penambahan kegiatan di sektor lainnya untuk mendukung sektor migas. Jika skenario satu akan berdampak pada penurunan output sebesar Rp 704 miliar, yaitu
dari Rp3.7 triliun menjadi Rp3.0 triliun, maka dengan skenario kebijakan dua output perekonomian sektor lainnya akan meningkat dengan jumlah yang sama
lihat Tabel 22. Skenario kebijakan tiga merupakan skenario kebijakan yang dampaknya
berpola, pada awal periode meningkatkan output sektor lainnya cukup efektif, namun semakin mendekati tahun-tahun akhir pengamatan memberikan dampak
yang relatif lebih kecil. Jika pada awal periode peramalan tahun 2012 hingga tahun 2021 memberikan tambahan rata-rata per tahun sebesar Rp 964 miliar,
maka pada periode tahun 2022 hingga tahun 2035 turun menjadi hanya Rp 551 miliar, dan turun lagi menjadi Rp 405 miliar untuk periode tahun 2032 hingga
tahun 2035. Tabel 34.
Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian Sektor Lainnya tahun 2012-2035
Juta Rp
Sama dengan yang terjadi pada sektor pertanian, dampak skenario kebijakan empat adalah yang paling efektif karena berdampak pada penambahan
jumlah output perekonomian pada jumlah yang relatif sama untuk ketiga periode. Secara berturut-turut untuk periode pertama, tahun 2012 hingga tahun 2021
sebesar Rp 1.7 triliun dan periode berikutnya yaitu periode tahun 2022 hingga tahun 2031 dan periode tahun 2032 hingga tahun 2035 dalam jumlah yang sama
PERIODE TAHUN
YPOTNONAG ROSK0
YPOTNONAG ROSK1
YPOTNONAG ROSK2
YPOTNONAG ROSK3
YPOTNONAG ROSK4
YPOTNONAGR OSK5
2012 ‐2021
33742852 33022194
34463503 34707392
35514754 34248994
2022 ‐2030
40648623 39925293
41371953 41200369
42232335 41219840
2031 ‐2035
44299970 43596372
45003568 44705800
45812584 44765120
yaitu Rp 1.6 triliun. Berdasarkan hasil peramalan dengan skenario empat tingkat output tertinggi yang dapat dicapai mencapai Rp 46.6 triliun.
Dampak dari skenario kebijakan lima terhadap output sektor lainnya melebihi tiga skenario kebijakan lainnya, namun lebih rendah bila dibandingkan
dengan skenario kebijakan empat. Jika dibandingkan dengan output baseline pada sektor lainnya secara rata-rata mampu menaikan output sektor lainnya sebesar Rp
500 miliar, atau naik sebesar 1.3 dari angka baseline. Jadi skenario kebijakan empat adalah skenario kebijakan yang terbaik, yang mampu meningkatkan output
sektor lainnya paling tinggi, walaupun tetap tidak mampu mengangkat ouput sektor lain pada posisi tahun 2012 dimana cadangan minyak mentah masih cukup
banyak.
6.2.5. Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian
per Kapita
Output perekonomian per kapita mendapat imbas yang cukup serius dari penurunan produksi minyak mentah. Bila pada tahun 2015 output perekonomian
per kapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 diperkirakan sebesar Rp15.7 juta per tahun, maka penurunan produksi dan cadangan minyak mentah akan menekan
output perekonomian per kapita pada titik terendah hingga hanya sebesar Rp 7.9 juta per tahun di tahun 2035 lihat Tabel 35.
Tabel 35. Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian
per Kapita per Periode Rp per Tahun
PERIODE TAHUN
YPOTKAPSK0 YPOTKAPSK1
YPOTKAPSK2 YPOTKAPSK3
YPOTKAPSK4 YPOTKAPSK5
2012 ‐2021
15024272 14862082
15186462 15787116
15414103 15249636
2022 ‐2031
10361187 10221472
10500903 10613376
10752680 10516605
2032 ‐2035
8024099 7900231
8147968 8044123
8384703 8144461
Skenario kebijakan satu adalah skenario kebijakan yang berdampak pada penurunan harga minyak mentah yang secara langsung berdampak pada
penurunan tingkat output total, sehingga tingkat output per kapita juga ikut tertekan. Dampak dari skenario kebijakan ini output per kapita mencapai titik
terendah yaitu sebesar Rp 7.7 juta per tahun yang berarti turun Rp 200 ribu per tahun. Skenario kebijakan yang memiliki dampak berkebalikan dengan skenario
kebijakan satu adalah skenario kebijakan dua. Skenario kebijakan dua menaikan tingkat output total sehingga output per kapita turut meningkat. Tingkat output per
kapita tertinggi mencapai Rp 15.9 juta per tahun dan terendah mencapai Rp 8.0 juta rupiah per tahun yang berarti naik sekitar Rp 300 ribu rupiah per tahun di atas
angka baseline. Skenario kebijakan tiga dan empat memiliki dampak yang lebih efektif
terhadap peningkatan output per kapita. Skenario kebijakan tiga memberikan dampak terhadap penambahan output per kapita paling besar pada periode awal,
terutama tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, walaupun secara rata-rata dalam periode 10 tahun pertama menunjukan ouput per kapita sebesar Rp 15.8 juta per
tahun. Pencapaian ini merupakan pencapain terbesar untuk periode tahun 2012 hingga tahun 2021 jika dibandingkan dengan tiga skenario lainnya. Karena
skenario kebijakan empat hanya mampu menciptakan ouput per kapita sebesar Rp 15.4 juta per tahun.
Pada periode mendekati akhir pengamatan yaitu periode tahun 2022 sampai dengan tahun 2035, skenario kebijakan tiga hanya mampu meningkatkan
tingkat output sebesar Rp 8.0 juta yang berarti sama dengan baseline. Sementara itu skenario kebijakan empat memberikan hasil output tertinggi yaitu sebesar Rp
8.4. Jika dihitung secara rata-rata sepanjang peramalan nampak bahwa skenario kebijakan tiga masih lebih bagus dampaknya terhadap perekonomian dari pada
skenario kebijakan empat namun dengan perbedaan angka yang sangat tipis yaitu hanya Rp 40 ribu per tahun.
Nampak bahwa skenario kebijakan lima sedikit lebih baik dibandingkan skenario kebijakan dua. Pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2021
output per kapita mampu dinaikan sebesar Rp 387 ribu rupiah per tahun, pada periode berikutnya output per kapita mampu dinaikan sebesar Rp 295 ribu per
tahun dan pada periode akhir peramalan mampu dinaikan sebesar Rp 244 ribu per tahun. Sehingga secara rata-rata sepanjang peramalan, skenario kebijakan lima
mampu menaikan output per kapita sebesar Rp 308 ribu per tahun.
Gambar 23. Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian Per Kapita Tahun 2012-2035