commit to user 138
tokoh Bram, ayah Nadira, untuk menyaksikan film kesayangannya. Film tersebut dapat disaksikan melalui peralatan video dengan cara memasukkan kaset, lalu
memutar sesuai petunjuk yang ada. Jika zaman dahulu orang ingin menyaksikan film harus mendatangi bioskop, namun dengan adanya kemajuan teknologi,
seseorang tanpa harus keluar rumah sudah dapat menyaksikan film kesayangannya dengan memutar kaset video.
Ayahnya memasukkan kaset video yang sudah dikenalnya:
All the President’s Men
. Film itu sudah ditontonnya puluhan kali. Leila S. Chudori, 2009: 74
Nadira menggigit bibir. “Dia… dia hanya suka menonton televise, Yu. Tepatnya menonton video. Dia nonton video
All the President’s Men
berulang-ulang cuma untuk mengingat masa lalunya sebagai wartawan. Leila S. Chudori, 2009: 76
Selain ketujuh unsur kebudayaan sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, dalam kumpulan cerpen
9 dari Nadira
ini juga meliputi aspek-aspek sosial yang meliputi berikut ini.
a. Tempat Tinggal
Kumpulan cerpen
9 da ri Na dira
ini mengambil latar tempat di ibu kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di luar negeri, yaitu Amsterdam, Victoria,
Kanada, dan New York. Kota Amsterdam adalah tempat kelahiran tokoh utama, Nadira, sekaligus kota tempat kedua orang tuanya menempuh pendidikan tinggi.
Kota Jakarta sebagai tempat tinggal keluarga Suwandi, kakek Nadira. Selain itu, ketika orang tua Nadira telah menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam,
Nadira serta kedua orang tua dan dua saudaranya juga tinggal di Jakarta, tepatnya
commit to user 139
di rumah Kakek Suwandi. Selanjutnya, kota Jakarta sebagai tempat tinggal Bramantyo dan Kemala, orang tua Nadira. Nadira dan kedua saudaranya pun
hingga mereka kuliah juga tinggal di Jakarta. Meski setelah itu, Nadira memutuskan untuk tinggal di Kanada dan Victoria, sedangkan Nina tinggal di
New York. Leila S. Chudori ini banyak menceritakan kehidupan dengan latar belakang kedua kota tersebut, Kanada dan New York, dengan begitu detail.
b. Adat Istiadat dan Kebiasaan
Di tengah-tengah pembicaraan tentang kehidupan modern yang serba individual dan metropolis, kumpulan cerpen
9 da ri Na dira
ini masih menyuguhkan cerita tentang adat istiadat dan kebiasaan yang biasa dilakukan
orang Indonesia, khususnya Jawa. Kehadiran tokoh Kakek dan Nenek Suwandi, yang setiap kali muncul selalu membawa dan memberi ajaran kebaikan tentang
kehidupan, martabat, dan kehidupan yang bersifat spiritual demi mengimbangi pola hidup yang metropolis. Meskipun Bram pernah tinggal di luar negeri dan
mendapat pendidikan Barat, tetapi kebiasaan sebagai adat istiadat yang baik senantiasa dijunjung tinggi. Kebiasaan sungkem atau mencium tangan orang tua
merupakan salah satu bukti bentuk kebiasaan baik sebagai tanda bakti Bram kepada orang tuanya.
Leila S. Chudori juga menceritakan adat kebiasaan khususnya orang Jawa, ketika menikah menggunakan bunga melati sebagai hiasan bagi pengantin
perempuan. Cerita ini digambarkan Leila melalui tokoh Nenek Suwandi ketika menanyakan kepada menantunya, Kemala, saat ia menikah di Amsterdam dengan
anak lelaki Nenek Suwandi, yakni Bram.
commit to user 140
2. Pandangan Pengarang terhadap Tokoh Wanita dalam Kumpulan Cerpen