Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script

24 Belum dapat berbicara dengan lancar 1 7. Gerakan dan Mimik Wajah Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan 10 Gerakan tubuh dan mimik wajah masih belum sesuai di bagian tertentu 5 Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak sesuai dengan topic yang dibicarakan 1 8. Penalaran Penalaran dalam mengungkapkan gagasan sudah tepat 10 Penalaran dalam mengungkapkan gagasan kurang tepat 5 Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat 1

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script

1. Model Pembelajaran

Seperti yang telah diungkapkan dalam penjelasan pembelajaran sebelumnya bahwa kegiatan pembelajaran haruslah dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi suatu kelas. Hal ini ditujukan agar tercipta atmosfer belajar yang tepat sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut maka tahap penentuan dan perancangan model pembelajaran merupakan langkah yang penting untuk diperhatikan. Dalam pembelajaran terdapat banyak model-model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan guru untuk menentukan model yang dirasa sesuai dengan kondisi dan jenis pembelajaran yang akan dilakukan. Menurut Nunuk Leo 2012 model pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi empat berikut ini. a. Model Pembelajaran Kontekstual 1 Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual 25 Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning CTL menurut Nurhadi dalam Nunuk Leo 2012 merupakan model pembelajaran yang mendorong guru untuk mengkaitkan materi pelajaran yang diajarkan dengan keadaan dunia nyata siswa. Zainal Aqib 2013 mengungkapkan hal ini didasari pada pemikiran bahwa “anak akan belajar lebih baik jika berada di lingkungan alamiah dan akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahuinya.” Lebih lanjut ia menjelaskan dalam bukunya bahwa model pembelajaran ini digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan mengkaitkan materi tesebut dalam konteks kehidupan mereka sehari- hari. Beberapa penjelasan mengenai pengertian tentang model pembelajaran kontekstual tersebut menekankan bahwa pada hakikatnya siswa akan merasa lebih mudah memahami sesuatu jika hal tersebut berada di lingkungannya sendiri ataupun dia mengalami sendiri. 2 Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Wina Sanjaya dan Agus Suprijono dalam Nunuk Leo 2012 model pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen utama yaitu contructivism, questioning, inquiry, learning community, modeling, reflection, dan authentic assessment. a Contructivism 26 Contructivism atau kontruktivisme merupakan proses membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman. Perlu ditekankan pada proses ini bahwa pembelajaran harus dikemas agar siswa mengkontruksikan bukan hanya sekedar menerima pengetahuan. b Inquiry Secara singkat Inquiry dapat diartikan sebagai proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Hal ini didasarkan pada pencarian dan penemuan secara sistematis. c Questioning Questioning atau bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran ini karena dengan bertanyalah pengetahuan dapat berkembang dan pengontruksian pengetahuan menjadi lebih baik. d Learning Community Komponen ini menekankan bahwa bekerja sama dengan orang lain dalam kegiatan sharing ataupun memecahkan suatu masalah lebih baik dari pada sendiri. Dengan kegiatan bertukar pengalaman dan berbagi ide tersebut maka pembelajaran diharapkan lebih berkembang dan efektif. e Modeling Permodelan merupakan kegiatan pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. f Reflection 27 Pada komponen ini merupakan mengevaluasi kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan adanya proses refleksi ini diharapkan siswa lebih memahami pembelajaran yang telah dipelajari. g Authentic Assessment Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. b. Model Pembelajaran Quantum Nunuk Leo 2012 dalam bukunya mengungkapkan bahwa “pembelajaran quantum merupakan campuran dari berbagai teori dan pandangan psikologi kognitif dan temuan-temuan empiris yang diperoleh de Porter.” Teori-teori yang termasuk dalam dasar teori model pembelajaran quantum yaitu: 1 teori otak kiri dan otak kanan, 2 teori kecerdasan ganda, 3 pendidikan holistik, 4 belajar berdasarkan pengalaman, 5 belajar dengan simbol, dan 6 simulasi. c. Model Cooperative Learning 1 Pengertian Model Cooperative Learning Model Cooperative Learning adalah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang ada dalam proses pembelajaran yang ada sekarang. Cooperative Learning dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran kooperatif, secara harafiah berarti pembelajaran yang 28 membutuhkan sikap kooperatif atau bekerja sama dalam melakukan kegiatan tertentu. Roger, dalam Miftahul 2014:29 menyatakan “coopertive learning is group learning activity organized in such away that learning is based on the socially structured change of information between learn-ers in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others ” Pernyataan tersebut berarti pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota- anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Hal tersebut dikemukakan oleh Sunal dan Hans dalam Isjoni 2013: 15. Definisi lain tentang model pembelajaran kooperatif diungkapkan oleh Isjoni 2013 yang mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan salah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda .” Perlu digarisbawahi bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar kelompok saja namun juga harus 29 memperhatikan komposisi siswa yang terdapat dalam kelompok tersebut. Anita Lie 2004 menegaskan kembali dengan pernyataan bahwa “pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok.” Dalam pembelajaran tersebut terdapat unsur-unsur yang membedakan sehingga pembagian kelompok tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Tidak dipungkiri memang jika anak lebih nyaman jika bekerja dengan teman yang dekat dengan dia namun hal ini tidaklah baik untuk proses sosial dan perkembangannya juga. Hal tersebut diungkapkan berdasarkan pernyataan Scott Gordon dalam Anita Lie 2004: 41 yang mengungkapkan bahwa “pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang dianggap berbeda.” Hal ini akan menghambat kesempatannya dalam mengembangkan wawasan dan memperkaya diri karena dalam kelompok homogeny tidak banyak perbedaan yang terjadi. Perlu dipahami kembali bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok tradisional. Jumanta 2014: 64 menjelaskan beberapa perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional. Perbedaan pertama ialah dalam pembelajaran kooperatif terdapat ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memotivasi sehingga ada interaksi promotif. Sementara itu pada pembelajaran kelompok tradisional guru sering 30 membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Selain itu bila dilihat dari akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif memuat hal tersebut dalam proses pengerjaan tugasnya yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap kelompok. Dalam pembelajaran kelompok tradisional hal ini sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong salah seorang anggota kelompok. Proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar dipantau secara langsung dari awal hingga akhir oleh guru pada model pembelajaran kooperatif. Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal. Seperti yang telah diungkapkan di atas, maka model pembelajaran tersebut tidak hanya bertujuan untuk kepentingan kelompok saja. Lebih jelas, tujuan dari kelompok pembelajaran kooperatif yang diungkapkan oleh Johnson dan David W. 2012 adalah agar masing- masing anggota kelompok menjadi seorang individu yang lebih kuat. Dalam model pembelajaran ini siswa didorong untuk belajar bersama- sama dan berinteraksi secara maksimal saat bekerja kelompok supaya selanjutnya mereka dapat menunjukkan performa yang lebih baik sebagi individu. Teori-teori mengenai model pembelajaran kooperatif yang telah diungkapkan di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Merujuk pada hal tersebut model pembelajaran kooperatif dapat 31 diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan pada kerja sama antar individu dalam kelompok kecil yang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan tugas namun juga diperhatikan perilaku siswa selama proses belajar kelompok agar masing-masing anggota memiliki kompetensi yang merata dan lebih berkembang. 2 Komponen-Komponen Model Cooperative Learning Pada dasarnya pelaksanaan model cooperative learning haruslah memuat unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajara tersebut. Model pembelajaran tersebut memiliki empat unsur yang diungkapkan oleh Jumanta 2014 yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, upaya belajar, dan tujuan yang harus dicapai. Tanpa adanya keempat unsur tersebut pelaksanaan model cooperative learning akan terganggu dan tidak berjalan optimal. Model cooperative learning mempunyai komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajarannya. Terdapat dua komponen pembelajaran kooperatif menurut Rusman 2013 yaitu: a cooperative task atau tugas kerja sama yang berfokus pada tanggung jawab pada tugas masing-masing individu, dan b cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama yang melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama kelompok tersebut. Kedua komponen tersebut berkolerasi pada penjelasan pengertian model pembelajaran kooperatif sebelumnya. Komponen tersebut 32 menekankan pada kerja sama yang perlu diperhatikan pada proses pencapaian tujuan kelompok belajar dan juga cara kerja masing- masing individu dalam menyelesaikan bagiannya dalam kelompok tersebut. Lebih rinci lagi Johnson dan David W 2012 menjelaskan komponen-komponen esensial pembelajaran kooperatif. Terdapat lima komponen esensial dalam pembelajaran tersebut, yaitu interdependensi positif, interaksi promotif bertatap muka, tanggung jawab personal, keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil, dan proses kelompok. Pertama adalah interdependensi positif yang bisa juga disebut saling ketergantungan positif. Komponen tersebut menegaskan bahwa keberhasilan yang satu tergantung dari keberhasilan yang lain. Kerja sama antar kelompok sangat dibutuhkan dalam model pembelajaran ini agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Interaksi promotif bertatap muka merujuk pada para siswa yang saling memfasilitasi keberhasilan satu sama lain. Kelompok diberi kesempatan untuk bertemu dan melakukan sharing atau diskusi yang berkaitan dengan permasalahan atau penyusunan strategi dalam penyelesaian tugas yang diberikan. Seperti yang telah disinggung dalam penjelasan sebelumnya bahwa setiap individu dalam kelompok mempunyai tugas masing- masing yang harus diselesaikan demi menunjang penyelesaian tugas 33 kelompok. Hal ini merujuk pada komponen yang ketiga yaitu tanggung jawab personal. Tanggung jawab personal merupakan komponen yang penting untuk diperhatikan karena jika salah satu anggota tidak maksimal dalam mengerjakan tugas individu maka akan mengganggung penyelesaian pada tugas kelompok. Seperti yang telah diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa orang dalam kelompok. Hal ini menjadikan proses sosial atau keterampilan bersosialisasi menjadi perlu diperhatikan. Komponen keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil sangat berpengaruh dalam kelompok karena semakin tinggi skill sosial para siswa dan semakin besar perhatian guru dalam memberikan reward atas penggunaan keterampilan-keterampilan sosial tersebut, semakin besar pencapaian yang diharapkan di dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Komponen yang terakhir adalah proses kelompok. Pemrosesan kelompok didefinisikan sebagai perenungan terhadap sesi kerja kelompok. Dalam kegiatan ini terjadi proses evaluasi untuk menggambarkan tindakan-tindakan anggota manakah yang harus dilanjutkan atau diubah. Hal ini dilakukan untuk perbaikan dan pengoptimalisasian kerja kelompok yang akan dilakukan selanjutnya. Unsur-unsur atau komponen-komponen yang dijelaskan di atas tentu saja merupakan hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan 34 melaksanakan model pembelajaran kooperatif. Hilangnya salah satu dari komponen tersebut akan membuat pembelajaran model ini akan pincang dan tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 3 Manfaat Model Cooperative Learning Model pembelajaran kooperatif tentunya juga mempunyai manfaat jika dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam Miftahul 2014, Sadker dan Sadker menjelaskan bahwa model pembelajaran tersebut mempunyai manfaat yang besar dalam pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut. a siswa yang belajar dengan struktur kooperatif akan memiliki hasil pembelajaran yang lebih tinggi karena ia akan terbantu dengan adanya kerja sama tim, b siswa akan memiliki sikap penghargaan diri yang lebih tinggi dan akan termotivasi untuk belajar, c dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih peduli dengan temannya dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif, dan d dapat meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman- temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda. Senada dengan penjelasan Sadker dan Sadker, berdasarkan penelitian Slavin dalam Rusman 2013 menyatakan bahwa “penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan 35 hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.” Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dari jabaran tentang manfaat pembelajaran di atas dapat kita pahami bahwa model pembelajaran kooperatif ini sangatlah menguntungkan bila diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di berbagai mata pelajaran. Tidak hanya membantu siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran namun juga mengasah soft skill lain yang dapat membuat diri siswa lebih berkembang seperti keterampilan bersosialisasi, berpikir kritis, dan bekerja sama antar anggota. 4 Jenis-Jenis Model Cooperative Learning Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak jenis di dalamnya. Masing-masing model yang terdapat dalam model kooperatif ini memiliki ciri tersendiri yang membedakan antara satu model dengan model yang lain. Struktur atau model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh para ahli dirangkum oleh Warsono dan Hariyanto 2013 dalam bukunya, diantaranya adalah model pembelajaran Jigsaw. Struktur model pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson yang bertujuan untuk mendorong siswa untuk terbiasa berpikir dari bagian-bagian menuju ke pemikiran 36 yang bersifat holistik dengan melihat keterpaduan antar bagian yang membentuk suatu bahan ajar secara utuh. Selain model pembelajaran Jigsaw terdapat pula model pembelajaran student teams-achievement division STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Dalam model pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi pada akhirnya bertanggung jawab secara mandiri. Selain mengembangkan model pembelajaran STAD, Robert Slavin juga mengembangkan model pembelajaran teams game tournament TGT. Aktivitas dalam model pembelajaran tersebut mendorong siswa untuk bermain sambil berpikir. Siswa akan bekerja sama dalam suatu kelompok dan berkompetisi dengan kelompok yang lain. Team accelerated instruction atau team assisted individualization TAI merupakan jenis model pembelajaran kooperatif lainnya yang bersifat khusus. Maksud khusus di sini adalah bahwa model pembelajaran ini hanya bisa digunakan untuk mata pelajaran matematika khususnya aritmatika. Struktur model pembelajaran TAI tersebut menggabungkan model pembelajaran kooperatif dan pengajaran klasikal berbasis individual. Ahli lain, Casal juga mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang bersifat khusus yaitu cooperative integrated reading 37 and composition CIRC. Model pembelajaran ini dikembangkan dalam pembelajran bahasa Indonesia teruatama dalam pembelajaran membaca. Kembali lagi pada model pembelajaran kooperatif yang bersifat fleksibel diterapkan dalam mata pelajaran apapun, terdapat model pembelajaran berpikir-berpasangan-berbagi think pair share. Siswa didorong untuk terbiasa berpikir mandiri pada awalnya, kemudian bekerja secara berpasangan. Jenis model pembelajaran kooperatif yang selanjutnya adalah model pembelajaran catatan kooperatif atau cooperative script. Penelitian ini akan berfokus pada model pembelajaran cooperative script sebagai model pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut lagi akan dijelaskan seluk beluk model pembelajaran cooperative script pada bahasan selanjutnya sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK (TS) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MARON

1 9 185

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 0 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHAREDALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 55

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SIDOWAYAH TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD N 1 SEDAYU BANTUL.

0 1 162

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PANGGANG SEDAYU BANTUL.

0 2 229

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SOROBAYAN SANDEN BANTUL.

1 32 197

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN. docx

0 0 9

PENERAPAN TIPE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 11