Peramalan Baseline Tenaga Kerja
tahun ke tahun mengikuti kecenderungan penurunan produksi minyak mentah lihat Gambar 19.
Pada periode tahun 2012 hingga tahun 2017 nampak tingkat output mengalami peningkatan dan diperkirakan titik tertinggi nilai output ekonomi
terjadi pada tahun 2017 yang mencapai Rp 93.01 triliun. Setelah itu, pada tahun- tahun berikutnya output perekonomian akan terus mengalami penurunan hingga
titik terendah terjadi di tahun 2030 yaitu sebesar Rp 62.28 triliun. Setelah itu perlahan output ekonomi cenderung meningkat sehingga pada tahun 2035, yaitu
10 tahun setelah minyak mentah diperkirakan habis. Pada tahun itu tingkat output ekonomi diperkirakan sebesar Rp 62.85 triliun lihat Tabel 31.
Tabel 31. Skenario Kebijakan terhadap Output Perekonomian Tahun
2012-2035 Juta Rp
Apabila skenario kebijakan satu SK1 diterapkan dengan merubah formulasi harga minyak sebesar harga RIMS, maka reaksi terhadap perubahan
harga ini ditunjukkan dengan terjadinya pergeseran kurva ke kanan sehingga tingkat output secara keseluruhan mengalami penurunan. Jika sebelum skenario
kebijakan diterapkan output rata-rata pada periode tahun 2012 hingga tahun 2021 sebesar Rp 89.75 triliun, maka dengan menggunakan formula harga minyak sama
dengan RIMS menghasilkan output ekonomi menjadi sebesar Rp88,78 triliun, turun sebesar 1.1 atau sebesar Rp 967 miliar.
PERIODE TAHUN
YPOTSK0 YPOTSK1
YPOTSK2 YPOTSK3
YPOTSK4 YPOTSK5
2012 ‐2021
89751613 88783877
90719350 94290415
92104076 91097887
2022 ‐2031
72602087 71618683
73585495 74336053
75354688 73691118
2032 ‐2035
62517148 61552080
63482220 62672063
65326675 63454905
Pada periode tahun 2022-2031 tingkat output ekonomi diperkirakan akan turun sebesar 1.4 menjadi sebesar Rp71.61 triliun, turun Rp 983 miliar rupiah.
Demikian juga pada periode tahun 2032-2035 output ekonomi turun sebesar 1.5 dibandingkan sebelum pelaksanaan kebijakan, atau turun sebesar Rp 965 miliar.
Berkebalikan dengan skenario kebijakan satu, dampak dari skenario kebijakan dua SK2 yaitu dengan menetapkan formula harga minyak mentah
sama dengan harga minyak mentah yang dikeluarkan oleh Platts maka diagram output ekonomi bergerak ke kanan yang berarti kebijakan tersebut mengakibatkan
terjadinya kenaikan output ekonomi. Tingkat output tertinggi terjadi tetap pada tahun 2017 namun dengan pencapaian output sebesar Rp 93,51 triliun rupiah,
yang berarti meningkat sebesar Rp 967 miliar. Pada periode tahun 2022 hingga tahun 2031 dan periode tahun 2032 hingga tahun 2035 menghasilkan angka yang
berkebalikan dengan skenario kebijakan pertama, yaitu secara berturut-turut nampak output perekonomian total meningkat Rp983 miliar dan Rp 965 miliar,
atau berturut-turut sebesar 1.4 dan 1.5. Skenario kebijakan tiga yaitu kebijakan yang dapat dilakukan melalui
BPMIGAS, dengan menetapkan cash call PT. CPI yang diharapkan akan mempengaruhi investasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi produski
minyak mentah. Nampak bahwa kebijakan ini mampu menggeser kurva ke kanan paling jauh dibandingkan hasil skenario kebijakan yang lainnya. Dengan kata lain
skenario kebijakan tiga berdampak meningkatkan output ekonomi total paling banyak. Sampai dengan tahun 2022 diperkirakan kebijakan tiga menghasilan rata-
rata sebesar Rp 94.290 triliun yang berarti naik 5.1 dibandingkan angka baseline. Skenario kebijakan tersebut apabila dilaksanakan akan mampu