Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang meng- gunakan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai medianya. Karya sastra merupakan bentuk kreativitas dalam bahasa yang indah serta berisi pengalaman batin dan imajinasi pengarangnya yang bersumber dari penghayatan realitas sosial. Pada hakikatnya karya sastra merupakan gambaran dari suatu masyarakat yang mencerminkan kehidupan sosial dan sisi lainnya dibuat untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan kehidupan manusia. Permasalahan tersebut dapat berupa segala sesuatu yang terjadi dalam diri pengarang maupun orang lain. Oleh karena itu, sebuah cipta sastra mengungkapkan masalah-masalah manusia dan kema- nusiaan serta tentang makna hidup dan kehidupan. Karya sastra mampu melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang, kebencian, nafsu, dan segala yang dialami oleh manusia. Mursal Esten, 1990: 8. Bentuk pengungkapan inilah yang merupakan olahan pengarang dalam menggambarkan segala aspek kehidupan manusia melalui ekspresi pengarangnya. Karya sastra juga merupakan ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran. Penggambaran atau imaji ini dapat merupakan titian terhadap kenyataan hidup, wawasan pengarang terhadap kenyataan kehidupan, dapat pula imajinasi murni pengarang yang tidak berkaitan dengan kenyataan commit to user 2 hidup rekaan, atau dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula sebagai campuran semuanya itu Retno Winarni, 2009: 6. Karya sastra termasuk sebuah karya tulis. Jika dibandingkan dengan jenis karya tulis lainnya, karya sastra memiliki ciri berbagai keunggulan, seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi dan ungkapannya Dendy Sugono, 2003: 159. Keaslian suatu karya sastra menunjukkan adanya otoritas dari setiap pengarangnya, sedangkan dari sisi keartistikannya, sastra menunjukkan bahwa karya tersebut menyuguhkan karya seni tinggi. Dengan membaca karya sastra, orang akan tahu atau paling tidak dapat meraba kondisi sosial masyarakat tertentu pada suatu masa, meskipun kondisi sosiokultural masyarakat tadi tidak selalu digambarkan persis apa adanya, mengingat kefiktifan karya sastra. Lebih dari itu, juga harus diingat bahwa pengarang memiliki subjektivitas dalam menilai dan mengamati realita yang disaksikannya. Oleh karena itu, subjektivitas inilah yang memengaruhi suatu karya sastra. Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan. Kehidupan tersebut merupakan pengalaman nyata pengarang yang dicoba dihidupkan melalui karyanya yang bersifat fiktif. Dalam menginterpretasikan kehidupan, pengarang tentu tidak lepas dari akar kebudayaan dan masalah sosial yang melingkupinya. Dalam memahaminya, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sosial budaya, tetapi juga harus dipahami dalam konteks yang seluas-luasnya dan tidak hanya dari dirinya sendiri. Jadi, pemahaman latar belakang budaya suatu karya sastra sangat diperlukan untuk meraih makna yang utuh dari suatu karya sastra tersebut. commit to user 3 Makna yang utuh dari suatu karya sastra dapat pula dicapai melalui berbagai pendekatan karya sastra. Menurut Abrams dalam Wiyatmi, 2009: 79, ada beberapa pendekatan karya sastra, antara lain, pendekatan mimetik, ekspresif, pragmatik, dan objektif. Pendekatan mimetik menganggap bahwa karya sastra sebagai tiruan alam, kehidupan, atau dunia ide; pendekatan ekspresif menganggap bahwa karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman pengarangnya; pendekatan pragmatik menganggap bahwa karya sastra sebagai alat untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca; dan pendekatan objektif lebih menganggap bahwa karya sastra sebagai sesuatu yang dapat berdiri sendiri dan memfokuskan perhatian pada karya sastra itu sendiri. Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di atas, masih ada pendekatan semiotik, yaitu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sistem tanda; pendekatan sosiologi sastra yaitu pendekatan karya sastra yang dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat; pendekatan resepsi sastra yaitu pendekatan yang menilai karya sastra berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap karya sastra tertentu; pendekatan psikologi sastra yaitu pendekatan yang digunakan untuk menginterpretasikan dan menilai karya sastra; serta pendekatan feminisme kritik sastra feminis, yaitu pendekatan yang mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastra-karya sastranya. Sebagai karya imajinatif, karya sastra memiliki fungsi sebagai hiburan yang menyenangkan sekaligus berguna menambah pengalaman batin bagi para commit to user 4 pembacanya. Membicarakan karya sastra yang bersifat imajinatif, ada tiga jenis karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalan cerita pendek cerpen. Berbagai permasalahan yang ada di sekitar kehidupan individu dapat menjadi bahan penciptaan karya sastra cerpen. Tema seperti kritik sosial, perbedaan pandangan masyarakat, kejiwaan seseorang dalam menghadapi suatu masalah, dan masih banyak tema lain yang menjadi pokok pemikiran para cerpenis. Seorang cerpenis dapat menciptakan berbagai tema yang dirangkum dalam suatu tema utama. Semakin banyak permasalahan yang dimunculkan, semakin menarik karya sastra tersebut. Jadi, tidaklah mengherankan jika seseorang membaca cerpen, seperti sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, pembaca ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, haru, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan bacaan dan dinikmati, ada kecenderungan dapat dijadikan bahan renungan yang menarik dan banyak manfaat yang diperoleh melalui pesan positif yang disampaikan pengarangnya. Tidak hanya itu, dengan segala permasalahannya yang universal, cerpen juga menarik untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan pembelajaran di kelas. Cerpen yang akan dikaji ini adalah cerpen-cerpen karangan Leila S. Chudori yang commit to user 5 dibukukan menjadi buku kumpulan cerpen dengan judul 9 dari Na dira yang selanjutnya disingkat 9dN . Buku ini memuat 9 judul cerpen, yaitu 1 Menca ri Seikat Seruni , 2 Nina da n Na dira , 3 Melukis La ngit , 4 Ta sbih , 5 Ciuman Terpanjang , 6 Kirana , 7 Sebila h Pisa u , 8 Uta ra Ba yu , dan 9 At Pedder Ba y . Kumpulan cerpen dengan judul 9 dari Na dira selanjutnya disebut 9dN merupakan karya fiksi terbaru Leila S. Chudori. Buku ini terdiri atas sembilan cerita pendek dengan tema kehilangan yang kuat dan karakter Nadira sebagai pemersatunya. Cerita-cerita pendek tersebut ditulis dengan rentang waktu yang lama dan banyak di antaranya yang bisa berdiri sendiri. Menyimak 9dN , akan disuguhi kompleksitas tema dan karakter. Dunia reportase, tradisi, cinta, harga diri, dan masih banyak lagi bercampur dengan efektif tanpa membuatnya jatuh ke dalam formula sinetron. Buku ini mampu menyedot pembacanya ke dalam alur yang tidak linear. Dengan nyaman penulisnya melompat-lompat ke berbagai highlights dalam kehidupan Nadira. Tidak semua jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam buku ini disimpan di cerita pendek yang terakhir. Bisa juga di cerpen-cerpen awal karena formatnya yang berupa kumpulan cerita pendek memungkinkan hal itu. Kesembilan kisah yang disodorkan Leila, bagai kepingan-kepingan kisah, yang memiliki awal dan akhir. Namun tetap memiliki benang merah cerita yaitu tokoh-tokohnya, terutama Nadira sebagai tokoh sentral. Dengan mengambil setting cerita di beberapa kota di Indonesia, Amsterdam-Belanda, Victoria, B.C., Kanada, dan New York-USA membuat cerita dalam buku ini terasa menarik dan commit to user 6 tidak membosankan. Meskipun dalam balutan kisah-kisah yang cenderung kelam, dengan beragam tokoh yang memiliki karakter masing-masing, namun Nadira berusaha untuk tetap tegar menghadapi segala hal dalam hidupnya. Dia tetap untuk berusaha survive dan terus hidup. Inilah esensi yang bisa ditangkap dari kumpulan cerpen 9 da ri Na dira karya Leila S. Chudori ini. Kesembilan cerpen dalam buku ini fiksi, jika ada persamaan cerita atau karakter, maka itu kebetulan semata. Namun bukan hal mengherankan apabila ternyata Leila membangun karakter Nadira dengan kehidupan pribadinya sebagai landasan. Keduanya sama-sama berayahkan wartawan, bungsu dari tiga bersaudara, dan menjadi wartawan di majalah berita. Alhasil sosok Nadira menjadi begitu nyatanya, sampai-sampai cerpen yang langsung berfokus pada dirinya terasa lebih menonjol daripada yang tidak. Seperti dalam Melukis Langit, Ta sbih, dan Kirana . Walaupun demikian, cerpen-cerpen dengan sudut pandang karakter selain Nadira—misalnya Nina dan Nadira atau Sebila h Pisau —tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain membuktikan kepedulian Leila pada pengembangan karakter yang lain, cerpen-cerpen tersebut juga memberikan pembaca kesempatan mengenali Nadira melalui interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya. Sementara itu, tujuan umum pengajaran sastra seperti yang tercantum dalam pendidikan di Indonesia, yaitu agar siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, di dalam rambu-rambunya ditegaskan pula bahwa pembelajaran commit to user 7 sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meng- apresiasikan karya sastra. Kegiatan mengapresiasi nalar, daya khayal, dan kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Dengan demikian, peran pelajaran sastra menjadi sangat penting. Hal yang menarik dari kumpulan cerpen 9dN ini adalah karena sebagai pengarang, Leila menyajikan narasi dengan tidak lazim dan unik. Penguatan tokoh dan konflik batin yang terjadi dibangun seiring dnegan rangkaian bab demi bab. Sekalipun penuturannya tidak linear, kedalaman karakter tokohnya tertuang dengan sempurna. Adapun alasan peneliti memilih kumpulan cerpen 9dN ini adalah sebagai berikut. Pertama, sejauh ini belum ada yang meneliti karya tersebut. Kedua, kumpulan cerpen 9dN ini menampilkan gambaran representasi problematika sosial di Indonesia modern dengan cita rasa yang berbeda. Ketiga, kumpulan cerpen 9dN sarat dengan nilai pendidikan agama, sosial, adat-istiadat, dan moral. Oleh karenanya, kumpulan cerpen 9dN ini dijadikan objek penelitian dengan judul Tinjauan Sosiologi Sa stra da n Nilai Pendidika n da la m Kumpula n Cerpen 9 da ri Na dira ka rya Leila S. Chudori. Kumpulan cerpen 9dN ini menggambarkan keberadaan manusia dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan yang melingkupinya. Permasalahan yang diangkat dalam kumpulan cerpen 9dN merupakan refleksi dari kenyataan yang ada dalam kehidupan sosial, terutama kehidupan di kota-kota besar Jakarta, Amsterdam, New York, Kanada, dan Victoria yang merupakan tempat yang sebagian besar melatari cerita. commit to user 8

B. Perumusan Masalah