83
Kelemahan pada siswa P yang jelas terlihat adalah kepercayaan dirinya yang masih rendah. Rendahnya kepercayaan diri ini berdampak pada
aspek lain dalam praktik berbicara. Pada saat praktik berbicara dan mulai membicarakan topik, siswa
sama sekali tidak lepas dari catatan bantuannya. Ia tidak berani melihat kamera maupun audience dan wajahnya selalu menunduk melihat catatan
pembantunya. Hal tersebut membuat gerakan dan mimik wajah siswa kurang nampak. Pengucapan vokal dan konsonannya tidak jelas sehingga
pendengar tidak dapat menangkap dan memahami apa yang diungkapkan siswa P. Penekanan pada setiap kalimat juga tidak nampak dan siswa
terkesan menyeret dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga informasi yang diberikan masih terdapat bagian-bagian yang rancu.
Berdasarkan hasil tes pratindakan tersebut peneliti akan melakukan tindakan dalam siklus I yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Diterapkannya model tersebut diharapkan
keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo akan mengalami peningkatan.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan Planning
Sebelum memulai tindakan peneliti berkolaborasi dengan wali kelas V SD N Karangmojo yang juga merupakan guru mata pelajaran bahasa
84
Indonesia pada kelas tersebut menyusun perencanaan mengenai tindakan yang akan diberikan pada siswa. Berikut adalah perencaan yang dilakukan
sebelum dilakukan tindakan. 1
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP disusun dengan
kerjasama antara peneliti denngan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Format RPP tersebut dibuat mengikuti format yang biasa
digunakan di SD tersebut dengan sedikit dimodifikasi dengan format yang biasa digunakan oleh peneliti sesuai kesepakatan.
Penyusunan RPP tersebut berdasarkan pada silabus dan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut materi yang
dipilih dalam pembelajaran adalah materi “Mengomentari Permasalahan Faktual”. Pada materi tersebut siswa diminta untuk
praktik berbicara mengomentari permasalahan-permasalahan yang disajikan oleh pengajar.
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut hal yang paling disoroti adalah langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada
model kooperatif tipe cooperative script. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran tersebut mengacu pada kajian teori model pembelajaran
cooperative script dan dengan diskusi dengan guru. 2
Menyiapkan Sumber dan Media Pembelajaran Sumber yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku
pegangan yang biasa dipakai guru untuk melaksanakan pembelajaran
85
mata pelajaran bahasa Indonesia, buku elektronik, dan sumber internet sebagai tambahan informasi.
Penelitian ini berfokus pada penerapan model pembelajaran pada suatu pembelajaran, maka dari itu media yang digunakan cukup
sederhana. Pembelajaran hanya menggunakan media teks bacaan yang dibagikan pada masing-masing siswa untuk digunakan dalam
pembelajaran
3 Menyusun Alat Evaluasi dan Obeservasi
Evaluasi pada pembelajaran ini adalah menggunakan tes praktik berbicara. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan
keterampilan berbicara siswa setelah diberikan tindakan. Penilaian tersebut berdasarkan pedoman penilaian yang telah disusun dan
dituangkan pada lembar penilaian keterampilan berbicara Observasi
dilakukan selama
pembelajaran berlangsung.
Pengamatan proses pembelajaran tersebut menggunakan lembar observasi dan mengamati sikap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Tindakan
Setelah perencanaan dan persiapan sudah berhasil disusun dengan berkolaborasi dengan guru, tindakan pada siklus I dilaksanakan. Setelah
86
berdiskusi dan terdapat beberapa pertimbangan telah diputuskan bahwa pada siklus I ini dilakukan tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuan
berdurasi 2x35 menit. Pertimbangan tiga kali pertemuan ini disepakati agar pemberian tindakan dan penerapan model pembelajaran dapat berjalan
dengan optimal dan mendapatkan hasil berupa peningkatan keterampilan berbicara siswa.
1 Siklus I: Pertemuan 1
Pada pertemuan ini pengajar menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dan menggunakan segala sesuatu yang
telah dipersiapkan. Pertemuan pertama tersebut membahas tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan pengucapan huruf
vokal dan konsonan dalam praktik berbicara. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahapan kegiatan yaitu pendahuluan
yang diberikan waktu selama 15 menit, kegiatan inti 35 menit, dan kegiatan penutup 20 menit. Pada kegiatan inti dibagi lagi menjadii tiga
tahapan yaitu tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a Siswa diberi apersepsi berupa tanya jawab tentang berbagai
penyakit yang timbul akibat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan
b Siswa diberi penjelasan tentang materi menanggapi permasalahan
faktual.
87
c Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang
disampaikan guru. Dalam tahap di atas pengajar lebih menekankan pada pengenalan
materi pada siswa dan menggali kemampuan dasar siswa terhadap materi tersebut. Di sisi lain pengajar juga melakukan pengamatan dan
penggalian mengenai kemampuan siswa dalam berbicara dan mengomentari suatu permasalahan secara lisan.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah sebagai berikut.
a Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk kelompok dengan
teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. b
Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan tentang permasalahan di lingkungan sekitarnya, yaitu tentang penyakit
demam berdarah. c
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan.
d Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang
memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam
bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. e
Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi
masukan dalam kelompok.
88
f Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan hasil
rangkuman dan gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara lisan dan tanpa menggunakan bantuan catatan yang telah ia buat
sebelumnya. g
Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara selesai, pendengar memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi
dari gagasan-gagasan yang diungkapkan pembicara atau mungkin tambahan-tambahan ide untuk menyempurnakan gagasan dari
pembicara. h
Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan aktivitas seperti sebelumnya. Langkah-langkah tersebut sudah masuk pada tahap penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script. Sebelum langkah tersebut diterapkan, terlebih dahulu pengajar memberikan
penlasan singkat mengenai model pembelajaran cooperative script yang akan dilaksanakan dan memberikan contoh cara mengomentari
permasalahan faktual dengan memperhatikan pengucapan huruf vokal dan konsonan. Terlihat dengan jelas pada tahap tersebut siswa bekerja
sama dengan pasangannya untuk melatih dan saling memberi masukan mengenai konten tanggapan ataupun keterampilan berbicara.
89
Dalam pelaksanaan langkah-langkah tersebut pengajar terus mengawasi dan memberikan bantuan kepada kelompok yang terlihat
kesulitan ataupun kelompok yang kurang paham. Sebagian siswa mulai berani untuk mencoba mengungkapkan pendapatnya dengan teman
sekelompoknya berdasarkan teks bacaan yang telah ia cermati, namun beberapa siswa terlihat kesulitan dalam menanggapi atau memberikan
komentar tentang konten dan cara berbicara teman sekelompoknya sehingga perlu bimbingan dari guru.
Dilanjutkan pada langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a
Setiap kelompok merangkum hasil diskusinya pada masing-masing bacaan lalu dipaparkan secara lisan dalam kelas
b Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan
berdasarkan teks bacaan yang diberikan Langkah tersebut merupakan langkah yang menunjukkan
konfirmasi mengenai hasil diskusi dan belajar siswa. Praktik berbicara masing-masing kelompok dilakukan secara bergantian dan masing-
masing anggota kelompok saling melengkapi penjelasan teman sekelompoknya. Dalam tahap ini masih terdapat siswa yang masih perlu
bantuan dalam mengungkapkan pendapat secara lisan. Pengajar dan teman yang lain turut mengkoreksi dan belajar dari temannya yang
mengungkapkan gagasannya secara lisan. 2
Siklus I: Pertemuan 2
90
Pelaksanaan pada pertemuan dua ini hampir sama dengan tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama. Dalam pertemuan dua ini
yang dibedakan hanya pada pemberian permasalahan faktual selebihnya langkah-langkah yang diterapkan sebagian besar adalah sama. Hal ini
dilakukan untuk membiasakan siswa dalam berdiskusi dan mengasah keterampilan berbicaranya dengan menggunakan kegiatan kelompok
kooperatif. Pada pertemuan dua ini masih dibahas mengenai permasalahan
faktual dan memberikan tanggapan pada permasalah tersebut. Selain hal tersebut detil-detil tanggapan yang diberikan siswa mulai diperhatikan.
Pengajar menekankan pada pemilihan kata yang digunakan dan penggunaan bahasa yang santun dalam mengomentari suatu
permasalahan faktual. Siswa diberikan materi dan contoh materi tersebut kemudian diberikan waktu untuk tanya jawab mengenai materi
tersebut. Setelah pengajar memberikan materi tersebut siswa diminta untuk mulai menerapkannya pada tugas yang diberikan guru yaitu
memberikan tanggapan dan solusi dari permasalahan dalam suatu teks bacaan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Berbeda
dengan kondisi pada pertemuan pertama, kepercayaan diri siswa sudah mulai meningkat dilihat dari proses diskusi dan latihan bersama
pasangannya. Guru mengingatkan setiap kelompok untuk tidak hanya
91
memberikan masukan pada konten isi tanggapan saja namun juga pada cara berbicara teman sekelompoknya.
Kegiatan konfirmasi dalam pertemuan dua juga berbeda dengan kegiatan konfirmasi pada kegiatan pertama. Pada pertemuan pertama
setelah berdiskusi siswa memaparkan hasil diskusinya secara berpasangan dan saling melengkapi, namun pada pertemuan dua ini
pemaparan hasil pekerjaan mereka dilakukan secara individu. Hal ini dilakukan juga untuk mengukur perkembangan siswa. Dalam hal ini
siswa sudah mulai berani dalam memberikan pendapat secara lisan namun masih terdapat kesan ragu dan kurang percya diri terhadap
kemampuannya sendiri. Guru bersama siswa yang lain memberikan masukan satu sama lain untuk perbaikan siswa yang memaparkan
tanggapan dari permasalah faktual yang sudah ia kerjakan. 3
Siklus I: Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dalam siklus I ini berisi kegiatan yang bermaksud
untuk mematangkan kemampuan berbicara siswa. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada pertemuan ini siswa diharapkan dapat
memberikan tanggapan terhadap suatu permasalahan faktual dengan memperhatikan ketepatan dalam struktur kalimat. Dengan struktur
kalimat yang baik maka maksud atau tujuan dari apa yang dibicarakanpun akan dapat diterima dengan baik.
Sama seperti sebelumnya langkah-langkah yang diterapkan dalam pertemuan ketiga ini kurang lebih juga sama dengan pertemuan
92
sebelumnya yaitu tetap melaksanakan diskusi secara berpasangan dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya
untuk melatih dan saling memberikan masukan satu sama lain utntuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam pertemuan ketiga ini proses
diskusi dalam kelompok memang mengalami peningkatan. Siswa dalam kelompok menjadi lebih terbuka dan lebih kooperatif dalam
memberikan tanggapan. Perbedaan pembelajaran pada pertemuan tiga ini dengan pertemuan
sebelumnya adalah tambahan aktivitas karena melihat tujuan lain dari pembelajaran ini adalah meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
berbicara. Berikut adalah langkah-langkah yang sedikit berbeda dari pertemuan sebelumnya tersebut.
a Setiap siswa mempersiapkan pertanyaan dan siap menjawab serta
memberi tanggapan secara lisan berdasarkan tanggapan yang telah disusun teman yang lain.
b Secara bergiliran siswa memberikan pertanyaan atau menjawab dan
memberi tanggapan satu sama lain dalam satu kelas tersebut secara merata
Langkah tersebut ditambahkan agar siswa siap secara spontan memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, atau memberikan
tanggapan yang dilontarkan teman yang lain. Pengajar memilih secara acak siswa yang bertugas menjadi penanya, penjawab, atau pemberi
tanggapan, jadi siswa harus siap mendapat peran apapun. Kegiatan
93
tersebut dilakukan secara merata pada seluruh siswa dalam kelas tersebut. Dengan begitu siswa akan lebih terpacu dan aktif berbicara di
dalam kelas secara merata. Hal tersebut adalah upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara di depan umum.
c. Pengamatan Observing
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti berkolaborasi dengan guru telah mempersiapkan pedoman dan lembar observasi. Lembar
observasi tersebut digunakan untuk mengamati proses yang berlangsung selama tindakan dilakukan. Penilaian keterampilan berbicara dilakukan
menggunakan lembar penilaian yang berpedoman pada pedoman penilaian berbicara yang disusun sebelumnya.
1 Pengamatan Proses
a Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus I: Pertemuan 1
Aktivitas siswa diamati selama pembelajaran berlangsung dari awal pembelajaran hingga pembelajaran berakhir. Pengamat
mengamati segala aktivitas siswa dan respon yang diberikan siswa terhadap setiap kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah hasil
pengamatan aktivitas siswa pada siklus I.
94
Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 1
No. Aspek yang diamati
Total Skor
1. Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
109 2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik. 110
3. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan
guru dengan penuh perhatian. 101
4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang
dijelaskan guru dengan penuh perhatian. 95
5. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
pada hari tersebut. 100
6. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada
hari tersebut dengan penuh perhatian 91
7. Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia
pahami dari penjelasan guru 83
8. Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk
sebuah kelompok 111
9. Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan
yang telah diberikan 109
10. Siswa membuat catatan pembantu yang memuat
rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
109
11. Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya
secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
95
12. Siswa saling memberikan masukan terhadap
gagasan teman sekelompoknya 81
13. Siswa merangkum hasil diskusi dalam
kelompoknya 81
14. Siswa memperhatikan kelompok yang
memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas 86
15. Siswa bersama guru membahas gagasan
berdasarkan masing-masing bacaan 97
16. Siswa bersama guru menyimpukan materi yang
dipelajari pada hari tersebut 107
Jumlah 1565
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100 = 69,87
95
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa selama tindaan pada siklus I pertemuan 1 kegiatanyang dilakukan siswa sudah mencapai
69,87 dari kegiatan yang diharapkan. Persentase tersebut tergolong cukup dalam pelaksanaan tindakan tersebut.
Pada awal pembelajaran siswa berada pada tahap penyesuaian. Dalam tahap ini siswa masih belum berani berbicara aktif di kelas.
Siswa lebih banyak mendengarkan instruksi guru dan feedback dari siswa belum terlihat. Tetapi ketika diberikan apersepsi dan
dilontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi siswa, siswa sudah mulai mencoba aktif dan terlibat dalam diskusi tersebut
meskipun masih kurang percaya diri. Pada kegiatan inti siswa lebih aktif dari sebelumnya dikarenakan
pada kegiatan inti tersebut siswa mulai dikelompokkan berpasangan untuk melakukan tugas selanjutnya. Pengelompokan dilakukan
menurut pasangan duduk masing-masing. Bagi siswa yang tidak mempunyai pasangan duduk digabungkan dengan kelompok yang
paling dekat. Sebagian besar siswa melakukan instruksi yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas secara berkelompok
tersebut. Beberapa siswa dengan percaya diri langsung praktik berbicara
dengan teman sekelompoknya tersebut, tetapi sebagian yang lainnya masih perlu bimbingan guru dalam latihan berbicara di dalam
kelompok. Kekurangan lain dalam kegiatan berkelompok ini terletak
96
pada saat pasangannya mengomentari dan memberikan masukan tentang konten tanggapan dan gaya bicara teman sekelompoknya.
Kebanyakan siswa belum jeli dalam memberikan masukan pada temannya tersebut.
Pada tahap praktik berbicara setelah diskusi berakhir sebagian siswa mulai berani berbicara di depan kelas tetapi berpasangan dan
saling membantu. Salah satu pekerjaan dalam kelompoknya di ungkapkan secara lisan di depan kelas dan saling membantu dalam
penyampaiannya. Ketika pemaparan suatu kelompok berhasil, kelompok lain menanggapi dan memberi masukan. Dalam tahap ini
sebagian siswa sudah berani memberikan komentar. b
Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus 1: Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai terbiasa dengan model
yang digunakan selama pembelajaran. Siswa terlihat lebih antusias daripada pertemuan sebelumnya. Hal itu ditunjukan dengan semakin
bertambahnya siswa yang sudah berani bertanya ketika sesi tanya jawab dan diskusi. Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan
selama proses pembelajaran pada pertemuan kedua.
97
Tabel 12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2
No. Aspek yang diamati
Total Skor
1. Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
112 2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik. 116
3. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan
guru dengan penuh perhatian. 109
4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang
dijelaskan guru dengan penuh perhatian. 108
5. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
pada hari tersebut. 110
6. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada
hari tersebut dengan penuh perhatian 107
7. Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia
pahami dari penjelasan guru 102
8. Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk
sebuah kelompok 124
9. Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan
yang telah diberikan 118
10. Siswa membuat catatan pembantu yang memuat
rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
119
11. Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya
secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
105
12. Siswa saling memberikan masukan terhadap
gagasan teman sekelompoknya 98
13. Siswa merangkum hasil diskusi dalam
kelompoknya 100
14. Siswa memperhatikan kelompok yang
memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas 102
15. Siswa bersama guru membahas gagasan
berdasarkan masing-masing bacaan 106
16. Siswa bersama guru menyimpukan materi yang
dipelajari pada hari tersebut 117
Jumlah 1753
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100 = 78,25
98
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan dua yang dituangkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan yang positif terhadap pembelajaran yang berlangsung. Pada awal pembelajaran siswa lebih aktif dalam menanggapi dan
tanya jawab mengenai apersepsi yang diberikan oleh guru yaitu tentang gejala alam beberapa waktu terakhir ini karena siswa
mengungkapkan apa yang dirasakannya. Materi yang diberikan pada pertemuan tersebut adalah
mengomentari permasalahan faktual, pilihan kata, dan santun ketika memberikan tanggapan secara lisan. Siswa mulai memahami tentang
bagaimana memilih kata dan menyesuaikan penggunaan kata dalam mengungkapkan tanggapan secara lisan pada suasana tertentu.
Permasalahan yang muncul adalah terdapat beberapa siswa kurang memperhatikan sikapnya ketika berbicara sehingga guru perlu
mengarahkannya. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai memahami pola diskusi
dan latihan berbicara dalam kelompok masing-masing. Hal tersebut membuat siswa menjadi lebih terbiasa dan nyaman ketika diskusi
dengan teman sekelompoknya tersebut. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Pada
pertemuan pertama pemaparan hasil diskusi dilakukan berdua dengan teman sekelompoknya namun pada pertemuan ini kegiatan
tersebut dilakukan secara individu. Beberapa siswa maju untuk
99
mengungkapkan gagasannya di depan kelas tanpa ditunjuk tetapi masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam
mengungkapkan gagasannya di depan kelas. c
Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus 1: Pertemuan 3 Pertemuan ketiga ini adalah pertemuan terakhir dari siklus I.
Pengamatan yang dilakukan pada siklus ini dilakukan sama dengan pengamatan-pengamatan
sebelumnya. Berikut
adalah hasil
pengamatan kegiatan siswa pada pertemuan ketiga di siklus I.
Tabel 13. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 3
No. Aspek yang diamati
Total Skor
1. Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
116 2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik. 117
3. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan
guru dengan penuh perhatian. 110
4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang
dijelaskan guru dengan penuh perhatian. 109
5. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
pada hari tersebut. 117
6. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada
hari tersebut dengan penuh perhatian 111
7. Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia
pahami dari penjelasan guru 106
8. Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk
sebuah kelompok 125
9. Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan
yang telah diberikan 120
10. Siswa membuat catatan pembantu yang memuat
rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
121
11. Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya
secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
109
12. Siswa saling memberikan masukan terhadap
gagasan teman sekelompoknya 100
100
No. Aspek yang diamati
Total Skor
13. Siswa merangkum hasil diskusi dalam
kelompoknya 103
14. Siswa memperhatikan kelompok yang
memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas 104
15. Siswa bersama guru membahas gagasan
berdasarkan masing-masing bacaan 108
16. Siswa bersama guru menyimpukan materi yang
dipelajari pada hari tersebut 120
Jumlah 1796
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100 = 80,17
Pada pertemuan ketiga ini terjadi peningkatan positif pada siswa dalam proses pembelajaran bila dilihat dari tabel yang dipaparkan di
atas. Sebagian besar aspek yang diamati pada kegiatan siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini menandakan
bahwa siswa lebih patuh dan antusias dalam mengikuti pembelajaran Pada pertemuan ketiga ini terdapat kegiatan berupa lempar-
jawab pertanyaan. Siswa harus siap secara acak memberikan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan tersebut
hanya beberapa siswa yang tidak dapat memberikan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan belum lancar. Beberapa siswa juga
turut memberikan tanggapan dari jawaban siswa lain yang dirasa kurang lengkap. Dari kegiatan tersebut terlihat keberanian siswa
dalam mengungkapkan pendapatnya meningkat.
101
d Deskripsi Aktivitas Guru pada Siklus I
Dalam kegiatan pengamatann ini pengamat tidak hanya mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran saja namun
juga mengamati aktivitas guru selama memberikan pembelajaran dalam setiap pertemuan pada siklus I. Berikut adalah hasil
pengamatan pada aktivitas guru pada siklus I.
Tabel 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus I
No. Aspek yang Diamati
Skor 1 2 3 4
1. Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka.
√ 2.
Guru memberikan contoh cara berdoa yang baik. √
3. Guru memberikan apersepsi yang sesuai dengan materi
yang akan dibahas pada hari tersebut. √
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari
tersebut. √
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
√ 6.
Guru menjelaskan materi dengan jelas. √
7. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
menanggapi penjelasan yang diberikan √
8. Guru membagi siswa menjadi kelompok secara
berpasangan. √
9. Guru menjelaskan cara pengerjaan persoalan yang
diberikan secara rinci dan jelas. √
10. Guru membimbing siswa membuat catatan kelompok
dan membimbing bekerja secara berkelompok √
11. Guru memperhatikan dengan seksama dan memberikan
masukan terhadap kelompok yang mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas.
√
12. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanggapi gagasan kelompok yang maju ke depan. √
13. Guru bersama dengan murid menarik kesimpulan atas
materi yang disampaikan pada hari tersebut. √
Jumlah 48
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan guru:
x 100 = 92,30
102
Hasil pengamatan dari pengamatan guru telah menjalankan sebagian besar kegiatan yang disusun dengan baik. Rencana yang
telah disusun sebelumnya dilaksanakan secara runtut dan guru juga turut aktif mengawasi pembelajaran dan membantu siswa.
Pada pertemuan pertama guru menyesuaikan diri dengan kondisi murid di kelas V tersebut. Selain melakukan perkenalan, pendekatan
guru juga dilakukan dengan cara berinteraksi secara aktif dengan siswa secara acak. Kendala pada tahap awal ini adalah belum
terbiasanya siswa dengan pengajar. Hal ini membuat pengajar harus melakukan usaha yang lebih keras untuk mulai akrab dengan siswa.
Pada kegiatan berkelompok guru tidak hanya melihat siswa berdiskusi saja namun guru bertindak sebagai supervisor. Guru
memberikan arahan-arahan pada kelompok secara acak. Guru mulai mengenali kesulitan-kesulitan siswa dalam berkelompok lalu
memberikan solusi pada setiap permasalahan tersebut. Guru membimbing siswa untuk berani praktik berbicara dan
memberikan masukan pada setiap siswa agar keterampilan berbicaranya dapat menjadi lebih baik. Guru terkadang memberikan
kesempatan untuk murid yang lain untuk memberikan masukan pada temannya yang lain dan muncul atmosfer saling mendukung di
antara siswa.
103
2 Keberhasilan Produk
Produk dalam penelitian ini adalah praktik berbicara yang dilakukan siswa secara individu. Pemberian post test ini dilakukan
pada akhir pertemuan terakhir pada siklus I. Hasil post test siklus I terlampir pada lampiran 9. Berikut ini adalah analisis peneliti tentang
persentase hasil tes keterampilan berbicara siklus I
Tabel 15 . Analisis Persentase Hasil Tes Siklus I Keterampilan
Berbicara No.
Aspek yang diamati Nilai
Persentase 1.
Nilai Tertinggi 85
- 2.
Nilai Terendah 38
- 3.
Jumlah Siswa yang Tuntas 16
45,71 4.
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 19
54,29 Untuk mengetahui secara jelas perbandingan skor keterampilan
berbicara setiap siswa pada pra tindakan dan setelah tindakan pada siklus I, peneliti membuat tabel perbandingan hasil. Berikut adalah
tabel perbandingan yang telah disusun.
104
Tabel 16. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Berbicara Siswa
pada Pra Tindakan dengan Siklus I No. Subjek
Skor Kenaikan
Skor Pra Tindakan
Siklus I 1.
A 43
46 3
2. B
47 60
13 3.
C 55
60 5
4. D
80 85
5 5.
E 75
80 5
6. F
43 60
17 7.
G 43
55 12
8. H
41 65
24 9.
I 42
50 8
10. J
47 65
18 11.
K 38
55 17
12. L
56 61
6 13.
M 70
70 14.
N 61
65 4
15. O
75 85
10 16.
P 34
38 4
17. Q
42 55
13 18.
R 51
60 9
19. S
52 65
13 20.
T 56
60 4
21. U
52 60
8 22.
V 38
50 12
23. W
70 75
5 24.
X 75
80 5
25. Y
51 55
4 26.
Z 65
65 27.
AA 57
65 8
28. BB
70 75
5 29.
CC 65
75 10
30. DD
70 75
5 31.
EE 42
50 8
32. FF
51 55
4 33.
GG 76
75 -1
34. HH
42 55
13 35.
II 55
60 5
Rata-Rata Kenaikan Skor 8,03
Bila dilihat dari perbandingan skor keterampilan berbicara siswa yang disajikan di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa
105
mengalami peningkatan
pada keterampilan
berbicaranya dibandingkan dengan tes yang dilakukan pra tindakan. Dari tabel di
atas hanya satu orang siswa yang mengalami penurunan satu poin. Telah diketahui dari tabel tersebut bahwa skor rata-rata kenaikan
siswa pada siklus I ini adalah 8,03. Dilihat dari aspek-aspek keterampilan berbicara, post test siklus
I juga menunjukkan bahwa setiap aspek dalam keterampilan berbicara mengalami peningkatan. Lebih lanjut peneliti menyajikan
tabel perbandingan hasil tes keterampilan berbicara pra tindakan dengan post test siklus I dari sudut pandang aspek-aspek dalam
keterampilan berbicara.. Berikut adalah tabel tersebut.
Tabel 17. Perbandingan Hasil Skor Rata-Rata Aspek Keterampilan
Berbicara pra Tindakan dengan Siklus I
No. Aspek
Skor Pra Tindakan
Siklus I
1 Pengucapan Vokal dan Konsonan
10,03 10,6
2 Struktur Kalimat
8,43 8,86
3 Tekanan
7 7,29
4 Pilihan Kata
9,71 9,86
5 Kepercayaan Diri
4,26 6,86
6 Kelancaran Berbicara
3,29 4,91
7 Gerakan dan Mimik Wajah
2,71 4,91
8 Penalaran
9,71 9,86
Skor Rata-Rata Kelas 55,14
63,14
Tabel perbandiangan di atas kemudian dituangkan dalam diagram sebagai berkut.
106
Gambar 3.
Diagram Perbandingan Skor Tes Keterampilan Berbicara antara Pra Tindakan dengan Siklus I di Kelas V SD N
Karangmojo Dari tabel dan histogram di atas terlihat semua aspek yang
diukur dalam berbicara meningkat dengan besar peningkatan yang berbeda-beda. Bila dilihat dari peningkatan yang dialami siswa D,
siswa N, dan siswa P yang dalam pre test sebelumnya mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan terendah maka akan terdapat analisis
peningkatan pada setiap siswa tersebut sebagai berikut. a
Hasil praktik berbicara siswa D pada post test I Pada post test I, skor yang diperoleh siswa D mengalami
peningkatan yang semula skornya adalah 80 menjadi 85. Besar peningkatan yang didapat siswa D adalah 5 poin. Pada saat pre
test siswa D memang sudah mendapatkan nilai yang bagus dan lebih baik dari teman yang lainnya dan pada post test I meskipun
2 4
6 8
10 12
Pra Tindakan Siklus 1
107
peningkatan skornya tidak signifikan namun hal tersebut menunjukan bahwa pada siklus I keterampilan berbicara siswa D
meningkat. Pada post test siklus I siswa D melakukan praktik berbicara
tanpa bantuan catatan. Ia sudah berani berbicara tanpa membawa catatan meskipun masih terdapat bagian yang kurang lancar saat
praktik berbicara. Aspek yang meningkat pada post test siklus I tersebut adalah aspek tekanan. Siswa D sudah mampu
memberikan tekanan pada setiap kalimat yang diungkapkannya secara tepat.
Aspek-aspek yang masih perlu diperbaiki pada siklus ini adalah aspek struktur kalimat. Dalam praktik berbicaranya masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang efektif. Apek lain adalah gerakan dan mimik wajah. Secara penekanan kalimat, siswa D
memang sudah mampu melakukannya dengan baik namun gerakan dan mimik wajah yang ditunjukkannya masih terdapat
yang kurang sesuai.
b Hasil praktik berbicara siswa N pada post test I
Pada post test siklus I, siswa N juga mengalami peningkatan pada keterampilan berbicaranya. Skor yang didapatkannya saat
pre test dan pada post test kali ini mengalami peningkatan positif. Sebelumnya siswa mendapat skor 61 dan pada post test ini siswa
108
mendapat skor 65. Peningkatan skor yang didapat siswa memang tidak begitu tinggi namun dengan mendapatkan skor 65
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa N sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan.
Pada post test siklus I kali ini kepercayaan diri siswa N meningkat. Pada pre test sebelumnya, siswa N masih banyak
melihat catatan pembantu namun kali ini siswa sudah berani praktik berbicara tanpa melihat catatan pembantu. Tatapan siswa
sudah berani melihat kamera video dan audience. Meskipun kelancaran berbicara siswa N masih perlu diperbaiki namun hal
ini sudah mendukung keterampilan berbicaranya menjadi lebih baik.
Kalimat yang digunakan siswa dalam praktik berbicara masih perlu diperbaiki pada struktur kalimatnya dan penekanan pada
setiap katapun masih kurang jelas. Gerakan dan mimik wajah yang ditunjukkan siswa sudah terlihat namun masih kurang sesuai
dengan hal yang dibicarakan dan perlu ditingkatkan lagi.
c Hasil praktik berbicara siswa P pada post test I
Dibandingkan dengan hasil yang didapatkannya pada pre test, skor pada post test ini memang menunjukkan sedikit
peningkatan, namun skor siswa masih jauh di bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Hal positif pada post test siklus I ini adalah
109
kenyataan bahwa siswa P berani mencoba untuk tidak membawa catatan pembantu saat post test dilakukan. Hal tersebut perlu
diapresiasi meskipun siswa P belum menguasai aspek-aspek dalam berbicara.
d. Refleksi
Setelah melakukan satu siklus untuk menentukan langkah selanjutnya peneliti dan kolaborator menganalisis tindakan yang dilakukan pada siklus
tersebut. Pada siklus I peneliti dan kolaborator menemukan adanya peningkatan pada rata-rata tes keterampilan berbicara siswa kelas V SD N
Karangmojo Berikut adalah tabel kenaikan skor rata-rata tes keterampilan berbicara antara tes pra tindakan dengan tes siklus I.
Tabel 18. Kenaikan Skor Rata-Rata Tes Keterampilan Berbicara antara
Tes Pra Tindakan dengan Tes Siklus I
No. Aspek
Skor Skor
Kenaikan Pra Tindakan
Siklus I
1 Pengucapan Vokal dan
Konsonan 10,03
10,6 0,57
2 Struktur Kalimat
8,43 8,86
0,43 3
Tekanan 7
7,29 0,29
4 Pilihan Kata
9,71 9,86
0,15 5
Kepercayaan Diri 4,26
6,86 2,6
6 Kelancaran Berbicara
3,29 4,91
1,62 7
Gerakan dan Mimik Wajah
2,71 4,91
2,2 8
Penalaran 9,71
9,86 0.15
Skor Rata-Rata Kelas
55,29 63,14
8
Paparan dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan positif terhadap kemampuan berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat
110
dari peningkatan pada skor rata-rata kelas dari skor pra tindakan dengan skor siklus I. Kenaikan skor rata-rata kelas tersebut adalah 8. Dari tabel
tersebut juga kita dapat mengetahui kenaikan dari masing-masing aspek. Semua aspek mengalami kenaikan positif. Sebagai peneliti melihat hal
tersebut tentunya peneliti tetap harus memberikan perlakuan kepada siswa yang belum mencapai nilai yang tinggi.
Peningkatan memang terjadi pada siklus I tersebut namun peningkatan masih belum maksimal karena skor rata-rata kelas yaitu 63,14 masih
berada di bawah ketuntasan minimal siswa yaitu 65. Terdapat beberapa faktor yang membuat kurang maksimalnya peningkatan keterampilan
berbicara pada siswa kelas V SD N Karangmojo tersebut. Berikut adalah permasalahan yang peneliti dan kolaborator temukan pada pelaksanaan
siklus I. 1
Cara pembentukan kelompok berpasangan yang monoton. Cara pembentukan kelompok yang dilakukan selama siklus I
adalah dengan berpasangan dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Secara kedekatan ini dapat membantu
namun secara pengembangan keterampilan siswa hal ini kurang dapat membantu.
2 Pemberian materi sebelum berkelompok masih kurang bervariatif.
Pada siklus I hanya pada pertemuan ketiga saja pembelajaran yang menyisipkan permainan pada pembelaarannya, selebihnya
penyampaian materi hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi
111
saja. Hal tersebut membuat siswa kurang dapat memahami dengan lebih baik tentang konten materi yang diberikan kepada siswa.
Berdasarkan dari permasalahan yang ditemukan tersebut, peneliti dan kolaborator kemudian menyusun solusi yang akan menjadi perbaikan pada
siklus II. Solusi tersebut adalah sebagai berikut. 1
Berpasangan dengan teman yang bukan sebangku akan menambah cara pandang siswa dan dapat menerima masukan yang lebih variatif.
Pada siklus selanjutnya pengelompokan siswa akan menggunakan sistem acak dengan dibedakan antara siswa perempuan dan laki-laki.
2 Pada tindakan selanjutnya pemberian materi akan ditambahkan
permainan-permainan yang melibatkan siswa aktif sehingga siswa akan lebih dapat memahami materi yang disampaikan.
4. Hasil Pelaksanaan Siklus II