Pandangan Pengarang terhadap Tokoh Wanita Kumpulan Cerpen

commit to user 109 kan ingin menimang cucu. Masakan sudah tiga tahun belum juga ada isi, salah posisi ya? Dan Kang Arya bukan sosok yang bakal menentang tuntutan masyarakat. Mereka akan segera beranak-pinak. Leila S. Chudori: 255

2. Pandangan Pengarang terhadap Tokoh Wanita Kumpulan Cerpen

9 dari Nadira Pandangan terhadap isi cerita dalam kumpulan cerpen 9 dari Na dira ini tidak lepas dari latar belakang dan proses kreatif pengarang. Leila S. Chudori adalah seorang cerpenis, jurnalis, wartawan, maupun penulis skenario. Berdasarkan data dari sumber dokumen pada Lampiran 2. Profil Pengarang pada halaman 189, pengarang kumpulan cerpen 9 da ri Na dira ini memiliki nama lengkap Leila Salikha Chudori. Ia memulai kariernya sebagai penulis sejak berusia 11 tahun. Saat itu, tulisan-tulisan hasil karyanya sering dimuat di majalah Ha i, Si Kuncung , dan Ka wa nku . Semakin dewasa, hasil karya Leila mulai beredar di majalah Sa stra Horison dan Matra . Cerpen pertama yang dimuat di majalah anak-anak Si Kuncung adalah cerpen yang berjudul Pesa n Seba ta ng Pohon Pisang . Cerpen ini dimuat ketika ia duduk di bangku kelas V SD. Selanjutnya, ia menulis cerita pendek dan cerita bersambung di majalah remaja Ka wa nku, Hai , dan Gadis . Setelah kuliah, Leila menulis cerita pendek di majalah sastra Horison, harian Kompas Minggu, Sinar Harapan, majalah Zaman, jurnal sastra Solidarity Filipina, Menagerie Indonesia, dan Tenggara Malaysia. Bahkan, cerpen Leila ada yang pernah dibahas oleh kritikus sastra Tinneke Hellwig “ Leila S. Chudori and Women in commit to user 110 Contempora ry Fiction Writing ” dalam Tenggara, sebuah jurnal sastra Asia Tenggara. Leila S. Chudori, wanita kelahiran Jakarta, 12 Desember 1962 ini sekarang bekerja sebagai Redaktur Senior Tempo. Leila pernah mewakili Indonesia mendapat beasiswa menempuh pendidikan di Lester B. Pearson College of The Pasific United World College di Victoria, Kanada. Leila merupakan lulusan Political Science and Comparative Development Studies dari Universitas Trent, Kanada. Berdasarkan data dari sumber dokumen hasil wawancara Leila S. Chudori dengan Tim Kampung Fiksi pada Lampiran 2. Hasil Wawancara halaman 195 , Leila menerbitkan karya fiksi berupa kumpulan cerpen yang berjudul 9 da ri Na dira ini pada tahun 2009. 9 da ri Nadira merupakan karya fiksi pertamanya yang diterbitkan sejak kumpulan cerpen Ma la m Tera khir pada tahun 1989. Ayah Leila, Mohammad Chudori adalah seorang wartawan kantor berita Antara. Buku kumpulan cerpen 9 dari Na dira ini pun menjadi pilihan utama para dewan juri hingga mengantarkan karya ini memperoleh penghargaan sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. Sebagaimana komentar Leila yang mengatakan bahwa penghargaan apa pun dari berbagai institusi adalah efek terhadap sebuah buku yang sudah selesai dan sudah diterbitkan. Menurutnya, proses yang asyik sebenarnya adalah saat menulis. Hal ini menunjukkan betapa menulis sudah merupakan cinta pertama dan utama bagi Leila S. Chudori, sedangkan penghargaan yang diberikan oleh pihak lain merupakan icing of the ca ke baginya. commit to user 111 Sebagai seorang wartawan, Leila menganggap bahwa menulis berita dan menulis resensi merupakan bagian dari tugas kesehariannya, sedangkan menulis fiksi dan skenario merupakan bagian dari keinginannya. Leila menganggap bahwa menulis berita dan menulis fiksi sama-sama memiliki kegairahan dan kenikmatan tersendiri. Setiap proses menulis, bagi Leila, akan memiliki tantangan. Menulis cerita pendek, bagi Leila, memiliki tingka kesulitan yang berbeda dengan ketika menulis novel atau skenario. Tantangan ketika menulis cerita pendek adalah dalam ruangan yang sempit diharuskan menyiapkan ledakan yang dahsyat. Semua penulis, termasuk Leila, secara langsung maupun tidak langsung pasti menulis sebagian kecil pengalaman pribadinya, yang kemudian dikawinkan dengan rekaan dan plot fiktif. Salah satu hal yang penting dalam menulis cerpen adalah kemampuan dalam menaklukkan bahasa. Metafora hanyalah salah satu cara, selain itu masih ada banyak majas. Kemampuan menaklukkan bahasa ini tidak berarti harus berpretensi untuk berpuisi atau selalu menghubungkan suasana dengan alam. Banyak cara untuk berekspresi dengan menggunakan metafora yang jita, yang bisa mewakili karakter tokoh sekaligus mewakili pembaca. Bahasa adalah salah satu alat yang mengantar pembaca memasuki dunia alternatif yang diciptakan pengarang. Oleh karena itu, sedahsyat apa pun ide, jika disampaikan dengan buruk atau dengan datar, niscaya karya itu tidak akan bercahaya. Sebaliknya, sebuah ide yang sederhana akan meledak jika disampaikan dengan tepat, baik, dan cerdas. commit to user 112 Leila meyakini bahwa setiap penulis memiliki kebiasaan masing-masing. Menurutnya, semua penulis yang baik akan menyarankan bahwa pada penulis lain agar jujur saat menulis. Ketika penulis tidak jujur, maka karyanya akan terasa pretensius dan itu akan terlihat dari bahasa dan penyajiannya. Dalam menulis fiksi, Leila selalu melakukan riset terlebih dahulu. Alasannya, riset sangat penting untuk pembangunan karakter dan setting. Selain itu, Leila juga kadang-kadang menulis sesuatu karena terinspirasi oleh musik atau bunyi dan kadang-kadang pula menulis saat ia dalam situasi yang sunyi hingga harus menulis di tempat yang agak terpencil. Berbagai aliran musik yang mampu menggerakkan hati dan pikiran Leila yang digunakan sebagai teman menulis, dari musik klasik yang benar-benar klasik seperti Ravel dan Bartok, yang klasik modern seperti Erik Satie hingga musik di zaman yang lebih baru seperti The Beatles. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, ketika menulis Leila juga sambil mendengarkan lagu-lagu dari Genesis, Queen, dan U2, hingga musik dari kaset pop dan rock Indonesia. Zaman sekarang ini, ketika Leila menulis, ia memilih sambil mendengarkan musik secara serabutan tanpa memedulikan genre musiknya sepanjang musik itu mengena di hatinya, pasti akan didengarkannya dan dijadikan temannya dalam menulis. Dengan latar belakangnya sebagai jurnalis senior, Leila mampu membuktikan hal itu. Kumpulan cerpen 9 dari Nadira yang terdiri atas sembilan 9 cerpen ini dengan cantiknya menggambarkan cerita yang sesungguhnya gelap dan penuh misteri. Tidak seperti kebanyakan buku-buku Amerika yang berakhir ha ppily ever a fter atau si baik menang lawan si jahat atau si kuat melawan si commit to user 113 lemah, lebih ke arah kiblat Eropa, buku ini tidak menawarkan konklusi apa pun. Kumpulan cerpen 9 dari Na dira ini tidak seperti tulisan sastrawan zaman sekarang yang pahit atau justru sok feminis dan mengumbar seksualitas. Cerita dalam buku ini dengan jujurnya memaparkan sudut pandang tokoh-tokohnya yang berbeda-beda di setiap bagiannya. Disukai atau tidak, disengaja atau tidak, cerita dalam 9 dari Na dira ini dipengaruhi oleh latar belakang Leila sebagai jurnalis, sangat kental mewarnai cerita dalam buku ini. 9 da ri Nadira terdiri atas sembilan cerita pendek dengan tema kehilangan yang kuat dan karakter Nadira sebagai pemersatunya. 9 da ri Na dira juga merupakan cerita cukup panjang yang saling terkait dan berpusar pada tokoh utama perempuan yang bernama Nadira. Hidup normal Nadira sendiri terganggu oleh kisah diari peninggalan ibunya yang mati bunuh diri, masa kecilnya yang bandel, luka terlalu dalam dengan kakak sulung perempuannya, hubungan dengan ayahnya yang mengidap post power syndrome , kakak lelakinya yang bujang lapuk, kariernya sebagai wartawati, wawancaranya dengan seorang psikopat pelaku pembunuhan berantai, rekan kerja yang mencintainya tetapi dia abaikan, serta pengalaman seksual dan perkawinannya yang bermasalah. Meskipun demikian, Leila mampu mengelaborasi antara mitos, agama, beban psikologis, trauma, kekecewaan, dan misteri batin manusia menjadi jalinan kisah yang memikat. Berdasarkan data dari sumber dokumen ”Artikel tentang 9 da ri Na dira ” pada Lampiran 4 halaman 201 , ketika membaca kumpulan cerpen 9 da ri Na dira ini akan didapatkan suguhan kompleksitas tema dan karakter. Dunia reportase, commit to user 114 tradisi, cinta, harga diri, dan masih banyak lagi bercampur dengan efektif tanpa membuatnya jatuh. Buku ini mampu menyedot pembacanya ke dalam alur yang tidak linear. Dengan nyaman, Leila menuliskan kesembilan cerita ini melompat- lompat ke berbagai highlights dalam kehidupan Nadira. Tidak semua jawaban dari pertanyaan yang ada dalam buku ini disimpan di cerita pendek yang terakhir, bisa juga pada cerpen-cerpen awal karena formatnya yang merupakan kumpulan cerita pendek memungkinkan hal itu. Kesembilan cerpen dalam buku ini, jika ada persamaan cerita atau karakter, maka itu kebetulan semata. Namun, bukan hal mengherankan apabila ternyata Leila membangun karakter Nadira dengan kehidupan pribadinya sebagai landasan. Keduanya sama-sama berayahkan wartawan, bungsu dari tiga bersaudara, dan menjadi wartawan di majalah berita. Alhasil sosok Nadira menjadi begitu nyata, sampai-sampai cerpen yang langsung berfokus pada dirinya terasa lebih menonjol daripada yang tidak, seperti dalam cerpen Melukis La ngit, Ta sbih , dan Kirana . Walaupun demikian, cerpen-cerpen dengan sudut pandang karakter Nadira, misalnya Nina dan Na dira atau Sebila h Pisau , tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain membuktikan kepedulian Leila pada pengembangan karakter yang lain, cerpen-cerpen tersebut juga memberikan kesempatan untuk mengenali Nadira melalui interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya. Kekhasan lain dari kumpulan cerpen ini adalah kelenturan Leila dalam melakukan senam metafora. Metaforanya tidak melulu memberikan kesan indah, tetapi juga dapat memberikan kesan sinis atau lucu, meskipun kadang-kadang agak berlebihan jika digunakan dalam percakapan. commit to user 115 Berdasarkan pemerian pandangan pengarang terhadap tokoh wanita dalam kumpulan cerpen 9 dari Nadira ini tergambar bahwa peran tokoh-tokoh wanita, misanya Nadira dan Nina, adalah berperan ganda, yakni berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja di ruang publik. Tokoh wanita, khususnya Nadira, mempunyai peran ganda. Peran ini mulai dilakukan semenjak ibu Nadira telah meninggal dunia. Nadira bekerja sebagai seorang jurnalis di majalah Tera , namun di sisi lain dia juga harus mengurus kebutuhan rumah tangga dengan sesekali menyiapkan makanan untuk ayahnya. Peran ini pun masih berlanjut ketika Nadira berumah tangga. Nadira tetap setia menyiapkan masakan untuk suami dan anaknya, meski dia harus bekerja sebagai wartawan. Pola kehidupan keluarga muda pasangan Nadira dan Niko Yulinar ini menunjukkan representasi kesetaraan gender. Pengaruh eksternal dan internal adanya peran ganda perempuan memengaruhi keluarga untuk mengadaptasi perubahan-perubahan. Baik istri maupun suami, sebaiknya dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan kebutuhan dan harapan peran dengan adanya peningkatan peran perempuan. Norma peran ganda perempuan dengan segala konsekuensinya terhadap kedudukan atau status perempuan dalam rumah tangga akan diinternalisasikan oleh keluarga. Kesetaraan gender juga ditunjukkan oleh Leila sebagai pengarang kumpulan cerpen 9 da ri Nadira ini. Dalam kehidupan sehari-hari, Leila pun memiliki peran ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga dengan satu anak sekaligus sebagai wanita yang bekerja di ruang publik dengan menjadi seorang wartawan di majalah commit to user 116 Tempo. Leila benar-benar menggambarkan dirinya sebagai sosok Nadira dalam dunia fiksi sebagai seorang perempuan yang sangat bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Ideologi gender yang disampaikan Leila ini menunjukkan adanya ideologi familialisme, yakni ideologi yang mengonstruksikan perempuan untuk berperan di dalam rumah tangga sebagai istri yang baik dan ibu rumah tangga yang baik. Yoce Aliah Darma, 2009: 217

3. Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen