7 Aktivitas manusia
Faktor aktivitas manusia seperti pola penggunaan lahan juga berperan penting dalam memicu terjadinya
longsoran, Pembukaan
hutan secara
sembarangan, penanaman jenis pohon yang terlalu berat dengan jarak
tanam terlalu rapat, pemotongan tebinglereng untuk jalan dan pemukiman merupakan pola penggunaan lahan yang
dijumpai di daerah yang longsor.
Pembukaan hutan dan pencurian kayu hutan untuk keperluan manusia, seperti misalnya untuk mencukupi
kebutuhan hidup, perladangan, persawahan dengan irigasi, kolam-kolam dan penanaman tumbuhan yang berakar
serabut dapat berakibat menggemburkan tanah. Peningkatan kegemburan tanah ini akan menambah daya resap tanah
terhadap air, akan tetapi air yang meresap ke dalam tanah tidak dapat banyak terserap oleh akar-akar tanaman serabut.
Hal ini berakibat air hanya terakumulasi dalam tanah dan akhirnya menekan dan melemahkan ikatan-ikatan antar butir
tanah. Besarnya curah hujan yang meresap menyebabkan longsoran tanah akan terjadi.
Pemotongan lereng untuk jalan, penambangan dan pemukiman juga dapat mengakibatkan hilangnya peneguh
lereng dari arah lateral. Hal ini selanjutnya mengakibatkan kekuatan geser lereng untuk melawan pergerakan massa
tanah terlampaui oleh tegangan penggerak massa tanah. Akhirnya longsoran tanah pada lereng akan terjadi.
Sedangkan Menurut Djauhari Noor 2006 : 108, faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan tanah dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu faktor yang bersifat pasif dan aktif. 1
Faktor yang bersifat pasif a
Litologi yaitu material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat
masuknya air ke dalam tanah. b
Stratigrafi yaitu perlapisan batuan atau perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan keras atau
perselingan antara batuan yang permeable dan batuan impermeable.
c Struktur geologi yaitu jarak antara rekahanjoint pada
batuan, petahan, zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar.
d Topografi yaitu lereng yang terjal atau vertikal.
e Iklim yaitu temperatur tahunan yang ekstrim dengan
frekuensi hujan yang intensif. f
Material organik, berkaitan dengan lebat atau jarangnya vegetasi.
2 Faktor yang bersifat aktif
a Gangguan yang terjadi secara alamiah maupun buatan.
b Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air.
c Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya
sehingga tanah menjadi jenuh air. d
Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismitas atau kendaraan berat.
d. Tanda-tanda Gerakan Tanah
Gerakan tanah dapat diidentifikasikan melalui tanda-tanda
sebagai berikut Hary Christady Hardiyatmo, 2012: 24.
1 Munculnya retak tarik dan kerutan-kerutan di permukaan
lereng. 2
Patahnya pipa dan tiang listrik. 3
Miringnya pohon-pohonan. 4
Perkerasan jalan yang terletak pada timbunan mengalami amblas.
5 Rusaknya perlengkapan jalan seperti pagar pengaman dan
saluran drainase. 6
Tertutupnya sambungan ekspansi pada pelat jembatan atau perkerasan batu.
7 Hilangnya kelurusan dari fondasi bangunan.
8 Tembok bangunan retak-retak.
9 Dinding penahan tanah retak dan miring ke depan, dsb.
3. Kajian Kebencanaan
a. Pengertian Bencana
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Peristiwa yang ditimbulkan oleh gejala alam maupun yang diakibatkan oleh kegiatan manusia baru dapat disebut bencana ketika
masyarakatmanusia yang terkena dampak oleh peristiwa tersebut tidak mampu untuk menanggulanginya Nurjannah, 2013: 13.
b. Jenis-Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dibagi menjadi tiga yaitu bencana alam,
bencana nonalam, dan bencana sosial. 1
Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan
transportasi, kegagalan konstruksi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan.
3 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat dan teror.
c. Bahaya
Bahaya adalah keadaan alam yang menimbulkan potensi terjadinya bencana. Bencana juga diartikan sebagai suatu fenomena
alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan Bakornas
PB, 2007: 8. Bencanaancaman hazard adalah suatu keadaan alam yang
menimbulkan potensi terjadinya bencana. Menurut Lutfi Muta’ali, 2012: 223-224, aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis
ancaman diantaranya 1 sumber penyebab terjadinya ancaman, 2 kekuatan, 3 kecepatan, 4 frekwensi, 5 durasi, dan 6 sebaran atau
cakupan ancaman.
d. Kerentanan
Kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 mengenai Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Kerentanan vulnerability adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia hasil dari proses-proses fisik,
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat terhadap bahaya. Tingkat kerentanan dapat
ditinjau dari kerentanan fisik infrastruktur, sosial kependudukan, dan
ekonomi Lutfi Muta’ali, 2012: 224.
Menurut Lufti Muta’ali 2012: 224-225, kerentanan fisik infrastuktur menggambarkan suatu kondisi fisik infrastruktur yang
rawan terhadap faktor bahaya hazard tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator sebagai berikut: persentase
kawasan terbangun, kepadatan bangunan, persentase bangunan konstruksi, darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan
telekomunikasi, jaringan PDAM, dan jalan KA. Kerentanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi
bahaya hazard. Beberapa indikator kerentanan sosial antara lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase
penduduk usia tua, balita dan penduduk wanita. Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam
menghadapi ancaman bahaya hazard. Beberapa indikator kerapuhan ekonomi diantaranya persentase rumah tangga yang bekerja di sektor
rentan dan persentase rumah tangga miskin. e.
Kapasitas
Kapasitas merupakan kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 mengenai Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Kapasitas atau biasa disebut kemampuan capacity adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat,
yang memungkinkan
mereka untuk
mempertahankan dan