commit to user 55
karakter dirinya. Selanjutnya, ia mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya dan sebagai anggota masyarakat.
10. Jenis-Jenis Nilai Pendidikan
Munandar Soeleman 2004: 4 berpendapat bahwa pendidikan sebagai keseluruhan yang kompleks berhubungan dengan akal budi dalam kehidupan
seseorang menekankan pada tiga unsur akal, perasaan, dan kehendak secara bersamaan sehingga individu dapat membedakan perbuatan baik dan buruk.
Berkaitan dengan moral dan jenis budaya, nilai-nilai pendidikan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.
a . Nilai Pendidikan ReligiusAga ma
Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final, kemudian agama yang diyakini tersebut merupakan sumber motivasi tindakan individu
dalam hubungan sosialnya. Setiap kelompok manusia mempunyai latar nilai sosial yang berbeda sesuai dengan agama yang dianutnya. Timbulnya hubungan dua
arah sosial dan agama akan mempengaruhi tindakan manusia. Kung, 2004: 15 Agama merupakan hal mutlak dalam kehidupan manusia sehingga
pendidikan agama ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Mangunwijaya dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 327 menyatakan berikut ini.
”Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di pihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak
getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan
resmi.
commit to user 56
Pernyataan di atas sebagaimana pendapat Koentjaraningrat 1985: 145, bahwa makin ia taat menjalankan syariat agama, makin tinggi pula tingkat
religiusitasnya. Pendapat lain dikemukakan Dojosantosa dalam Tirto Suwondo dkk., 1994: 63, bahwa religius adalah keterkaitan antara manusia dengan Tuhan
sebagai sumber ketenteraman dan kebahagiaan. Keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius. Berbicara tentang
hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Melalui agama, manusia pun dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Sebuah karya sastra yang mengangkat sebuah kemanusiaan yang berdasarkan kebenaran akan menggugah hati nurani dan akan memberikan
kemungkinan pertimbangan baru pada diri penikmatnya. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila sastra dapat berfungsi sebagai peneguh batin pembaca dalam
menjalankan keyakinan agamanya. Nilai pendidikan agama dalam karya sastra sebagain menyangkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya
sifat edukatif Burhan Nurgiyantoro, 2002: 317. Jika setiap manusia akan saling menghormati dalam menjalankan agamanya,
maka hubungan yang harmonis akan terjalin dan akan menjadikan hidup manusia menjadi tenteram dan bahagia karena nilai religius merupakan keterkaitan
antarmanusia dengan Tuhan sebagai sumber ketenteraman dan kebahagiaan di dunia.
commit to user 57
b.
Nila i Pendidikan Mora l
Secara umum, moral merujuk pada pengertian baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan dan kelakuan, akhlak, dan kewajiban. Nilai
moral berkaitan dengan pribadi manusia. Moral merupakan laku perbuatan manusia yang dipandang dari nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan
berdasarkan adat kebiasaan di mana individu berada Burhan Nurgiyantoro, 2002: 319.
Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Pendidikan moral memungkinkan manusia memilih secara
bijaksana yang benar dan yang salah. Joko Widagdo 2001: 30 mengartikan moral sebagai norma dan konsep
kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral
dalam masyarakat yang baik, seperti akhlak, budi pekerti, dan etika. Lebih lanjut Joko Widagdo 2001: 31-32 menyatakan sebagai berikut.
”Seseorang belum dikatakan bermoral apabila dia melihat atau melakukan kejahatan dan tidak berusaha memberantasnya, hanya dengan alasan amal
perbuatan dan kejahatan itu tidak mengenai atau merugikan dirinya. Sebagai pengemban nilai-nilai moral, setiap orang harus merasa terpanggil
untuk mengadakan reakdi, kapan dan di mana saja melihat perbuatan yang menginjak nilai-nilai moral.”
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Nilai
commit to user 58
pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang
menjunjung tinggi budi pekerti, dan nilai susila.
c.
Nila i Pendidika n Sosia l
Kata
sosia l
berasal dari bahasa Latin
socio
, yang artinya ”menjadikan teman”. Kata
socio
juga berarti suatu petunjuk umum ke arah kehidupan bersama manusia dalam masyarakat Tirto Suwondo, 1994: 128. Sosial dapat diartikan
hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup
sosial. Lebih lanjut Munandar Soelaeman 2004: 9 mengatakan bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek,
gagasan, atau orang. Manusia selain sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial.
Manusia disebut sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan sosial dapat terjadi antara individu dengan orang-orang di
sekelilingnya. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan kelompok dalam ikatan kekeluargaan antara individu satu
dengan lainnya. Nilai sosial berkenaan dengan kemanusiaan dan mengembangkan kehidupan bersama, seperti kasih sayang, penghargaan, kerja sama, perlindungan,
dan sifat-sifat yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan lainnya yang merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Tirto Suwondo,
1994: 130
commit to user 59
Bertolak dari beberapa pengertian nilai sosial di atas dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah suatu aspek budaya yang disertai emosi terhadap objek
untuk memperoleh makna atau penghargaan. Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat
pula bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai sosial dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang
diinterpretasikan sehingga diharapkan mampu memberikan peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan. Dengan membaca karya sastra diharapkan perasaan pembaca
lebih peka terhadap persoalan-persoalan kemanusiaa, lebih dalam penghayatan sosialnya sehingga lebih mencintai kebenaran dan keadilan.
Tata sosial tentu akan mengungkapkan suatu hal yang dapat direnungkan. Dalam karya sastra dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial berpadu
dengan tata kehidupan sosial yang sebenarnya. Pada akhirnya dapat dijadikan cermin atau sikap para pembacanya Suyitno, 1986: 31. Lebih lanjut Suyitno
menjelaskan bahwa karya sastra dapat berfungsi sebagai daya pengguncangan nilai-nilai sosial yang sudah mapan. Dasar dari pendidikan sosial adalah manusia
itu merupakan kawan sosial bagi manusia lain. Nilai pendidikan sosial yang diambil dari sebuah cerita, dalam hal ini
cerpen, dapat diperoleh dari hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Kedua hal tersebut perlu disampaikan agar dapat diperoleh banyak teladan yang
bermanfaat. Segi positif harus ditonjolkan sebagai sesuatu yang patut ditiru dan diteladani. Demikian pula segi negatif perlu ditampilkan agar pembaca mampu
membedakan hal yang baik dan yang buruk.
commit to user 60
d.
Nilai Pendidikan Buda ya
Karya sastra dan kebudayaan, keduanya berbagi wilayah yang sama, yakni aktivitas manusia, meskipun dengan jalan yang berbeda. Karya sastra melalui
kemampuan imajinasi dan kreativitas yang ditumpu kemampuan emosional, sedangkan kebudayaan melalui kemampuan akan sebagai kemampuan
intelektualitas. Koentjaraningrat 1985: 18 mengemukakan bahwa sistem nilai budaya
terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidu dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam
hidup. Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakukan manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam cerita dapat
diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Cerita dalam hal ini cerpen sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sisitem nilai atau sistem budaya
masyarakat pada suatu tempat dalam suatu masa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup manusia yang dianut dan
dijauhi, serta hal-hal yang dijunjung tinggi. Lebih lanjut Koentjaraningrat 1986: 10-11 mengemukakan tentang nilai
budaya sebagai berikut. ”Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Secara lengkap, wujud adat
itu disebut adat tata kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi
commit to user 61
ialah bila manusia itu suka bekerja sama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar.
Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat lokal atau adat daerah yang dimaksud dalam kumpulan cerpen ini adalah adat daerah yang bernuansa
kejawaan. Nilai budaya kejawaan ini kadang dibalut sekaligus berbenturan dengan nilai-nilai budaya yang dipegang oleh tokoh utama.
11. Penerapan Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Cerpen