Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian Total
Pada periode tahun 2022-2031 tingkat output ekonomi diperkirakan akan turun sebesar 1.4 menjadi sebesar Rp71.61 triliun, turun Rp 983 miliar rupiah.
Demikian juga pada periode tahun 2032-2035 output ekonomi turun sebesar 1.5 dibandingkan sebelum pelaksanaan kebijakan, atau turun sebesar Rp 965 miliar.
Berkebalikan dengan skenario kebijakan satu, dampak dari skenario kebijakan dua SK2 yaitu dengan menetapkan formula harga minyak mentah
sama dengan harga minyak mentah yang dikeluarkan oleh Platts maka diagram output ekonomi bergerak ke kanan yang berarti kebijakan tersebut mengakibatkan
terjadinya kenaikan output ekonomi. Tingkat output tertinggi terjadi tetap pada tahun 2017 namun dengan pencapaian output sebesar Rp 93,51 triliun rupiah,
yang berarti meningkat sebesar Rp 967 miliar. Pada periode tahun 2022 hingga tahun 2031 dan periode tahun 2032 hingga tahun 2035 menghasilkan angka yang
berkebalikan dengan skenario kebijakan pertama, yaitu secara berturut-turut nampak output perekonomian total meningkat Rp983 miliar dan Rp 965 miliar,
atau berturut-turut sebesar 1.4 dan 1.5. Skenario kebijakan tiga yaitu kebijakan yang dapat dilakukan melalui
BPMIGAS, dengan menetapkan cash call PT. CPI yang diharapkan akan mempengaruhi investasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi produski
minyak mentah. Nampak bahwa kebijakan ini mampu menggeser kurva ke kanan paling jauh dibandingkan hasil skenario kebijakan yang lainnya. Dengan kata lain
skenario kebijakan tiga berdampak meningkatkan output ekonomi total paling banyak. Sampai dengan tahun 2022 diperkirakan kebijakan tiga menghasilan rata-
rata sebesar Rp 94.290 triliun yang berarti naik 5.1 dibandingkan angka baseline. Skenario kebijakan tersebut apabila dilaksanakan akan mampu
memberikan tambahan output hingga sebesar Rp 4.5 triliun untuk kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2022. Akan tetapi pada periode berikutnya
penambahan output perekonomian sebagai dampak dari kebijakan tersebut semakin kecil. Pada periode tahun 2022 hingga tahun 2031 diperkirakan hanya
akan meningkat sebesar 2.4 saja atau naik sebesar Rp 1.74 triliun dibandingkan dengan baseline.
Skenario kebijakan keempat yaitu menaikan suku bunga bunga mampu menggeser kurva baseline ke kanan, namun tidak sejauh kebijakan nomor tiga.
Skenario kebijakan empat mampu menggeser kurva baseline ke kanan yang secara rata-rata pada setiap periode pengamatan dengan nilai yang hampir sama pada
kisaran Rp 2.3 hingga Rp 2.8 triliun.
Gambar 19. Dampak Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian Total 2012-2035
Sedangkan skenario kebijakan lima yaitu meningkatkan belanja pembangunan sebesar 30 mampu menggeser output total ke kanan dan
berdekatan dengan hasil simulasi skenario kebijakan kedua. Efektifitas skenario kebijakan lima lebih besar pada awal periode dibandingkan pada akhir periode
peramalan. Skenario kebijakan tiga berdampak paling baik pada awal periode, yang berarti ketika cash call dinaikan dan ketika cadangan minyak mentah masih
cukup besar maka dapat memicu kenaikan produksi dan penjualan minyak mentah yang pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan output secara total. Namun
demikian seiring dengan penurunan cadangan efektifitas kebijakan tiga menjadi semakin kecil. Hasil simulasi menunjukan bahwa pada periode tahun 2012 hingga
tahun 2021 output total mampu naik sebesar Rp 4.5 triliun, sedangkan pada periode berikutnya semakin kecil. Periode tahun 2022 hingga tahun 2031 output
perekonomian naik hanya sebesar Rp 1.7 triliun, dan pada akhir periode peramalan, periode tahun 2032 sampai dengan tahun 2035 hanya naik sebesar Rp
154 miliar. Berbeda dengan skenario tiga, skenario empat justru berdampak relaltif
tidak terlalu besar pada awal periode dan dampaknya semakin efektif terhadap tingkat output pada akhir periode peramalan. Jika pada periode tahun 2012 hingga
tahun 2022 skenario kebijakan tiga diperkirakan akan meningkatkan output total sebesar Rp 2.3 triliun maka pada priode berikutnya secara berturut turut
meningkat yaitu Rp 2.7 triliun untuk periode tahun 2022 sampai dengan tahun 2031 dan Rp 2.8 triliun untuk periode tahun 2032-2035.
Skenario kebijakan lima berdampak dalam perekonomian tidak lebih baik jika dibandingkan dengan skenario kebijakan tiga dan empat, namun lebih baik
dari pada skenario kebijakan dua. Skenario kebijakan lima secara rata-rata akan menaikan output perekonomian sepanjang periode peramalan sebesar Rp2.0
triliun. Pada periode awal peramalan, yaitu periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 diperkirakan naik sebesar Rp 2.3 triliun. Pada periode tahun 2022
sampai dengan periode tahun 2031 naik hanya sebesar Rp 2.0 triliun, dan pada akhir periode peramalan yaitu periode tahun 2031 sampai dengan tahun 2035
sebesar Rp 1.9 triliun.