commit to user 48
abstrak. Sistem-sistem tata kelakuan dalam tingkatan lebih konkret seperti aturan- aturan khusus, norma-norma berpedoman pada sistem budaya. Sistem budaya
demikian kuat meresap dalam jiwa warga masyarakat sehingga sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu yang singkat.
Proses pendidikan dan proses pembudayaan dalam kehidupan manusia mempunyai hubungan yang sangat erat. Pendidikan dan pembudayaan bersama-
sama tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat, maka semakin tinggi pula kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tertentu.
Secara singkat dapat disintesiskan bahwa nilai merupakan segala sesuatu tentang baik buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting dan berguna bagi
kemanusiaan. Dengan nilai, manusia dapat merasakan kepuasan, baik kepuasan lahiriah maupun batiniah.
8. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan sengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,
2001: 70. Lebih lanjut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyatakan bahwa pendidikan juga merupakan usaha manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yang
dilakukan secara terus-menerus seperti pendapat Ki Hajar Dewantara. Pendidikan
commit to user 49
itu dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia 2001: 73.
Menurut Soedomo 2003: 18, pendidikan adalah bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik dalam
usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan yang dilakukan. Pendidikan mencakup pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri pihak
terdidik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju arah pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar, terencana, terus-menerus, serta penuh tanggung
jawab yang merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam usaha pendewasaan
melalui upaya pengajaran dan latihan.
9. Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang
sedang bertumbuh. Dengan tindakannya mendidik, manusia mewariskan kepada generasi berikutnya nilai-nilai budaya yang berharga bagi perkembangan dan
pertumbuhannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam kegiatan mendidik ini, manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan. Perbedaan
sudut pandang, perbedaan konsepsi tentang manusia membuat penentuan tujuan pendidikan menjadi bermasalah, atau paling tidak memunculkan beberapa
commit to user 50
persoalan. Tanpa gagasan tentang tujuan pendidikan, praksis pendidikan karakter akan kehilangan visi. Doni Koesoema, 2007: 2
Doni Koesoema 2007: 3 juga menjelaskan bahwa karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasannya dan
mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur antropologis ini melihat bahwa karakter bukan sekadar hasil dari suatu tindakan, melainkan secara simultan merupakan
hasil dan proses. Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antroplogis individu, yang mau tidak mau sekadar berhenti atas determinasi kodrati,
melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya secara terus-
menerus. Lebih lanjut Doni Koesoema 2007: 5 mengatakan bahwa karakter lebih
bersifat subjektif sebab berkaitan dengan struktur antropologis dan tindakannya dalam memaknai kebebasannya sehingga ia mengukuhkan keunikannya
berhadapan dengan orang lain. Sementara itu, pendidikan senantiasa berkaitan dengan dimensi sosialitas manusia. Manusia sejak kelahirannya telah
membutuhkan kehadiran orang lain dalam menopang hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi
dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya. Selanjutnya, ia dapat
semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Secara singkat, pendidikan
karakter dapat diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat
commit to user 51
bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain di dunia.
Sebagaimana pendapat John Luther dalam Ratna Megawangi, 2007: 11 berikut ini.
” Good cha ra cter is more to be praised tha n outsta nding ta lent. Most ta lent are to some a xtent a gift. Good cha ra cter, by contranst, is not given
to us. We ha ve to build it pea ce by pea ce –by thought, choice, coura ge, a nd determination.”
Menurut Ratna Megawangi 2007: 9, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses
knowing the good, loving the good, a nd a cting the good
. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi
ha bit of the mind, heart, a nd ha nds.
Sebagaimana pendapat Thomas Lickona yang dikutip Ratna Megawangi 2007: 10 mengenai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Senada dengan pendapat Thomas Lickona, Ratna Megawangi 2007: 10 juga menyebutkan pilar-pilar pendidikan karakter yang berjumlah sembilan, yaitu:
1 cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, 2 tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, 3 jujur, 4 hormat dan santun, 5 kasih sayang, peduli, dan kerja sama,
6 percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7 keadilan dan
commit to user 52
kepemimpinan, 8 baik hati dan rendah hati, serta 9 toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Menurut Doni Koesoema 2007: 15, pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh memberikan beberapa alternatif pengembangan keutamaan untuk
membentuk karakter individu menjadi pribadi keutamaan. Pilihan prioritas keutamaan itu didasarkan pada tiga matra pendidikan karakter yang menjadi dasar
bagi pengembangan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh, yaitu matra individual, matra sosial, dan matra moral. Lebih lanjut Doni Koesoema 2007: 17
menguraikan ketiga matra tersebut dalam 12 pilar keutamaan pendidikan karakter berikut ini. Penghargaan terhadap tubuh; 2 transendental; 3 keunggulan
akademik; 4 penguasaan diri; 5 keberanian; 6 cinta kebenaran; 7 terampil; 8 demokratis; 9 menghargai perbedaan; 10 tanggung jawab; 11 keadilan,
dan 12 integritas moral. Kedua belas pilar keutamaan pendidikan karakter di atas dapat diuraikan
satu per satu sebagai berikut. Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang, termasuk di
dalamnya kesediaan dan kemampuan menjaga dan merawat kesehatan jasmani. Pengembangan keutamaan transendental, baik yang bersifat religius maupun
keagamaan, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran Ilahi
merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Keunggulan akademik sebagai keutamaan pendidikan karakter menurut
Doni Koesoema 2007: 20 mencakup hal-hal di bawah ini.
commit to user 53
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik mencakup cinta akan ilmu, kemampuan berpikir
kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan
akan pemikiran orang lain, berani melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang
berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaran intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi
hadirnya ilmu pengetahuan. Keutamaan pendidikan karakter lain adalah penguasaan diri yang merupakan
kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi pada tujuan yang benar selaras dengan
panduan akal budi. Keberanian merupakan keutamaan individu untuk melakukan sesuatu dan merealisasikan cita-citanya, di antaranya, kesediaan berkorban demi
nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, dan kerja keras. Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, yang
memungkinkan seseorang berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang diyakininya. Keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan
identitas manusia sebagai pribadi berkarakter Doni Koesoema, 2007: 20 Syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh adalah memiliki
berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan bagi perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional.
Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang yang digeluti juga merupakan dasar bagi keberhasilan
hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya inilah seorang individu mampu mengubah dunia. Doni Koesoema, 2007: 21
commit to user 54
Selain pilar-pilar keutamaan pendidikan di atas, Doni Koesoema 2007: 20- 21 masih menguraikan pilar-pilar lain, yaitu demokratis. Masyarakat global hidup
dalam kebersamaan dengan orang lain. Setiap individu belajar hidup bersama dan mengatur tatanan kehidupan secara bersama sehingga inspirasi dan aspirasi
individu dapat tercapai. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan penumbuhan semangat demokrasi. Selain demokrasi, pilar pendidikan karakter
lainnya adalah menghargai perbedaan, tanggung jawab, keadilan, dan integritas moral.
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaaan merupakan sikap fundamental yang harus ditumbuhkan dalam diri individu. Tanggung jawab
merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Bersikap adil dan mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia
memiliki kecenderungan untuk antisosial. Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter yang memberikan
penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apa pun kondisi dan keadaannya.
Doni Koesoema, 2007: 21 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai- nilai karakter pada seseorang sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai
commit to user 55
karakter dirinya. Selanjutnya, ia mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya dan sebagai anggota masyarakat.
10. Jenis-Jenis Nilai Pendidikan