Tingkat dan Sebaran Kapasitas Gerakan Tanah di Kecamatan

Kalirejo Krasak Menoreh Paripurno Margoyoso Sidosari Ngargoretno Kalisalak Sriwedari Ngadirejo Sidomulyo Kaliabu Kebonrejo Sawangargo Salaman Purwosari Ngampeldento Banjarharjo Jebengsari Tanjunganom 396.000 399.000 399.000 402.000 402.000 405.000 405.000 408.000 408.000 9 .1 5 6 .0 9 .1 5 6 .0 9 .1 5 9 .0 9 .1 5 9 .0 9 .1 6 2 .0 9 .1 6 2 .0 9 .1 6 5 .0 9 .1 6 5 .0 9 .1 6 8 .0 9 .1 6 8 .0 Kec. Tempuran Kec. Borobudur Kec. Kajoran KABUPATEN PURWOREJO PROVINSI DIY Kec. Salaman Ü U Skala 1:50.000 1 2 3 4 0,5 Km 400.000 400.000 420.000 420.000 440.000 440.000 9 .1 6 .0 9 .1 6 .0 9 .1 8 .0 9 .1 8 .0 Kab. Magelang 1:750.000 Koordinat Sistem: WGS 1984 UTM Zone 49S Dibuat Oleh: Himatul KhoiriyahNIM. 12405241042 Sumber: 1. Peta Administratif Kabupaten Magelang Tahun 2010 2. Analisis Data Sekunder 2016 140 Gambar 20. Peta Sebaran Tingkat Kapasitas Gerakan Tanah Kecamatan Salaman mT m U mT mT mT mT m U m U mT mT mT mT mT mT m U m U m U m U m U m U m U m U m U m U m U Jalan ArteriUtama Jalan Kolektor Jalan Lain Jalan Lokal Legenda Sungai Batas Provinsi Batas KabupatenKota Batas Kecamatan Batas Desa Keterangan PETA SEBARAN TINGKAT KAPASITAS BENCANA GERAKAN TANAH DI KECAMATAN SALAMAN TAHUN 2016 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Risiko merupakan hasil overlay peta bahaya, kerentanan total, dan kapasitas. Skor risiko bencana diperoleh dari hasil perhitungan matematis berdasarkan pendekatan risiko bencana. Berdasarkan perhitungan tersebut, tingkat risiko bencana tinggi diperoleh dari tingkat bahaya H tinggi dikalikan tingkat kerentanan V tinggi dibagi tingkat kapasitas C rendah. Begitu juga sebaliknya, tingkat risiko bencana rendah diperoleh dari tingkat bahaya H rendah dikalikan tingkat kerentanan V rendah dibagi kapasitas C tinggi. Hal ini dikarenakan ancaman bencana dan kerentanan suatu wilayah dapat diminimalisir dengan peningkatan dan penguatan kapasitas masyarakat sehingga nilai tingkat risiko bencana kecil yang berarti tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh bencana juga kecil. Tingkat risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman terdiri dari lima tingkatan diantaranya tingkat risiko sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Semakin tinggi tingkat risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman, maka semakin tinggi pula potensi kerugian yang diakibatkan baik kerugian berupa korban jiwa, maupun harta benda. Potensi kerugian akan menurun seiring menurunnya tingkat risiko bencana di wilayah tersebut. Risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman tersebar di seluruh wilayah. Tingkat risiko sangat tinggi diperoleh dari nilai variabel bahaya 30 dikalikan nilai variabel kerentanan 50 dibagi nilai variabel kapasitas 10 sehingga diperoleh nilai risiko bencana 150. Tingkat risiko bencana sangat tinggi terdapat pada interval nilai risiko 119-150. Tingkat risiko sangat tinggi dengan luas 415,85 ha atau 6,19 dari luas wilayah mendominasi Desa Krasak, Desa Kaliabu, dan sebagian kecil Desa Purwosari. Faktor yang mempengaruhi tingkat risiko bencana sangat tinggi di desa-desa tersebut adalah tingkat bahaya dan kerentanan total wilayah yang tinggi serta tingkat kapasitas yang sangat rendah. Tingkat risiko bencana tinggi diperoleh dari nilai variabel bahaya 30 dikalikan nilai variabel kerentanan 30 dibagi nilai variabel kapasitas 10 sehingga diperoleh nilai risiko 90. Tingkat risiko bencana tinggi terdapat pada interval nilai risiko 90-118. Tingkat risiko bencana tinggi dengan luas 350,59 ha atau 5,22 dari luas wilayah mendominasi sebagian Desa Purwosari, Desa Sawangargo, sebagian kecil Desa Tanjunganom, Desa Krasak, dan Desa Kaliabu. Faktor yang mempengaruhi tingkat bencana tinggi di desa-desa tersebut adalah tingkat bahaya dan kerentanan total wilayah yang sedang-tinggi serta tingkat kapasitas yang rendah. Tingkat risiko bencana sedang diperoleh dari nilai variabel bahaya 20 dikalikan nilai variabel kerentanan 40 dibagi variabel kapasitas 10 sehingga diperoleh nilai risiko 80. Tingkat risiko bencana sedang terdapat pada interval nilai 61-89. Tingkat risiko bencana sedang dengan luas 570,04 ha atau 8,49 dari luas wilayah mendominasi sebagian besar wilayah Desa Kebonrejo, sebagian kecil Desa Salaman, Desa Krasak, dan Desa Kaliabu. Faktor yang mempengaruhi tingkat risiko bencana sedang di desa-desa tersebut adalah tingkat bahaya dan kerentanan total yang sedang- tinggi serta tingkat kapasitas sedang. Tingkat risiko bencana rendah diperoleh dari nilai variabel bahaya 30 dikalikan nilai kerentanan 40 dibagi nilai kapasitas 30 sehingga diperoleh nilai risiko 40. Tingkat risiko rendah terdapat pada interval nilai 32-60. Tingkat risiko bencana rendah dengan luas 2.259,41 ha atau 33,64 dari luas wilayah mendominasi sebagian Desa Banjarharjo, Desa Tanjunganom, Desa Sidomulyo, Desa Kalirejo, Desa Menoreh, Desa Kalisalak, Desa Sriwedari, dan sebagian kecil Desa Salaman, Desa Ngadirejo, dan Desa Ngampeldento. Faktor yang mempengaruhi tingkat risiko bencana rendah di desa-desa ini adalah tingkat bahaya yang rendah- tinggi, tingkat kerentanan rendah-tinggi, tetapi kapasitas bencana yang dimiliki tinggi. Tingkat risiko bencana sangat rendah diperoleh dari nilai variabel bahaya 20 dikalikan nilai varibale kerentanan 30 dibagi nilai variabel kapasitas 40 sehingga diperoleh nilai risiko 15. Tingkat risiko bencana sangat rendah terdapat pada interval nilai 2-31. Tingkat risiko bencana sangat rendah merupakan tingkat risiko bencana yang mendominasi wilayah Kecamatan Salaman. Tingkat risiko sangat rendah dengan luas 3.120,17 ha atau 46,46 dari luas wilayah mendominasi Desa Ngargoretno, Desa Margoyoso, Desa Sidosari, Desa Jebengsari, Desa Paripurno, sebagian Desa Ngadirejo, Desa Kalisalak, Desa Sriwedari, Desa Menoreh, dan Desa Ngampeldento. Faktor yang mempengaruhi tingkat risiko bencana sangat rendah di desa-desa ini adalah tingkat bahaya dan kerentanan yang rendah-tinggi tetapi kapasitas yang dimiliki sangat tinggi. Peta tingkat dan sebaran risiko bencana di Kecamatan Salaman dapat dilihat pada Gambar 21. Tabel 59. Luas Wilayah Terancam per Tingkat Risiko di Kecamatan Salaman No Tingkat Kapasitas Luas Wilayah Terancam Luas Wilayah Terancam Total 1 Sangat Tinggi 415,85 6,19 2 Tinggi 350,59 5,22 3 Sedang 570,04 8,49 4 Rendah 2.259,41 33,64 5 Sangat Rendah 3.120,17 46,46 Jumlah 6.716,08 100,00 Rata-rata 1.343,22 20,00 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016. Kalirejo Krasak Menoreh Paripurno Margoyoso Sidosari Ngargoretno Kalisalak Sriwedari Ngadirejo Sidomulyo Kaliabu Kebonrejo Sawangargo Salaman Purwosari Ngampeldento Banjarharjo Jebengsari Tanjunganom 396.000 399.000 399.000 402.000 402.000 405.000 405.000 408.000 408.000 9 .1 5 6 .0 9 .1 5 6 .0 9 .1 5 9 .0 9 .1 5 9 .0 9 .1 6 2 .0 9 .1 6 2 .0 9 .1 6 5 .0 9 .1 6 5 .0 9 .1 6 8 .0 9 .1 6 8 .0 Kec. Tempuran Kec. Borobudur Kec. Kajoran KABUPATEN PURWOREJO PROVINSI DIY Kec. Salaman Ü U Skala 1:50.000 1 2 3 4 0,5 Km 400.000 400.000 420.000 420.000 440.000 440.000 9 .1 6 .0 9 .1 6 .0 9 .1 8 .0 9 .1 8 .0 Kab. Magelang 1:750.000 Koordinat Sistem: WGS 1984 UTM Zone 49S Dibuat Oleh: Himatul KhoiriyahNIM. 12405241042 Sumber: 1. Peta Administratif Kabupaten Magelang Tahun 2010 2. Analisis Data Sekunder 2016 145 Gambar 21. Peta Sebaran Tingkat Risiko Gerakan Tanah Kecamatan Salaman mT m U mT mT mT mT m U m U mT mT mT mT mT mT m U m U m U m U m U m U m U m U m U m U m U Jalan ArteriUtama Jalan Kolektor Jalan Lain Jalan Lokal Legenda Sungai Batas Provinsi Batas KabupatenKota Batas Kecamatan Batas Desa Keterangan PETA SEBARAN TINGKAT RISIKO BENCANA GERAKAN TANAH DI KECAMATAN SALAMAN TAHUN 2016 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

D. Teknik Mitigasi Berdasarkan Zonasi Tingkat Risiko Bencana Gerakan

Tanah di Kecamatan Salaman Gerakan tanah merupakan suatu proses geologi yang terjadinya mengalami siklus dimana siklus ini mengalami pengulangan pada setiap musim hujan dengan beberapa tahapan yaitu sebelum terjadi gerakan, saat terjadi gerakan, dan pasca terjadi gerakan. Penanganan bencana alam gerakan tanah dapat dilakukan secara efektif apabila setiap upaya penanganannya dilakukan pada tahapan yang tepat. Bentuk mitigasi yang dilakukan terdiri dari mitigasi struktural dan nonstruktural. Berdasarkan peta sebaran tingkat risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman pada Gambar 21, dapat diketahui bahwa hasil tingkat risiko bencana gerakan tanah terdiri dari 5 zonasi yaitu zona tingkat risiko bencana gerakan tanah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Masing-masing zonasi tersebut memiliki tingkat ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang berbeda sehingga teknik mitigasi yang disusun juga berbeda pada tiap-tiap zonasi. Teknik mitigasi yang disarankan pada masing-masing zonasi tingkat risiko bencana gerakan tanah di Kecamatan Salaman dapat dilihat pada Tabel 60. Tabel 60. Teknik Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Berdasarkan Zonasi Risiko No Zonasi Risiko Teknik Mitigasi 1 Sangat Tinggi a. Struktural 1 Mengatur dan memperbaiki drainase lereng baik air permukaan maupun bawah permukaan. Fungsi drainase air permukaan adalah mengalirkan air menjauhi lereng yang rentan bergerak sehingga mengurangi rembesan air hujan ke dalam tanah, sedangkan drainase bawah permukaan berfungsi untuk menguras air yang sudah terlanjur masuk ke dalam lereng sehingga beban tanah pada lereng berkurang. Drainase permukaan dapat dilihat pada Gambar 22. 2 Mengurangi tebal tanah atau merubah geometri kemiringan lereng pada lereng yang curam seperti pada gambar 23. 3 Menutup retakan tanah dengan segera pada musim penghujan menggunakan kedap air yang dimasukkan pada retakan tanah. 4 Membuat bangunan penahan gerakan massa, bronjong kawat pada lereng, dan jangkar anchor. 5 Membuat tanggul penahan untuk reruntuhan batuan rockfall. 6 Terasering dengan sistem drainase yang tepat agar tidak menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah. contoh terasering dengan metode teras bangku dapat dilihat pada Gambar 24. 7 Penghijauan dengan tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam bagi kawasan yang curam dan menempel di atas lapisan permeabel. Jenis tanaman yang disarankan pada wilayah yang memiliki potensi gerakan tanah dapat dilihat pada Tabel 61. b. Non Struktural 1 Mengidentifikasi mengenali lereng-lereng yang rentan bergerak. 2 Mengurangi faktor risiko dasar seperti: a penutupan kolam ikan tanpa alas untuk mengurasi rembesan air ke dalam tanah dan beban massa tanah sebagai faktor pemicu gerakan seperti pada Gambar 25. b Penggenangan air c Menggali, momotong, dan menggetarkan lereng d Menanammenebang pohon secara sembarangan. 3 Mengontrol secara berkala dan mengadakan sistem peringatan dini untuk mewaspadai munculnya gejala awal gerakan tanah. 4 Menyediakan informasi dan peta bencana gerakan tanah bagi masyarakat. 5 Sosialisasi upaya pencegahan dan penanggulangan bencana gerakan tanah. 6 Membentuk dan menguatkan lembaga penanggulangan bencana sebagai langkah antisipasi bencana. 7 Mengungsi saat hujan turun terutama ketika retakan terus berkembang. 8 Pemerintah mengupayakan relokasi. 2 Tinggi a. Struktural 1 Mengatur dan memperbaiki drainase lereng baik air permukaan maupun bawah permukaan. Fungsi drainase air permukaan adalah mengalirkan air menjauhi lereng yang rentan bergerak sehingga mengurangi rembesan air hujan ke dalam tanah, sedangkan drainase bawah permukaan berfungsi untuk menguras air yang sudah terlanjur masuk ke dalam lereng sehingga beban tanah pada lereng berkurang. Drainase permukaan dapat dilihat pada Gambar 22. 2 Mengurangi tebal tanah atau merubah geometri kemiringan lereng pada lereng yang curam seperti pada gambar 23. 3 Menutup retakan tanah dengan segera pada musim penghujan menggunakan kedap air yang dimasukkan pada retakan tanah. 4 Membuat bangunan penahan gerakan massa, bronjong kawat pada lereng, dan jangkar anchor. 5 Membuat tanggul penahan untuk reruntuhan batuan rockfall. 6 Terasering dengan sistem drainase yang tepat agar tidak menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah. 7 Penghijauan dengan tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam bagi kawasan yang curam dan menempel di atas lapisan permeabel. Jenis tanaman yang disarankan pada wilayah yang memiliki potensi gerakan tanah dapat dilihat pada Tabel 61. b. Non Struktural 1 Mengidentifikasi mengenali lereng-lereng yang rentan bergerak 2 Mengurangi faktor risiko dasar seperti: a penutupan kolam ikan tanpa alas untuk mengurasi rembesan air ke dalam tanah dan beban massa tanah sebagai faktor pemicu gerakan seperti pada gambar 25. b Penggenangan air c Menggali, momotong, dan menggetarkan lereng d Menanammenebang pohon secara sembarangan. 3 Mengontrol secara berkala sistem peringatan dini untuk mewaspadai munculnya gejala gerakan tanah. 4 Menyediakan informasi dan peta bencana gerakan tanah bagi masyarakat. 5 Membentuk dan menguatkan lembaga penanggulangan bencana sebagai langkah antisipasi bencana. 6 Apabila terjadi hujan deras selama lebih dari 2 jam atau hujan terus-menerus disarankan untuk mengungsi atau menjauh sementara dari lereng yang rentan bergerak 3 Sedang a. Struktural 1 Mengatur dan memperbaiki drainase lereng baik air permukaan maupun bawah permukaan. 2 Merubah geometri kemiringan lereng pada lereng yang curam. 3 Menambal rekahan-rekahan pada tanah dan bangunan. 4 Membuat bangunan penahan gerakan massa, bronjong kawat pada lereng, dan jangkar anchor. 5 Membuat tanggul penahan untuk reruntuhan batuan rockfall. b. Non Struktural 1 Mengidentifikasi mengenali lereng-lereng yang rentan bergerak. 2 Mengurangi berbagai faktor risiko dasar yang memicu gerakan. 3 Mengadakan sistem peringatan dini dengan pengamatan tanda-tanda gerakan tanah secara berkala. 4 Menyediakan informasi dan peta bencana gerakan tanah bagi masyarakat.