Blok Gaji dan Upah

Selain jumlah permintaan tenaga kerja, faktor ekspektasi pekerja juga berpengaruh terhadap tingkat gaji dan upah. Jika pada tahun sebelumnya memperlihatkan upah yang cenderung tinggi maka akan berdampak pada permintaan pekerja untuk menerima tingkat upah yang sama atau lebih tinggi. Seluruh koefisien menunjukan nilai p yang kecil jauh di bawah tingkat taraf nyata yang ditetapkan sebesar 0.15, yang berarti koefisien untuk seluruh variabel tersebut cukup baik dan secara nyata terbukti berpengaruh terhadap variabel endogen gaji dan upah sektor pertanian. Estimasi model menghasilkan R 2 = 0.9771 yang berarti variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel endogen sebesar 97.71. Sisanya disebabkan oleh faktor lainnya. Hasil estimasi menghasilkan angka 1.7362 yang menunjukan mengandung autokorelasi namun tidak terlalu besar

5.3.3. Gaji dan Upah Sektor Lainnya

Kondisi yang sama terjadi pada sektor lainnya, yaitu tingkat permintaan tenaga kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat upah di sektor lainnya. Hal ini ditunjukan dengan koefisien variabel tenaga kerja di sektor lainnya yang bertanda negatif. Ekspektasi pekerja di sektor lainnya terhadap tingkat gaji dan upah pada masa lalu juga mempengaruhi tingkat gaji dan upah pada saat ini. Apabila harga tenaga kerja atau upah dan gaji sektor lainnya pada tahun sebelumnya relatif tinggi maka memberikan kecenderungan bagi pekerja untuk mau menerima pekerjaan dengan tingkat upah dan gaji yang lebih tinggi lagi. Tabel 20. Estimasi Gaji dan Upah Sektor Lainnya Tahun 1980-2006 Nilai p untuk variabel tenaga kerja sektor lainnya menunjukan angka sebesar 0.0238, sedangkan variabel gaji dan upah sektor lainnya pada tahun sebelumnya menunjukan nilai p yang sangat kecil. Hal ini berarti kedua variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap gaji dan upah. Variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan pada variabel endogen sebesar 96.92, hal ini ditunjukan dengan koefisien deteminan sebesar 0.9692, sedangkan 11.38 sisanya disebabkan oleh faktor lainnya. Autokorelasi tidak terlalu besar yaitu diperlihatkan dengan angka DW test sebesar 1.44. 5.4. Blok Output dan Indikator Perekonomian 5.4.1. Output Perekonomian Sektor Migas Output sektor migas dipengaruhi oleh lifting migas, jumlah tenaga kerja sektor migas dan belanja pembangunan. Koefisien lifting minyak mentah diharapkan bertanda positif sehingga kenaikan lifting akan diikuti dengan kenaikan output migas. Sebaliknya, apabila lifting minyak mentah mengalami penurunan akan berakibat pada penurunan tingkat output sektor migas. Penambahan jumlah tenaga kerja di sektor migas dapat berdampak pada peningkatan output sektor migas. Jumlah pekerja yang semakin banyak Coe fficie nt Std. Error t-Statistic Prob. Intersep -1126.615 1225.54 -0.9193 0.0368 TKNONAGRO Tenakerja Non Pertanian -0.0062 0.0051 -1.2120 0.0238 GUNONAGRO -1 Gaji dan Upah Sektor Non Pertanian Lag 1 0.8871 0.1494 5.9375 0.0000 R-squared 0.9692 Adjusted R-squared 0.9666 Durbin-Watson stat 1.4439 menandakan bahwa terjadi peningkatan aktifitas sektor hulu migas, atau jumlah pekerja yang banyak mendukung terjadinya peningkatan produksi. Hal yang sama terjadi terhadap variabel belanja pembangunan yang juga akan berdampak terhadap kenaikan output sektor migas ketika jumlah belanja pembangunan ditingkatkan. Tabel 21. Estimasi Output Perekonomian Sektor Migas Tahun 1980-2006 Kondisi seperti ini nampak dari koefisien variabel belanja pembangunan yang positif. Hasil estimasi model menunjukan bahwa seluruh variabel memiliki nilai p yang kecil jauh dibawah angka taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 0.15. Seluruh koefisien dari variabel eksogen layak untuk digunakan karena terbukti secara statistik tidak sama dengan nol sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Sedangkan dari estimasi model menghasilkan R 2 = 0.8238 yang dapat diartikan bahwa perubahan variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan variabel endogen sebesar 82.38, sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lainnya. Coe fficie nt Std. Error t-Statistic Prob. LIFTINGMIGAS Lifting minyak mentah 0.61943 0.36683 1.68862 0.10480 TKMIGAS Tenaga Kerja Migas 926.13150 129.44100 7.15486 0.00000 GBELANJAPEMBBelanja Pembangunan Pemerintah Daerah 32.86688 4.22459 7.77990 0.00000 R-squared 0.8238 Adjusted R-squared 0.8085 Durbin-Watson stat 0.0000 5.4.2. Output Perekonomian Sektor Pertanian Tabel 22. Estimasi Output Perekonomian Sektor Pertanian Tahun 1980-2006 Hasil estimasi model memperlihatkan koefisien variabel investasi sektor pertanian positif. Artinya kenaikan jumlah investasi di sektor pertanian akan mengakibatkan output sektor pertanian meningkat. Apabila investasi dikurangi maka berdampak terhadap penurunan tingkat output sektor pertanian. Sementara itu tenaga kerja sektor pertanian memiliki koefisien positif, yang berarti penambahan jumlah tenaga kerja sektor pertanian akan berdampak pada kenaikan jumlah output sektor pertanian. Sama dengan yang terjadi pada sektor migas, pada sektor pertanian juga memperlihatkan bahwa penambahan belanja pembangunan juga akan berdampak pada kenaikan output sektor pertanian. Koefisien variabel tenaga kerja sektor pertanian menunjukan nilai p terlalu tinggi, namun dua variabel sisanya, yaitu variabel investasi sektor pertanian dan memiliki nilai p mendekati 0 yang berarti jauh dari taraf nyata 0.15. Nampak bahwa variabel tenaga kerja sektor pertanian tidak berpengaruh nyata terhadap output sektor pertanian, sedangkan dua variabel sisanya masih dapat ditoleransi pada tingkat taraf nyata 15, dan terbukti nyata berpengaruh terhadap output sektor pertanian. R 2 = 0.9687 menandakan bahwa melalui model ini sebesar Coe fficie nt Std. Error t-Statistic Prob. INVSWASTAAGRO Investasi Swasta Sektor Pertanian 12.8737 2.4168 5.3267 0.0000 TKAGRO Tenaga kerja Sektor Pertanian 0.6809 0.5216 1.3054 0.2041 GBELANJAPEMBBelanja Pembangunan Pemerintah Daerah 7.3596 1.0730 6.8588 0.0000 R-squared 0.9687 Adjusted R-squared 0.9661 Durbin-Watson stat 0.7576