Pengertian Gerakan Tanah Kajian Gerakan Tanah

1 Kondisi geomorfologi kemiringan lereng Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, sehingga banyak dijumpai lahan yang miring. Lereng atau lahan yang miring ini berpotensi atau berbakat untuk mengalami gerakan tanah. Semakin besar kemiringan suatu lereng dapat mengakibatkan semakin besarnya gaya penggerak massa tanahbatuan penyusun lereng. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua lahan yang miring selalu rentan untuk bergerak. Jenis, struktur, dan komposisi tanahbatuan penyusun lereng juga berperan penting dalam mengontrol terjadinya gerakan tanah. Sering kita jumpai di lapangan, lereng batuan yang kompak dan masif akan tetap berciri tegak dan stabil, meskipun lereng tersebut merupakan tebing yang curam. Hal ini disebabkan karena masif dan kompaknya batuan penyusun lereng kohesi dan kuat gesernya cukup besar untuk mempertahankan kestabilan lereng. Gerakan tipe luncuran dan nendatan cenderung terjadi pada lereng lebih curam dari 20°. Sebaliknya, gerakan tipe rayapan akan terjadi pada lereng dengan kemiringan landai 20°. 2 Kondisi tanahbatuan penyusun lereng Kondisi tanahbatuan penyusun lereng sangat berperan dalam mengontrol terjadinya gerakan tanah. Meskipun suatu lereng cukup curam, namun gerakan tanah belum tentu terjadi apabila kondisi tanahbatuan penyusun lereng tersebut cukup kompak dan kuat. Perlapisan batuan yang miring ke arah luar lereng dapat menyebabkan terjadinya longsoran atau gerakan tanah, misalnya perlapisan pada batubara, napal dan batulempung. Batuan-batuan tersebut umumnya terpotong-potong oleh kekar-kekar retakan-retakan, sehingga sangat labil atau berpotensi untuk meluncurbergerak disepanjang bidang perlapisan atau bidang kekar tersebut. Penggalian- penggalian pada lereng batuan sangat berpotensi untuk memicu terjadinya luncurangerakan batuan-batuan tersebut. 3 Kondisi iklim Kondisi iklim di Indonesia sangat berperan dalam mengontrol terjadinya longsoran. Temperatur dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung terjadinya proses pelapukan batuan pada lereng proses pembentukan tanah. Akibatnya adalah sangat sering dijumpai lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah yang ketebalannya dapat mencapai lebih dari 10 meter. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa lereng dengan tumpukan tanah yang lebih tebal relatif lebih rentan terhadap gerakan tanah. Curah hujan yang tinggi atau curah hujan tidak terlalu tinggi tetapi berlangsung lama, sangat berperan dalam memicu terjadinya gerakan tanah. Air hujan yang meresap ke dalam lereng dapat meningkatkan penjenuhan tanah pada lereng sehingga tekanan air yang merenggangkan ikatan antar butir tanah meningkat, akhirnya massa tanah tersebut bergerak longsor. 4 Kondisi hidrologi lereng Kondisi hidrologi dalam lereng berperan dalam hal meningkatkan tekanan hidrostatis air dalam tanahbatuan sehingga kuat geser tanahbatuan akan sangat berkurang dan gerakan tanah dapat terjadi. Lereng yang muka air tanahnya dangkal atau lereng dengan akuifer menggantung, sangat sensitif mengalami kenaikan tekanan hidrostatis apabila air permukaan meresap ke dalam lereng. Selain itu, jalur-jalur pipa alamiahretakan batuan sering pula menjadi tempat masuknya air ke dalam lereng. Apabila semakin banyak air yang masuk melewati jalur tersebut, tekanan air juga akan semakin meningkat. Mengingat jalur - jalur tersebut merupakan bidang yang kuat gesernya lemah umumnya kohesi dan sudut gesekan dalamnya rendah, maka kenaikan tekanan air ini akan sangat mudah menggerakkan lereng melalui jalur tersebut. 5 Erosi sungai Gerakan tanah akibat erosi sungai umumnya terjadi pada kelokan sungai. Hal ini terjadi karena pada bagian bawah lereng tererosi sehingga lereng menjadi tidak stabil. 6 Getaran Getaran memicu longsoron dengan cara melemahkan atau memutuskan hubungan antar butir partikel-partikel penyusun tanahbatuan pada lereng. Jadi getaran berperan dalam menambah gaya penggerak dan sekaligus mengurangi gaya penahan. Contoh getaran yang memicu longsoran adalah getaran gempa bumi yang diikuti dengan peristiwa liquifaction. Liquifaction terjadi apabila pada lapisan pasir atau lempung jenuh air terjadi getaran yang periodik. Pengaruh getaran tersebut akan menyebabkan butiran-butiran pada lapisan akan saling menekan dan kandungan airnya akan mempunyai tekanan yang besar terhadap lapisan di atasnya. Akibat peristiwa tersebut lapisan di atasnya akan seperti mengambang, karena getaran tersebut dapat mengakibatkan perpindahan massa di atasnya dengan cepat. 7 Aktivitas manusia Faktor aktivitas manusia seperti pola penggunaan lahan juga berperan penting dalam memicu terjadinya longsoran, Pembukaan hutan secara sembarangan, penanaman jenis pohon yang terlalu berat dengan jarak tanam terlalu rapat, pemotongan tebinglereng untuk jalan dan pemukiman merupakan pola penggunaan lahan yang dijumpai di daerah yang longsor. Pembukaan hutan dan pencurian kayu hutan untuk keperluan manusia, seperti misalnya untuk mencukupi kebutuhan hidup, perladangan, persawahan dengan irigasi, kolam-kolam dan penanaman tumbuhan yang berakar serabut dapat berakibat menggemburkan tanah. Peningkatan kegemburan tanah ini akan menambah daya resap tanah terhadap air, akan tetapi air yang meresap ke dalam tanah tidak dapat banyak terserap oleh akar-akar tanaman serabut. Hal ini berakibat air hanya terakumulasi dalam tanah dan akhirnya menekan dan melemahkan ikatan-ikatan antar butir tanah. Besarnya curah hujan yang meresap menyebabkan longsoran tanah akan terjadi. Pemotongan lereng untuk jalan, penambangan dan pemukiman juga dapat mengakibatkan hilangnya peneguh lereng dari arah lateral. Hal ini selanjutnya mengakibatkan kekuatan geser lereng untuk melawan pergerakan massa tanah terlampaui oleh tegangan penggerak massa tanah. Akhirnya longsoran tanah pada lereng akan terjadi. Sedangkan Menurut Djauhari Noor 2006 : 108, faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan tanah dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu faktor yang bersifat pasif dan aktif. 1 Faktor yang bersifat pasif a Litologi yaitu material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat masuknya air ke dalam tanah. b Stratigrafi yaitu perlapisan batuan atau perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara batuan yang permeable dan batuan impermeable. c Struktur geologi yaitu jarak antara rekahanjoint pada batuan, petahan, zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar. d Topografi yaitu lereng yang terjal atau vertikal.