini disebut dengan analisis Error Correction Model. Variabel pada sistem persamaan
simultan teknik ekonometrika seperti ini disebut Vector Error Correction Model VECM. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan maka perlu dilakukan
pengujian unit root ulangan untuk memastikan bahwa data runtut waktu yang digunakan bersifat stationer.
Estimasi model dilakukan dengan menggunakan TSLS two stage least squares
dan OLS ordinary least squares. Hasil estimasi disajikan dalam bentuk tabel yang mencantumkan nilai koefisien regresi, standard error, t-statistik dan
nilai p. Selain itu dalam tabel juga disajikan nilai R-squared, R-squared adjustment
dan Durbin-Watson DW test. Koefisien diterminan atau R
2
disajikan untuk menunjukan estimasi kekuatan hubungan antara variabel endogen dan variabel eksogen. Angka yang
dihasilkan mewakili proporsi satu set data eksogen variabel dalam menentukan data set lainnya yang disebut endogen variabel. Pada akhirnya angka yang
dihasilkan juga menunjukan sebuah ukuran seberapa baik variabel endogen ditentukan oleh variasi data variabel eksogen. Misalnya Nilai R-squared sebesar
0.800 berarti 80 perubahan variabel endogen dapat dijelaskan oleh perubahan variabel eksogen, sisanya sebesar 20 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain .
Pada umumnya estimasi data rutut waktu akan menghadapi persoalan multikolineriatas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Multikolineritas adalah
kondisi adanya hubungan linier antar variabel eksogen yang umumnya memiliki ciri-ciri R
2
tinggi tetapi koefisien variabel eksogen tidak signifikan. Jika hal ini terjadi maka beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil adalah:
1. Dibiarkan saja model mengandung multikolineritas, karena estimator masih
bisa bersifat BLUE best linear unbiased estimator. Dengan kata lain sifat model, sistem persamaan atau suatu persamaan bersifat BLUE tidak semata-
mata dipengaruhi oleh ada tidaknya multikolineritas, hanya standar error yang dihasilkan cukup besar.
2. Menambah variabel atau mengurangi variabel eksogen
3. Mentransformasikan salah satu atau beberapa variabel termasuk melakukan
diferensi. Kedua, heteroskedastisitas terjadi apabila, residual e memiliki rataan nol,
residual memiliki varian konstan atau var e = δ2 atau residual suatu observasi
tidak saling berhubungan dengan residual lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan uji white yang juga disebut dengan metode
varian heteroskadastisitas terkoreksi. Ketiga, autokorelasi berarti terdapat hubungan antara residual suatu
observasi dengan variabel yang lain. Hal ini umum terjadi pada data runtut waktu
yang dapat dikenali dengan melihat nilai Uji DW. Berikut ini adalah daftar nilai DW untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi:
DW = 0 – 1.10 : Tolak Ho, berarti ada autokorelasi
DW = 1.10 -1.54 : Tidak dapat ditentukan
DW = 1.54 – 2.46 : Menerima Ho, berarti tidak ada autokorelasi
DW = 2.46 – 2.90 : Tidak dapat ditentukan
d = 2.90 – 4 : Tolak Ho, berarti ada autokorelasi
Jika terdapat autokorelasi maka perlu dilakukan transformasi persamaan dengan terlebih dahulu mengetahui struktur
ρ. Aplikasi Eviews memberikan fasilitas untuk melakukan hal tersebut dengan memilih tombol atau meng-click
pilihan autocorrelation pada tampilan interface pada layar komputer, ketika akan melalakukan estimasi. Selanjutnya aplikasi dengan sendirinya akan
menghitung dan melakukan transformasi sehingga hasil akhir yang diperoleh merupakan nilai yang terbaik dari seluruh kemungkinan yang ada.
Koefisien regresi menunjukan tingkat perubahan variabel endogen ketika variabel eksogen berubah satu satuan. Koefisien regresi bisa bertanda positif atau
negatif. Tanda positif manandakan bahwa jika variabel eksogen ditambah satu satuan maka variabel endogen akan bertambah sebesar nilai koefisien regresi
tersebut. Sedangkan jika koefisien regresi bertanda negatif maka setiap terjadi penambahan satu satuan variabel eksogen maka nilai endogen variabel akan turun
sebesar nilai koefisien regresi tersebut. Standard error
yang disajikan dalam hasil estimasi adalah standard error dari koefisien regresi. Standard error ini mengukur statistic reability dari koefisien
regresi. Standard error yang semakin tinggi menunjukan bahwa secara statistik
koefisien regresi memiliki gangguan yang besar statistical noise. Rasio dari koefisien regresi terhadap standard error-nya akan menghasilkan nilai t-statistik.
Selanjutnya untuk menginterpertasikan nilai t-statistik harus menggunakan nilai probabilitas probability value atau p-value nilai p. Berdasarkan nilai nilai p
akan dapat segera disimpulkan apakah hipotesis bahwa koefisien regresi tersebut sama dengan nol akan diterima atau ditolak. Sebagai contoh jika digunakan taraf
nyata sebesar 5, maka sebuah nilai p yang lebih rendah dibandingkan 0,05 dapat diartikan bahwa hipotesis koefisien regresi tersebut sama dengan nol ditolak.
Dengan kata lain koefisien regresi tersebut layak untuk dipergunakan. Dalam penelitian ini menggunakan taraf nyata atau taraf nyata sebesar 15 yang berarti
tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 0.15. Jika dikaitkan dengan nilai p maka koefisien regresi dengan nilai p lebih kecil dari 0,15 berarti tersebut
menolak hipotesis koefisien sama dengan nol atau koefisien tersebut layak untuk dipergunakan.
DW test adalah angka yang dipergunakan untuk melakukan mengukur besarnya autokorelasi suatu analisis regresi. Angka DW selalu berada diantara 0
dan 4. Angka yang mendekati 0 mengidikasikan positif autokorelasi sedangkan angka yang mendekati 4 manunjukan negatif autokorelasi.
Hasil estimasi persamaan struktural divalidasi menggunakan Root Mean Squares Error
RMSE. Hasil validasi menunjukan akurasi suatu model, dengan cara mengukur perbedaan antara hasil estimasi dengan nilai aktualnya. RMSE
dirumuskan sebagai berikut: RMSE Ô=
√ MSE Ô dimana:
MSEÔ= 1n Σ[Ô - Ɵ
2
]
Mean Squares Error MSE adalah penjumlahan dari rata-rata dari perbedaan
nilai antara angka sesungguhnya dengan hasil estimasi. Nilai RMSE yang kecil menunjukan tingkat perbedaan yang kecil antara
nilai estimasi dan nilai aktual. Sedangkan nilai RMSE yang besar berarti model menghasilkan nilai estimasi yang memiliki perbedaan yang besar dengan dengan
nilai sesungguhnya. Model memiliki nilai RMSE sebesar 0.010 lebih bagus dibandingksan dengan model yang memiliki nilai RMSE sebesar 0.600. Nilai
RMSE sebesar 0.010 mengandung arti, sebesar 1 dari hasil estimasi memiliki perbedaan dengan nilai sesungguhnya.
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Econometric views
Eviews yang memiliki fasilitas untuk mengkalkulasi regresi dengan memperhitungkan uji white dan sekaligus memberikan perbaikan. Sehingga hasil
yang diperoleh merupakan hasil akhir yang telah mempertimbangkan uji white dan perbaikannya.