commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Sastra
Dalam bahasa Indonesia, kata
sa stra
berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata
sa s
dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran –
tra
menunjukkan alat atau sarana. Dengan demikian, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku
instruksi, atau buku pengajaran Teeuw, 2003: 23. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa sastra merupakan alat atau sarana komunikasi dan interaksi
antarpengarang dan masyarakat yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya.
Lebih lanjut Teeuw 2003: 21 juga mendefinisikan sastra dengan makna yang terkandung dalam kata ”sastra” tersebut dengan membandingkan nama dan
pengertian tersebut dari beberapa negara. Dalam bahasa Barat, sastra disebut dengan sebutan
literature
Inggris,
literatur
Jerman,
litterature
Prancis, semua kata tersebut berasal dari bahasa Latin
litteratura
. Kata
litteratura
sebenarnya diciptakan sebagai terjemahan dari kata Yunani gramatika;
litteratura
dan
gra matika
yang keduanya berdasarkan kata
litera
dan
gra mma
yang berarti ”huruf” atau ”tulisan”. Menurut asalnya,
litteratura
dipakai untuk tata bahasa dan puisi, dalam bahasa Prancis masih dipakai kata
letter
. Dalam bahasa Belanda yaitu
commit to user 11
geletterd
, yang artinya orang beradab dengan kemahiran khusus di bidang sastra. Kata
litterature
dan seterusnya dalam bahasa Barat Modern berarti segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis. Dalam bahasa Jerman,
yang selalu aktif mencari kata Jerman asli untuk konsep asing, dipakai dua kata Jerman asli, yaitu
schrifftum
, yang artinya segala sesuatu yang tertulis, sedangkan
dichtung
, yang artinya terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan. Jadi, yang bersifat rekaan dan secara implisit maupun eksplisit
dianggap mempunyai nilai estetis. Atar Semi 1993: 8 mendefinisikan sastra sebagai suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dengan kehidupannya dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Gazali dalam Rachmat
Djoko Pradopo, 2002: 32 sastra adalah tulisan atau bahasa yang indah, yakni hasil ciptaan bahasa yang indah dan perwujudan getaran jiwa dalam bentuk
tulisan. Indah, artinya sesuatu yang menimbulkan orang yang melihat dan mendengarkan dapat tergetar jiwanya, sehingga melahirkan keharuan, kemesraan,
kebencian, kecemasan, dendam, dan sebagainya. Senada dengan pendapat Gazali, Slamet Muljana dalam Wiyatmi, 2009: 19 menyebut sastra dengan ”seni kata”,
yaitu penjelmaan ilham dengan kata yang tepat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, terdapat kesamaan bahwa sastra
merupakan hasil seni bahasa yang indah yang dapat menimbulkan keindahan, tetapi belum menunjukkan sifat khusus dari tulisan yang berupa karya sastra yang
indah, baik bahasa maupun isinya.
commit to user 12
Pada dasarnya karya sastra merupakan penyajian gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial. Dalam
pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang- orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Oleh
karenanya, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah kebenaran
penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi
keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak
disengaja dituliskan oleh pengarang atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak
langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu. 1993: 109 Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang-
orang yang berada di sekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu,
karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman
hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan
kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya. Melalui karya sastra, sering dapat diketahui kedaaan
commit to user 13
dan cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat, seperti dialami, dicermati, ditangkap, dan direka oleh pengarang.
Senada dengan pernyataan di atas, Sapardi Djoko Damono 2003: 2 mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan
itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmasyarakat dengan orang-seorang,
antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimana pun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering
menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk
mencetuskan peristiwa sosial tertentu.
2. Hakikat Cerpen