Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

134 Gambar 5. Kenaikan Skor Rata-Rata Siswa dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Peningkatan yang terjadi pada setiap siklus ini membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD N Karangmojo. Pada awal siklus, skor rata-rata dari seluruh siswa kelas V adalah 55,14, kemudian pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata skor menjadi 63,14, dan pada siklus II skor meningkat lagi menjadi 75,14. Berdasarkan peningkatan tersebut peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menghentikan tindakan pada siklus II.

B. Pembahasan

Pada awal penelitian telah dipaparkan bahwa latar belakang penelitian ini dilakukan salah satunya adalah dalam pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara. Padahal menurut Arsjad 2 4 6 8 10 12 14 Pra Siklus Siklus I2 Siklus II 135 dan Mukti 1991 keterampilan berbicara dalam situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Maka dari itu penelitian ini memfokuskan pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajarannya dengan penerapan model kooperatif tipe cooperative script. Keterampilan berbicara siswa sebelum tindakan diukur dengan memberikan pre test berupa tes berbicara dengan topik yang sama satu persatu. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan berbicara siswa sebelum dierikan tindakan. Hasil dari pre test tersebut menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih di bawah nilai ketuntasan minimal dengan skor rata-rata 55,29. Tindakan pada siklus I yang dilakukan setelahnya berjalan dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Model pembelajaran cooperative merupakan model pembelajaran yang bisa langsung diterapkan karena menurut Warsono dan Haryanto 2013 model pembelajaran ini tidak memerlukan pengaturan kelas khusus karena setiap siswa dapat berdiskusi dengan teman sebangku atau teman terdekatnya. Setiap pembelajaran yang dilakukan menerapkan langkah- langkah model pembelajaran cooperative script yang telah disusun sebelumnya yaitu sebagai berikut. 1. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebangku atau teman terdekatnya. 2. Masing-masing siswa dibagikan wacana atau materi yang akan dibahas hari tersebut. 136 3. Siswa memyimpulkan isi dari bahasan pada hari tersebut dan memberikan pendapat serta solusi berdasarkan permasalahan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk membuat catatan pembantu ketika siswa akan praktik berbicara. 4. Setiap siswa dalam kelompok diberi peran sebagai pembicara atau sebagai pendengar. Pembicara memaparkan secara lisan tentang rangkuman, pendapat, dan solusi atas permasalahan yang telah ditetapkan sementara pendengar menyimak, mengoreksi, dan memberikan masukan dari konten berbicara maupun cara berbicara temannya tersebut, kemudian berganti peran setelah tugasnya sebagai peran sebelumnya sudah selesai. Warsono dan Hariyanto 2013 menjelaskan bahwa model pembelajaran tersebut akan membiasakan siswa untuk mendengarkan orang lain yang berbicara dengan penuh perhatian serta terbiasa membuat resume berdasarkan suatu konsep dari gagasannya sendiri yang kemudian diungkapkan secara lisan pada pasangannya dalam kelompok. 5. Setelah selesai siswa bersama guru merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibahas tersebut. Pada kegiatan ini sebagian siswa sudah mulai aktif dalam memberikan feedback bagi pengajar dan mengungkapkan gagasannya. Diakhir pembelajaran ketiga dilakukan post test untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan selama siklus I. Hasil post test pada siklus I adalah 63,14. Angka ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pada siklus I dari pre test yang dilakukan sebelumnya. Peningkatan positif ini dilihat dari 137 meningkatnya nilai rata-rata seluruh siswa pada kelas V SD. Pada akhirnya memang terjadi peningkatan positif pada tindakan siklus I, namun perlu diperhatikan bahwa skor rata-rata yang didapat siswa kelas V masih menunjukkan skor di bawah ketuntasan minimal. Siklus I yang telah berjalan dan menunjukkan suatu hasil tersebut dievaluasi melalui kegiatan refleksi oleh peneliti dan kolaborator. Hasil refleksi yang dilakukan adalah pembentukan kelompok yang monoton dan membuat masukan yang diterima siswa kurang variatif. Hasil refleksi yang lain yang membuat pembelajaran kurang berjalan optimal adalah pemberian materi sebelum berkelompok masih kurang variatif. Hal tersebut membuat beberapa siswa kurang memahami dengan lebih baik konten materi yang dibahas pada hari tersebut. Dari hasil refleksi yang telah ditemukan tersebut, peneliti bersama guru mencari solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut pada siklus selanjutnya. Solusi yang didapatkan adalah dengan mengganti cara pembentukan kelompok dengan cara acak agar didapatkan pasangan yang berbeda dan saling memberikan masukan yang lebih variatif. Untuk permasalahan tentang penyampaian materi, peneliti mengkolaborasikan materi yang akan dibahas dengan permainan-permainan yang memuat konten materi tersebut. Hal ini akan lebih menarik siswa untuk memahami materi dan siswa akan lebih teringat bila disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan refleksi yang dilakukan sebelumnya. Pada siklus ini 138 peneliti mengubah cara pembentukan kelompok seperti yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu dengan sistem acak agar siswa lebih mengembangkan keterampilannya baik berbicara maupun memberi tanggapan temannya yang praktik berbicara. Dalam bukunya, Restianti 2010 mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara dipengaruhi oleh cara kita menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain. Maka dari itu sistem acak ini akan lebih membantu siswa berkembang. Langkah-langkah dalam pembelajaran siklus II ini hampir sama dengan siklus I yang berbeda hanya pada cara pembentukan kelompok yang semula dengan teman terdekat menjadi sistem acak. Penyampaian materi pada siklus II ini disisipi dengan permainan yang relevan dengan materi yang dibahas, seperti permainan “Bisik Tetangga” pada pertemuan pertama yang memuat materi pengucapan vokal dan konsonan yang jelas, “Jeruk Oh Jeruk” pada pertemuan kedua yang melatih siswa menyimak dan memberikan tanggapan, serta kegiatan lempar pertanyaan lempar jawaban untuk melatih siswa dalam menanggapi suatu permasalahan dengan cepat secara lisan. Sama dengan siklus I, siklus II ini berjalan dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran tiga diberikan post test kembali untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi yang dibahas bersama selama tiga pertemuan ini dan untuk melihat tingkat keterampilan berbicara siswa kelas V secara keseluruhan. Hasil yang didapat dari post test siklus II ini adalah skor rata-rata siswa yang mencapai 75,14. Skor rata-rata ini menunjukkan peningkatan dari skor 139 rata-rata pada siklus sebelumnya yaitu 63,14. Total kenaikan skor dari siklus I ke siklus II adalah 12 dan rata-rata kenaikan pada setiap aspek yang dinilai adalah 1,50. Skor rata-rata siswa pada hasil post test siklus II ini telah berada di atas kriteria ketuntasan minimal dan persentase kelulusan siswa kelas V SD N Karangmojo ini telah mencapai 98,08. Berdasarkan hasil yang telah dicapai tersebut, peneliti dan kolaborator menyimpulkan bahwa peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Bantul dapat dikatakan berhasil.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK (TS) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MARON

1 9 185

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 0 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHAREDALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 55

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SIDOWAYAH TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD N 1 SEDAYU BANTUL.

0 1 162

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PANGGANG SEDAYU BANTUL.

0 2 229

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SOROBAYAN SANDEN BANTUL.

1 32 197

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN. docx

0 0 9

PENERAPAN TIPE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 11