Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

82

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap dengan menggunakan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data pratindakan atau sebelum pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan setiap siklus, dan perkembangan prestasi belajar siswa dari pratindakan sampai dengan siklus II. Pembelajaran IPA kurang bervariasi dengan hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sistem LKS yang dikerjakan secara mandiri membuat siswa kurang berinteraksi dengan temannya. Siswa tidak memiliki kesempatan untuk saling bertukar pikiran, menyampaikan pendapat, dan mengutarakan ide. Hal tersebut membuat siswa menjadi minim pengetahuan karena hanya mendapat penjelasan materi dari guru tanpa bekerja sama dan terlibat langsung dalam menemukan suatu fakta atau konsep. Selain itu, guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dan kurang termotivasi untuk belajar. Adanya motivasi belajar yang rendah, siswa menjadi kurang memperhatikan pelajaran. Kondisi yang demikian itu berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Harriman dalam Walgito, 2004: 99 mengemukakan bahwa apabila siswa memperhatikan suatu objek, maka apa yang diperhatikan akan betul-betul dipahami dan akan betul-betul jelas bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya apabila siswa tidak memperhatikan materi pelajaran dengan baik, maka siswa akan kurang paham 83 dan kurang jelas dengan materi yang disampaikan guru. Kurangnya pemahaman inilah yang membuat prestasi belajar siswa menjadi rendah. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut perlu diadakan upaya perbaikan proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TGT prestasi belajar IPA siswa dapat meningkat. Pembelajaran kooperatif TGT yang berlangsung berisi kegiatan yang menuntut siswa untuk belajar dan bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan kegiatan belajar kelompok membantu siswa untuk lebih mudah memahami informasi dan materi pelajaran IPA. Antusias siswa juga meningkat dengan adanya penghargaan kelompok. Adanya kegiatan pembelajaran yang bervariasi mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Hal itu sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Keller dalam Sugihartono, 2007: 79-80 agar siswa berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara bervariasi dan mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian diperoleh data yang menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa dari tahap pratindakan ke siklus I dan siklus II mengalami peningkatan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Shlomo Sharan Prawoto, 84 2009: 225 bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan tingkat kognisi dan penalaran, serta memberikan ingatan jangka panjang terkait dengan apa yang telah dipelajari. Pendapat lain juga disampaikan oleh Slavin dalam Shlomo Sharan, 2012: 7-9 bahwa pembelajaran kooperatif menunjukkan pencapaian belajar yang lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran tradisional, meningkatkan kerja sama antar siswa, saling menghargai, menyukai kelas, meningkatkan motivasi belajar, dan mendorong siswa untuk saling membantu menguasai materi pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar meningkat pada siklus I, namun belum mencapai k riteria keberhasilan tindakan yaitu ≥ 75 siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hasil evaluasi pada akhir siklus I menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TGT. Persentase ketuntasan belajar pratindakan 14,71 5 siswa meningkat menjadi 67,65 23 siswa pada siklus I. Nilai rata-rata siswa juga meningkat dari 53,09 pada pratindakan menjadi 69,85 pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa, pada siklus I siswa mulai terlihat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif menanggapi pertanyaan dan pernyataan dari guru serta memperhatikan penjelasan materi. Namun, masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru baik penjelasan materi, pembagian kelompok, dan aturan turnamen. Beberapa siswa juga belum bisa dikondisikan dalam kelompoknya karena tidak mau menerima pembagian kelompok yang tidak sesuai dengan 85 keinginannya. Hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru telah melaksanakan langkah pembelajaran kooperatif dengan baik. Peneliti dan guru kemudian melakukan refleksi dan upaya perbaikan proses pembelajaran agar masalah yang muncul pada siklus I dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II. Setelah masalah yang terjadi pada siklus I diatasi, proses pembelajaran menjadi lebih baik dan persentase ketuntasan belajar meningkat. Persentase ketuntasan belajar meningkat dari siklus I sebesar 67,65 23 siswa menjadi 88,24 30 siswa pada siklus II. Nilai rata-rata siswa meningkat dari 69,85 menjadi 79,71 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar sudah mencapai kriteria keberhasilan. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa aktifitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditandai dengan siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Upaya perbaikan tindakan juga berjalan dengan baik, misalnya sebagian besar siswa dapat menerima pembagian kelompok setelah guru memberikan pengertian tentang kerja sama yang baik. Tindakan guru yang tegas membuat siswa dapat menjaga ketertiban dan membuat siswa mau memperhatikan penjelasan materi. Guru juga menggunakan permainan akademik yang melibatkan seluruh kelas, sehingga siswa menjadi antusias mengikutinya. Adanya kegiatan eksperimen membuat siswa tertarik untuk melakukan pengamatan. 86 Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan juga sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Nur Asma 2006: 14-16 yaitu 1 belajar secara aktif, aktifitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, melakukan berbagai kegiatan dan mampu menyampaikan pendapat; 2 belajar kerjasama, dalam kelompok siswa secara aktif melakukan diskusi dan saling membantu menyelesaikan masalah; 3 pembelajaran partisipatorik, belajar dengan melakuan sesuatu secara bersama-sama; 4 reactive learning, guru sudah menggunakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi; 5 pembelajaran yang menyenangkan, konsep belajar sambil bermain membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA.

0 2 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195