Fungsi Kajian Risiko Bencana

Tujuan 1. Pengaruh faktor-faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas terhadap terjadinya bencana 2. Tingkat dan ssebaran risiko bencana erupsi Gunung Sundoro Metode Penelitian Survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Hasil Penelitian 1. Masing-masing faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap terjadinya bencana. 2. Tingkat dan sebaran risiko bencana erupsi dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat risiko sedang, rendah, dan sangat rendah. Persamaan Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode survei deskritif dengaan pendekatan kuantitatif Perbedaan Penelitian ini mengkaji risiko bencana erupsi gunungapi sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji risiko bencana gerakan tanah. 3. Peneliti Arif Agung Pamungkas Judul Analisis Tingkat Risiko Bencana Tsunami dan Sebarannya di Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap Tahun 2015 Tujuan 1. Faktor-faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas terhadap terjadinya bencana tsunami di Kecamatan Adipala 2. Tingkat dan sebaran risiko bencana tsunami di kecamatan Adipala Metode Penelitian Survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Hasil Penelitian 1. Pengaruh yang ditimbulkan dari faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas berbeda terhadap bencana tsunami. 2. Tingkat dan sebaran risiko bencana erupsi dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat risiko sedang, rendah, dan sangat rendah. Persamaan Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode survei deskritif dengaan pendekatan kuantitatif Perbedaan Penelitian ini mengkaji risiko bencana tsunami sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji risiko bencana gerakan tanah.

C. KERANGKA PIKIR

Kecamatan Salaman merupakan wilayah yang termasuk dalam Zona Merah rawan bencana gerakan tanah dengan potensi menengah hingga tinggi. Kecamatan ini terletak di Kabupaten Magelang bagian selatan dan memiliki morfologi wilayah yang bergunung-gunung dan berlereng terjal. Wilayah ini terdiri dari kondisi geologi yang bermacam-macam dan didominasi oleh batuan yang tua. Umur batuan penyusun yang relatif tua Oligosen-Miosen menyebabkan wilayah ini rentan terjadinya gerakan tanah. Tercatat, sepanjang tahun 2013 hingga Februari 2015 terdapat 52 kejadian longsor yang tersebar di berbagai titik di wilayah Kecamatan Salaman. Penyebab kejadian ini beragam diantaranya hujan deras, tanah retak, tebing curam dan lain lain. Kejadian bencana tersebut menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, kerusakan bangunan seperti rumah, jembatan, dan jalan. Data kejadian bencana Kecamatan Salaman diambil dari BPBD Kab Magelang, diolah. Analisis risiko bencana diperlukan untuk mengetahui potensi kerugian yang disebabkan oleh bencana gerakan tanah. Analisis risiko dilakukan dengan mengetahui tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Tingkat bahaya gerakan tanah dipengaruhi oleh tingkat curah hujan, kemiringan lereng, ketebalan tanah, dan kondisi geologi. Selanjutnya tingkat bahaya gerakan tanah diklasifikasikan menjadi 3 zona yaitu tingkat bahaya tinggi Zona Bahaya Tingkat I, sedang Zona Bahaya Tingkat II,