commit to user 128
B. Pembahasan
1. Latar Belakang Sosial-Budaya Karya Sastra dalam Kumpulan Cerpen
9 dari Nadira
Para pengarang senantiasa hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup dalam ruang dan waktu tertentu yang akan terlibat dengan berbagai ragam
permasalahan. Pengarang, atau cerpenis, dalam tulisannya ia akan mencerminkan kejadian yang saat itu terjadi di masyarakat dan bahkan mungkin kejadian yang
dialami sendiri atau dialami orang-orang di sekitarnya. Dalam bentuk yang paling nyata yaitu ruang dan waktu tertentu adalah masyarakat atau sebuah kondisi
sosial, tempat berbagai aturan nilai yang di dalamnya terjadi interaksi. Karya sastra, dalam hal ini adalah cerpen, pada dasarnya bukanlah sesuatu yang otonom
dan berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu diciptakan.
Sebuah cerita rekaan menampilkan latar belakang sosial budaya masyarakat. Latar belakang budaya yang ditampilkan dapat berupa adat istiadat, pendidikan,
pekerjaan, suku, agama, kepercayaan, bahasa, dan tempat tinggal. Latar belakang sosial budaya ini akan memberi nuansa tersendiri pada karya-karya pengarang.
Latar belakang sosial budaya yang ditampilkan dalam cerpen dapat dilihat dari tempat atau daerah dan dari unsure sejarah atau waktu. Latar yang ditampilkan
biasanya merupakan cerminan suatu masyarakat pada kurun waktu tertentu.
a. Sistem Religi
Sistem religi berkenaan dengan agama. Sbagaimana dijelaskan dalam kumpulan cerpen ini, bahwa Nadira adalah pemeluk agama Islam. Ia dibesarkan di
commit to user 129
lingkungan yang taat melakukan perintah agamanya, meskipun tidak secara fanatic. Di rumah kakek-neneknya, Nadira sejak kecil telah diasuh dengan didikan
keagamaan yang baik. Kakek-nenek Nadira mewajibkannya harus rajin melalukan salat lima waktu dan bisa memahami isi Al-Quran. Demikian juga dengan ayah
Nadira, ia adalah seorang Muslim yang taat menjalankan perintah agamanya. Namun demikian, diceritakan bahwa ibu Nadira bukanlah tokoh yang begitu taat
menjalankan perintah agama Islam. Ia hanya sesekali melakukan salat lima waktu. Ia lebih sering melakukan ritual zikir dengan tasbih cokelatnya. Leila tidak
menceritakan adanya agama lain, selain agama Islam, meskipun ada beberapa tokoh yang diceritakan merupakan tokoh asing. Tokoh asing ini adalah teman-
teman Bram ketika kuliah di Amsterdam maupun teman-teman Nadira dan Nina di luar negeri.
c. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Nadira sebagai tokoh utama dalam kumpulan cerpen ini diceritakan oleh Leila sebagai tokoh yang berasal dari suku Jawa yang hidup dari keluarga
terpandang, berpendidikan tinggi, dan status sosial di masyarakat yang tinggi. Meski telah memasuki dan mengikuti kehidupan yang modern dan metropolis,
Nadira masih menjunjung tinggi kebiasaan dari para leluhurnya, yaitu ketika ibu Nadira meninggal, di rumahnya diadakan tahlilan. Tahlil ini merupakan sebuah
tradisi bagi masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam dan biasa dibacakan ketika salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
Leila juga menceritakan adanya tokoh lain yang bersuku Jawa, yaitu keluarga Triyanto Abimanyu. Ia merupakan orang tua Utara Bayu, yang tak lain
commit to user 130
adalah Kepala Biro majalah Tera, tempat Nadira bekerja. Istri Triyanto, Aryati, adalah tokoh dengan tipikal wanita Jawa asli, yang selalu merawat tubuhnya
dengan berbagai ramuan berbahan alam Indonesia dan rajin minum jamu. Tokoh lain dalam kumpulan cerpen ini juga ada yang berasal dari suku
Sunda, yaitu Amalia Djumhana. Ia merupakan calon istri Arya, kakak laki-laki Nadira, yang berasal dari Bogor dan keluarga besarnya berasal dari suku Sunda.
Dengan gaya penceritaannya, Leila S. Chudori tidak mengalami kesulitan ketika ia harus menggunakan logat Jawa dan logat Sunda karena didasari latar
belakang keluarganya. Dunia suku Jawa, suku Sunda, agama Islam, dan kehidupan mahasiswa di luar negeri tidak hanya dapat ditampilkan melalui
tokohnya, tetapi lebih melalui latar belakang kehidupannya yang menyeluruh di rumah Leila.
c. Sistem Pengetahuan