Dokumentasi Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

d. Peta Struktur Geologi Kabupaten Magelang Tahun 2016 Peta struktur geologi Kabupaten Magelang digunakan untuk menyusun dan mendeskripsikan struktur geologi wilayah Kecamatan Salaman. Peta ini diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Magelang. e. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Magelang Tahun 2016 Peta kemiringan lereng digunakan untuk menyusun deksripsi tingkat kemiringan lereng Kecamatan Salaman. Peta ini diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Magelang. f. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2016 Peta penggunaan lahan ini digunakan untuk melengkapi data pengggunaan lahan yang diperoleh dari peta RBI dan Peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Magelang. Data ini sekaligus melengkapi data jenis penggunaan lahan, luas lahan produktif yang termasuk dalam variabel kerentanan ekonomi dan lingkungan. Peta ini diperoleh dari website Badan Informasi Geografis. g. Peta Ketebalan Tanah Kabupaten Magelang Tahun 2016 Peta ketebalan tanah digunakan untuk menyusun deskripsi tingkat ketebalan tanah di Kecamatan Salaman yang termasuk dalam salah satu variabel bahaya penentu tingkat gerakan tanah. Peta ini diperoleh dari Bepedaa Kabupaten Magelang.

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis SIG dan analisis deskriptif. Analisis SIG yang digunakan dalam penelitian ini yaitu scoring dan overlay sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis SIG. Variabel yang akan diharkat diantaranya: 1. Bahaya Tingkat bahaya gerakan tanah di Kecamatan Salaman dilakukan berdasarkan peta bahaya gerakan tanah yang divalidasi dengan data kejadian. Peta bahaya gerakan tanah tersebut diperoleh melalui overlay beberapa variabel diantaranya curah hujan, kemiringan lereng, ketebalan tanah, dan geologi. a. Curah hujan Tabel 2. Pengharkatan Variabel Curah Hujan No Kriteria mm Tingkat Skor 1 3500 Tinggi 30 2 2750-3500 Agak tinggi 20 3 2250-2750 Sedang 10 Sumber: Bappeda Kab Magelang, 2010. Variabel curah hujan diklasifikasikan menjadi tiga tingkat bahaya diantaranya tingkat bahaya tinggi dengan curah hujan 3500 mmth, agak tinggi dengan curah hujan 2750-3500 mmth, dan tingkat bahaya sedang dengan jumlah curah hujan 2250-2750 mmth. Jumlah curah hujan yang semakin tinggi akan meningkatkan bahaya gerakan tanah di wilayah tersebut. Jumlah curah hujan yang termasuk dalam tingkat bahaya tinggi memiliki skor paling besar yaitu 30, sedangkan jumlah curah hujan yang termasuk dalam tingkat bahaya sedang memiliki skor paling kecil yaitu 10.

b. Ketebalan Tanah

Tabel 3. Pengharkatan Variabel Ketebalan Tanah No Kriteria meter Tingkat Skor Kemiringan lereng 8 1 4 m Sangat Tinggi 40 2 2-4 m Tinggi 30 3 1-2 m Sedang 20 4 1 m dan Semua jenis tebal tanah pada dataran kemiringan lereng 8 Rendah 10 Sumber: Bapedda Kabupaten Magelang, 2002. Ketebalan tanah merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat bahaya gerakan tanah. Semakin tebal tanah di suatu tempat maka akan semakin rentan mengalami gerakan tanah dengan catatan tanah tersebut berada pada kemiringan 8. Apabila suatu tempat pada kemiringan 8 memiliki tanah yang tebal maka tingkat kerentanannya tetap rendah. Ketebalan tanah dibagi menjadi 4 kriteria yaitu ketebalan tanah 4 meter pada kemiringan 8 memiliki tingkat bahaya gerakan tanah yang sangat tinggi, ketebalan tanah 2-4 meter pada kemiringan 8 memiliki tingkat bahaya gerakan tanah yang tinggi, ketebalan tanah 1-2 meter pada kemiringan lereng 8 tingkat bahaya gerakan tanah sedang, serta ketebalan tanah 1 meter dan semua jenis tebal tanah dengan kemiringan 8 termasuk dalam tingkat bahaya gerakan tanah rendah.