Pandangan Pengarang terhadap Tokoh Wanita dalam Kumpulan Cerpen

commit to user 140

2. Pandangan Pengarang terhadap Tokoh Wanita dalam Kumpulan Cerpen

9 dari Nadira Sebuah karangan atau cerita selalu berkaitan atau berhubungan dengan pengarangnya. Banyak faktor yang memengaruhi lahirnya sebuah karya sastra, misalnya latar belakang sosial budaya, riwayat hidup pengarang, falsafah hidup, dan sebagainya. Cerita lahir dari hasil imajinasi atau rekaan, ini bersifat fiktif atau tidak nyata. Namun demikian, tidak berarti bahwa cerita tersebut merupakan khayalan semata. Cerita tersebut juga merupakan pengalaman batin pengarang. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Elena bahwa bekal utama suatu karya sastra adalah pengalaman batin empiris yang sudah mengendap di dalam batin pengarang dalam Herman J. Waluyo, 2022: 53. Jadi, sebuah karya sastra lahir dari hasil imajinasi pengarang yang bersumber dari pengalaman dan realisasi batin. Lebih lanjut Herman J. Waluyo menyatakan bahwa cerita rekaan menampilkan dunia sekunder, yaitu fiksionalitas pengarang 2002: 40. Kenyataan yang tampil dalam cerita bukan kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan yang ditampilkan pengarang adalah kenyataan ciptaan pengarang dan tidak sama dengan kejadian sebenarnya. Kenyataan dalam dunia sekunder mungkin saja berkaitan dengan kenyatan yang sebenarnya kenyatan primer, yakni kenyataan yang benar-benar terjadi. Akan tetapi, mungkin juga hal itu cerminan kenyataan pengarang yang dibentuk sendiri melalui imajinasinya. Kenyataan yang dialami dijadikan model dalam karangannya. Model dari kenyataan itu kemudian diberi commit to user 141 visi, diubah, diperindah, diberi warna baru, dan sebagainya sehingga dunia yang tercipta melalui cerita itu adalah dunia sekunder. Dunia sekunder utama dikisahkan oleh pengarang dalam tokoh manusia. Nama-nama yang ditokohkan mungkin berhubungan dengan kenyataan, mungkin juga tidak. Dunia nyata seorang pengarang sedikit banyak memengaruhi lahirnya sebuah karya sastra, misalnya cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen 9 da ri Na dira ini banyak bercerita tentang kehidupan seorang gadiswanita yang berprofesi sebagai wartawan majalah berita mingguan. Hal ini tidak jauh-jauh berbeda dari kehidupan penulisnya. Bahkan, tokoh utama Nadira, bisa jadi merupakan perwujudanmodel pengarang Leila S. Chudori ketika masih muda. Mereka sama-sama berprofesi sebagai wartawan, sekolah di Kanada, menulis cerpen, dan sama-sama anak ketiga dari seorang ayah yang juga wartawan. Tidaklah mengherankan jika Nadira bisa menjelma begitu hidup dalam cerpen- cerpen ini. Leila seperti sedang menulis tentang dirinya sendiri. Dunia nyata seorang pengarang sedikit banyak memengaruhi lahirnya sebuah karya. Leila S. Chudori, misalnya, dalam kumpulan cerpennya ini banyak berkisah tentang seputar kehidupan wartawan, kehidupan mahasiswa di luar negeri, serta pergaulan modern di kota metropolitan. Amsterdam dan Kanada dengan kehidupan mahasiswa di kampus-kampus terkenal disertai dengan pernak- perniknya. Leila tidak akan dapat lancar menggambarkan seluk beluk tentang kehidupan metropolitan dan kehidupan kampus jika dia sendiri tidak pernah mengalaminya. commit to user 142 Pengalaman yang ada dalam diri pengarang itu berasal dari kenyataan yang dihayati baik oleh tokoh-tokohnya, jalan cerita, latar, maupun peristiwa yang dipaparkan. Latar cerita atau tempat cerita dapat digambarkan dengan hidup dan alami karena pengarang terlibat langsung, baik fisik maupun mentalnya. Problem kehidupan yang dipaparkan dalam sebuah cerita juga merupakan problem yang sudah akrab dan digelutinya setiap hari. Problem-problem atau permasalahan yang diangkat dalam cerita bisa berangkat dari kehidupan pribadi pengarang atau bisa dari orang lain atau lingkungan pengarang telah terbiasa di tempat itu. Jadi, lahirnya sebuah karya sastra tidak terlepas dari kehidupan pengarang itu sendiri. Sebagaimana dalam kumpulan cerpen 9 dari Na dira karya Leila S. Chudori ini. Dia begitu lancar menceritakan kehidupan di kota Victoria dan New York Amerika saat tokoh Nadira menuntut ilmu di sana, sedangkan sang kakak tinggal di kota tersebut. Leila juga sangat memahami kehidupan di kota Amsterdam ketika alur cerita bergerak di kota tersebut. Membaca cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen 9 da ri Na dira ini ibarat menata potongan-potongan puzzle yang berserak menjadi satu gambar penuh. Dengan demikian, sebenarnya, cerita dalam buku ini tidaklah harus dibaca secara berurutan dari halaman awal hingga akhir atau dari cerpen pertama hingga kesembilan. Apalagi, sebagaimana tertulis di awal, Leila menggunakan pola tutur sudut pandang berganti-ganti dan ulang-alik waktu kejadian. Leila juga menempatkan posisi Nadira yang berbeda-beda di setiap cerita pendeknya, bahkan setiap cerpen ini dapat berdiri sendiri, terlepas dari yang lain. Pada cerita pertama Menca ri Seikat Seruni , Nadira adalah seorang anak, sementara pada cerita Ta sbih , commit to user 143 Nadira sedang berperan menjadi seorang wartawati, lalu menjadi Nadira hadir sebagai seorang pecinta dalam cerita Kirana . Jejak kesengajaan penyusunan sekumpulan cerpen ini terlihat pada pengurutan cerpen yang tidak berdasarkan waktu penulisannya. Cerpen pertama Nadira adalah Melukis Langit yang ditulis pada tahun 1991, tetapi yang menjadi pembuka dalam buku ini justru cerpen yang tergolong mutakhir, yaitu Menca ri Seikat Seruni 2009. Suatu pilihan yang cerdas. Selain mengentak sebagai pembuka karena berawal dari kematian tak wajar ibu Nadira, juga memberikan semacam kerangka kepada pembaca melalui kesembilan cerpen itu, Leila hendak berbicara sesuatu. Leila berbicara tentang Nadira sebagai perempuan yang berpendidikan tinggi, seorang jurnalis andal, idealis, dan lajang yang hidup di kota metropolis, yang kemudian menikah justru dengan lelaki yang salah. Dengan pola tutur sudut pandang berganti-ganti berikut ulang alik waktu, bahkan dalam satu cerpen, Nadira menjadi semacam simpul atau titik acu untuk bercerita tentang siapa dan apa saja. Leila sangat leluasa menghadirkan dan mengeksplorasi seluruh tokoh, berikut kerumitan masalah dan latar belakang psikologis mereka. Tidak ada tindakan tanpa alasan yang mungkin saja berada jauh di masa silam. Tidak ada garis demarkasi hitam-putih dalam kehidupan. Berangkat dari titik pijak Nadira, Leila berkisah dengan sangat detail dan menyentuh tentang Kemala, ibu Nadira, perempuan yang bebas berpikir, bergaul, dan bersikap sekaligus pribadi yang memendam lelah hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dari Nadira pula, Leila bercerita tentang betapa masa lalu commit to user 144 saudara sekandung yang tak terungkap bisa sedemikian memburu. Bukan sekadar menghantui, melainkan juga membentuk relasi yang tak ideal sama sekali. Pada masa belia, Nina yang menuduh Nadira berbohong mencelupkan kepala adik bungsunya itu ke dalam jamban pesing, berulang kali. Nina terkejar dosa, Nadira terluka hingga dewasa. Leila juga bertutur tentang Bramantyo, ayah Nadira, sang wartawan idealis dengan segudang pengalaman membanggakan yang terjerembab hingga lumpuh semangat, menderita post power syndrome , dan membuat Nadira selalu mengulang kebiasaan lama, yaitu mencelupkan kepala ke dalam bak mandi. Tokoh Nadira dan Nina, dua kakak beradik yang menikahi lelaki yang serupa, tetapi tak sama. Nina menikah dengan Gilang Sukma, seorang koreografer, sedangkan Nadira menikah dengan Niko Yulinar, seorang aktivis. Kedua lelaki itu sama-sama berhasil menyentak dua bersaudari itu dari keseharian mereka. Kedua lelaki itu pun juga sama-sama tidak disukai Arya, saudara lelaki satu-satunya. Mereka berdua sama-sama orang baru yang tiba-tiba hadir dalam kehidupan kedua perempuan itu dan langsung mencuri hati mereka, mencengkeran erat, membuat dua saudari itu seperti orang lupa daratan dan juga membuat buta keduanya hingga tak bisa melihat dan mendengar apa pun. Nina yang buta karena tidak mengindahkan peringatan orang-orang di sekitarnya tentang Gilang Sukma, bahkan peringatan adik kandungnya sendiri. Nadira pun demikian, dia buta dan tidak menyadari kehadiran Utara Bayu yang berdiri, besar dan gagah, tepat di hadapannya sambil membawa hatinya di atas nampan perak hanya untuk Nadira. Sepertinya, Leila memang sengaja membuat commit to user 145 mereka jatuh hati pada tipe laki-laki yang sama dan mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Gambaran Leila tentang kecintaan perempuan terhadap laki-laki perayu dan pecinta ulung memang benar adanya. Dalam satu titik kehidupan perempuan, biasanya mereka pasti pernah jatuh cinta pada laki-laki tipe berikut ini, yaitu tampan, menarik, sukses, dan bersikap seolah-olah dunia ada di genggaman tangannya dan siap mempersembahkan untuk di perempuan. Tentu saja kebanyakan dari persembahan itu semu, tetapi sang perempuan tidak tahu dan akhirnya jatuh hati pula dengan perasaan yang nyata. Hal ini tentu saja berlaku untuk perempuan tipe apa pun. Semua jenis perempuan, apa pun profesinya, kesukaannya, pola pikirnya, cenderung akan bereaksi sama terhadap laki-laki seperti ini. Meskipun Nina dan Nadira memiliki tipikal yang berbeda, yang satu emosional dan yang satu pragmatis, tetapi mereka berdua sama-sama terjerembab dalam kehidupan lelaki dengan tipe yang sama. Karya sastra selalu diciptakan secara kreatif, dalam pengertian bahwa ia diciptakan dalam realitas baru, yang berarti sesuatu yang belum terlintas dan belum tertangkap oleh orang lain. Karya sastra sebagai media merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang terjadi dimodifikasi sedemikian rupa menjadi sebuah teks literer yang menghadirkan pencitraan yang berbeda dibandingkan dengan realitas empiris. Dengan demikian, realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang terjadi atau commit to user 146 pernah terjadi di masyarakat, yang dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan pencitraan yang berbeda. Lebih lanjut dikatakan Korrie Layun Rampan dalam Sugihastuti, 2010: 82 bahwa penciptaan sastra selalu bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Dalam karya sastra hal-hal yang digambarkan tentang masyarakat dapat berupa struktur sosial masyarakat, fungsi dan peran tiap-tiap anggota masyarakat, maupun interaksi yang terjalin di antara seluruh anggotanya. Secara lebih sederhana, karya sastra menggambarkan unsur-unsur masyarakat yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Interaksi yang terjadi di antara keduanya merupakan tema yang menarik untuk dikaji sebab menyangkut hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda, yang membentuk tatanan kehidupan masyarakat, baik secara sosial maupun budaya. Ketika membahas masalah perempuan, satu konsep yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah konsep gender. Kata gender berasal dari bahasa Inggris, yaitu gender yang berarti jenis kelamin. Jenis kelamin adalah pembagian dua jenis kelamin manusia, yang mengacu pada ciri-ciri biologis tiap-tiap jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Lebih jelasnya Fakih dalam Yoce Aliah Darma, 2009: 167 mengatakan bahwa gender adalah perbedaan perilaku beha viora l differences antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, bukan secara kodrat ketentuan Tuhan, melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial kultural yang panjang. Melalui keanggotaan di masyarakat dalam kelompok gender tertentu, orang dewasa belajar tentang peran gender untuk tiap-tiap jenis kelamin. Peran gender commit to user 147 ini mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat atau usia seseorang. Peran gender akan selalui ada dalam lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang. Peran gender seseorang, baik itu laki-laki atau perempuan, bergantung pada nilai-nilai budaya yang berkembang di dalam masyarakatnya. Kumpulan cerpen 9 da ri Na dira karya Leila S. Chudori ini dijadikan objek penelitian karena merupakan cerpen karya penulis perempuan. Alasan lainnya adalah pengarang perempuan diprediksi akan mengungkapkan permasalahan perempuan dengan gamblang dan transparan dalam menggambarkan persoalan ideologi gender. Profil yang direpresentasikan dalam kumpulan cerpen ini adalah tokoh aku pengarang, sebagai pencerita dan pengamat cerita, Nadira sebagai tokoh utamanya, sedangkan tokoh tambahan lainya adalah Bram ayah Nadira Kemala ibu Nadira, Nina kakak perempuan Nadira, Arya kakak laki-laki Nadira, Niko Yulinar suami Nadira yang akhirnya bercerai, Gilang Sukma suami Nina atau kakak ipar Nadira, dan Utara Bayu pemimpin redaksi majalah Tera , tempat Nadira bekerja. Berdasarkan pemerian cerita, Nadira, sebagai tokoh utama, adalah seorang wanita yang mandiri dan berpendirian tegas. Nadira digambarkan sebagai sosok yang merepresentasikan ideologi gender. Selain sebagai wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga bekerja di sektor domestik, Nadira juga berperan sebagai wanita pekerja seorang jurnalis yang bekerja di sektor publik. commit to user 148

3. Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen