ANALISIS KEGIATAN MGMP DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI WILAYAH JAKARTA TIMUR

(1)

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Alpina Ilham

1110018200008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

Nama : Alpina Ilham NIM : 1110018200008

Program Studi : Manajemen Pendidikan

Alamat : Jalan Raya Ciracas Gg. Iklas Rt 003/ Rw 006 Kel. Ciracas Kec. Ciracas 13740, Jakarta Timur

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kegiatan MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing I : Mu’arif SAM.,M.Pd NIP : 19560717 199403 1 005 Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan Nama Pembimbing II : Dr. Salman Tumanggor,M.Pd NIP : 19570710 197903 1 002 Program Studi : Manajemen Pendidikan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 20 September 2014 Yang Menyatakan


(5)

(6)

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mendeskripsikan manajement, kegiatan, dan strategi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan pada SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai kegiatan yang dilakukan dalam MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan, meliputi wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.dengan interviewe, yaitu 3 pengurus MGMP Kewirausahaan (Ketua, Bidang pendidikan dan Pelatihan, Bidang Hubungan Masyarakat), serta 4 anggota MGMP Kewirausahaan (guru Kewirausahaan SMK Negeri 24, 51, dan 58).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MGMP Kewirausahaan masih belum optimal dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan. Hal ini karena, kegiatan yang dilakukan masih sebatas kegiatan rutin pada program inti, bahkan itupun belum semuanya dilaksanakan. Selain itu, MGMP Kewirausahaan terdapat beberapa masalah yang dihadapi, meliputi kurangnya koordinasi Ketua MGMP dengan pengurus dan anggota MGMP Kewirausahaan, ada beberapa guru yang masih sulit untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan MGMP Kewirausahaan, dan dana yang dimiliki oleh MGMP Kewirausahaan tidak mencukupi dalam melaksanakan kegiatan.

Berikut rekomendasi yang dapat diberikan agar MGMP Kewirausahaan dapat berjalan optimal dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan. Pertama, perlu dilaksanakan pemilihan ulang untuk Ketua MGMP yang baru. Kedua, pengurus MGMP sebaiknya memberikan pemahaman bagi guru untuk wajib mengikuti kegiatan MGMP. Ketiga, Kepala Sekolah sebaiknya mengatur ulang jadwal mengajar dengan kegiatan MGMP Kewirausahaan sehingga guru Kewirausahaan dapat mengikuti kegiatan MGMP tanpa harus meninggalkan jam mengajar. Keempat, kegiatan MGMP harus lebih bervariasi lagi tidak hanya melaksanakan kegiatan inti saja, serta melakukan kerjasama dengan lembaga atau instansi lain.

Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan, MGMP Kewirausahaan


(7)

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

This research as aims to know and describe the management, activity, and strategy of MGMP (deliberation of subject teachers) in fostering pedagogic competence of entrepreneurship teacher in Vocational High School East Jakarta district. The methods used in this study is a qualitative approach to describe about activities conducted in MGMP Entrepreneurship in East Jakarta. Data collection techniques that are used, include interviews, study documentation and observations who interviewes are 3 administrators of MGMP Entrepreneurship (Chairman, field of education and Training and the field of public relations),and also four members of the MGMP Entrepreneurship (Entrepreneurial teachers in 24, 51 and 58 Vocational High School).

The results of this research showed that the MGMP Entrepreneurship is still not optimal in fostering pedagogic competence of Entrepreneurial teacher. This is because, the activities performed are still limited to regular activity on the core program, even then not all of them are implemented. In addition, there are several Entrepreneurial MGMP problems that encountered. Those are lack of coordination between the Chairman of MGMP with the Board and members of the MGMP entrepreneurship, there are a few teachers who are still difficult to attend and follow the MGMP activities in entrepreneurship, and the funds which are owned by the MGMP Entrepreneurship insufficient in carrying out activities. These are recommendations that can be given so that the MGMP entrepreneurship can run optimally in developing the competence of pedagogic teacher of entrepreneurship. First, it needs to re-election the new Chairman of MGMP. Second, the board should give the MGMP understanding mandatory for the teachers to follow the MGMP activities. Third, the principal should rearrange

the teaching schedule with the MGMP’s activities in order to teacher could follow that activities without having to leave teaching hours. Fourth, MGMP activities should be more varied, not only carry out the core activities, but also establish cooperation to the order institutions.

Key words: Pedagogic Competence Of Entrepreneurship Teacher, Entrepreneurial MGMP


(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kegiatan MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur”. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, beserta staf.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

3. Drs. H. Mu’arif SAM., M.Pd., dan Dr.H. Salman Tumanggor, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. H. Fathi Ismail, MM., Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan dan nasehat penulis dalam pelaksanaan akademik selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis untuk meminjam buku yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

8. Drs. H. Adju Sasmita, MM, Ketua MGMP Kewirausahaan 2012/2015 yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur.

9. Drs. MPA. Saputra, Ketua MGMP Kewirausahaan 2008/2012 yang telah membantu penulis dalam memberikan data dan informasi terkait MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur

10.Rina Kartika, S.Pd., Siswanto,S.E., Pengurus MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur yang telah membantu memberikan data dan informasi bagi penulis.

11.Dra. Siti Nurdjanah Kusumaningsih, Hj. Eny Elastri, S.Pd., Sri Rahayu S.E., Drs. Bukhari, Guru Kewirausahaan dan anggota MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur yang telah memberikan data dan informasi bagi penulis.

12.Ayahanda (Alm) Amsori dan Ibunda Sulimah yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi.

13.Kakak dan saudara yang telah memberikan semangat, motivasi, kepedulian, dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi.

14.Teman-Teman MP A dan B yang telah memberikan pengalaman, kasih sayang, kepedulian, motivasi, dan doa bagi penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

15.Teman-teman HMJ Manajemen Pendidikan 2012 dan 2013 yang telah memberikan informasi, pengalaman, pelajaran, dan semangat bagi penulis untuk saling belajar dan bekerja dalam membantu sesama.


(10)

pengalaman berharga, dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi.

17.Teman-teman mentoring LQ Az-Zahra yang telah memberikan semangat, motivasi, kasih sayang, kepedulian, dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi.

18.Teman-teman LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Komda FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk saling belajar, berbagi pengalaman, kasih sayang, kepedulian, dan motivasi selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi.

19.Teman-teman Postar (Pojok Seni Tarbiyah) Elemen Degung Sunda yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengenal dan belajar alat musik khas sunda, berbagi pengalaman, dan motivasi selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi.

20.Akademik dan guru GO (Ganesha Operation) yang telah memberikan penulis kesempatan untuk saling belajar, berbagi pengalaman, dan kepedulian selama penulis bekerja dan menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca dengan senang hati

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, September 2014


(11)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Kompetensi Pedagogik Guru ... 10

1. Definisi Kompetensi Pedagogik ... 11

2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik... 16

a. Memahami Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 16

b. Memahami tentang Peserta Didik ... 19

c. Mengembangkan Kurikulum/ Silabus ... 23

d. Merancang Pembelajaran ... 27

e. Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik dan dialogis ... 30

f. Mengevaluasi Hasil Belajar ... 32

g. Mengembangkan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang Dimilikinya ... 35

B.Pengembangan Guru ... 37


(12)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Penelitian ... 52

B.Pendekatan Penelitian ... 54

C.Subjek Data Penelitian ... 54

D.Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ... 55

E. Teknik Analisa Data ... 60

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

1. Latar Belakang Terbentuknya MGMP Kewirausahaan ... 63

2. Data Pendidik Kewirausahaan di SMK Negeri Jakarta Timur ... 64

B. Deskripsi Analisis dan Interpretasi Data ... 66

1. Manajemen MGMP Kewirausahaan ... 66

a. Proses Pembentukan Pengurus dan Anggota MGMP Kewirausahaan ... 66

b. Pelaksanaan Pertemuan Khusus Bagi Pengurus MGMP Kewirausahaan ... 70

c. Tujuan Diadakannya Pertemuan Khusus Bagi Pengurus MGMP Kewirausahaan ... .73

d. Pihak yang Bertanggung jawab dalam Pertemuan Khusus Bagi Pengurus MGMP Kewirausahaan ... 74

2. Pengembangan Diri Guru Kewirausahaan Melalui Kegiatan MGMP Kewirausahaan ... 76

a. Pihak yang Bertanggung jawab dalam Mengembangkan Kompetensi Guru pada Kegiatan MGMP Kewirausahaan ... 76 b. Program dan Kegiatan Pengembangan Kompetensi


(13)

viii

d. Kendala yang Dihadapi MGMP dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan ... 90 e. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru

yang Berhubungan dengan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Berwirausaha ... 94 f. Manfaat yang didapat Guru dari Mengikuti Kegiatan

MGMP Kewirausahaan ... 98 3. Kegiatan dan Strategi yang dilakukan MGMP

Kewirausahaan Bagi Guru dalam Mengembangkan

Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan ... 99 a. Mengembangkan Wawasan/ Landasan Kependidikan Guru Kewirausahaan ... 99 b. Mengembangkan Pemahaman Mengenai Peserta Didik bagi Guru Kewirausahaan ... 100 c. Mengembangkan Kemampuan untuk Mengembangkan Kurikulum/ Silabus bagi Guru Kewirausahaan... 102 d. Mengembangkan Kemampuan Merancang Pembelajaran bagi Guru Kewirausahaan ... 103 e. Mengembangkan Kemampuan Melaksanakan

Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis ... 104 f. Mengembangkan Kemampuan Melakukan Evaluasi

Hasil Belajar bagi Guru Kewirausahaan ... 105 g. Mengembangkan Kemampuan Mengembangkan

Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai


(14)

ix


(15)

Tabel 3.2 : Pedoman Wawancara Pengurus MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Tabel 3. 3 : Pedoman Wawancara Guru MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Tabel 3.4 : Lembar Observasi Kegiatan MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur

Tabel 3.5 : Lembar Studi Dokumentasi MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Tabel 4.1 : Data Guru Kewirausahaan SMK Negeri Jakarta Timur

Tabel 4.2 : Program Kerja dan Kegiatan MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur Tahun 2012


(16)

Lampiran 2 : Data Guru Kewirausahaan SMK Wilayah Jakarta Timur Lampiran 3 : Data Kegiatan MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur

tahun 2009, 2010,dan 2012

Lampiran 4 : Data Kehadiran Guru pada Kegiatan MGMP Kewirausahaan Wilayah JakartaTimur tahun 2009 dan 2010

Lampiran 5 : Lembar Studi Dokumentasi MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Lampiran 6 : Daftar Referensi

Lampiran 7 : Pertanyaan wawancara Pengurus MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur

Lampiran 8 : Pertanyaan wawancara Anggota MGMP Kewirausahaan Wilayah Jakarta Timur

Lampiran 9 : Hasil Wawancara Drs. MPA. Saputra (Pengurus MGMP Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur) Lampiran 10 : Hasil Wawancara Rina Kartika,S.Pd. (Pengurus MGMP

Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur) Lampiran 11 : Hasil Wawancara Siswanto, S.E. (Pengurus MGMP

Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur) Lampiran 12 : Hasil Wawancara Drs. Bukhari (Anggota MGMP

Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur) Lampiran 13 : Hasil Wawancara Hj. Eny Elastri,S.Pd. (Anggota MGMP

Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur) Lampiran 14 : Hasil Wawancara Sri Rahayu, S.E. (Anggota MGMP

Kewirausahaan SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur)


(17)

Lampiran 18 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 19 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 20 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Drs. MPA. Saputra

Lampiran 21 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Rina Kartika,S.Pd.

Lampiran 22 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Siswanto, S.E.

Lampiran 23 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Drs. Bukhari

Lampiran 24 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Hj. Eny Elastri,S.Pd.

Lampiran 25 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Sri Rahayu, S.E.

Lampiran 26 : Dokumentasi/ foto pada saat melakukan wawancara dengan Dra. Siti Nurdjanah Kusumaningsih


(18)

xiii

2. Ditjen : Direktorat Jenderal

3. LPMP : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan 4. MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran 5. PKG : Pemantapan Kerja Guru

6. PMPTK : Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 7. PNS : Pegawai Negeri Sipil

8. Puslatdikjur : Pusat Latihan Pendidikan Kejuruan 9. RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 10.SK : Surat Keputusan

11.SMP : Sekolah Menengah Pertama 12.SMA : Sekolah Menengah Atas 13.SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

14.TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi

15.TIPD : Teachers International ProfessionalDevelopment 16.UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah


(19)

A.

Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan mengikuti kemajuan teknologi dan budaya yang terus berkembang dalam masyarakat, karena pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional pada sektor pendidikan dinyatakan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan komponen masyarakat sekolah, salah satunya yaitu guru. Guru menjadi penyempurna kesuksesan bagi peserta didik sehingga sosok guru sulit untuk dipisahkan dari dunia pendidikan. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan, maka guru perlu mendapatkan perhatian pertama dan utama dalam melaksanakan profesinya terkait pengembangan dan peningkatan kemampuan yang dimiliki.

Guru diakui sebagai suatu profesi khusus. Dikatakan demikian, karena profesi keguruan bukan saja memerlukan keahlian tertentu sebagaimana profesi

1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3.


(20)

lain, tetapi juga mengemban misi yang paling berharga, yaitu pendidikan dan peradaban. Atas dasar itu, dalam kebudayaan bangsa yang beradab, guru senantiasa diagungkan, disanjung, dikagumi, dan dihormati karena perannya yang penting bagi eksistensi bangsa di masa depan. Guru memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan karena menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Peran guru dalam pendidikan tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai pendidik, pembina, dan pelatih.

Guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, yakni dalam bentuk pengabdian. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.2 Beberapa tugas guru tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 mengenai tugas guru bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.3

Terkait peran dan tugas guru tersebut, maka guru perlu memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas profesinya. Tanpa adanya kualifikasi yang memadai akan memungkinkan guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelaksana kegiatan pendidikan.

Dalam Bab IV Pasal 8 pada Undang-Undang yang sama dinyatakan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Proesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 22, h. 7.


(21)

pendidikan nasional”. 4

Guru sebagai agen pembelajaran dalam dunia pendidikan dan supaya mampu melaksanakan berbagai peran, maka guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satunya adalah kompetensi. Selanjutnya pada Undang-Undang yang sama Bab IV Pasal 10 ayat 1 dijelaskan mengenai

kompetensi guru bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.5

Dari empat kompetensi tersebut, kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang menjadi perhatian dan fokus utama dalam peningkatan kualitas guru. Hal ini karena kompetensi pedagogik adalah kompetensi dasar dan menjadi landasan bagi guru untuk mampu melakukan tugas utamanya, yakni mengajar.

Pengembangan kompetensi pedagogik merupakan suatu hal yang harus menjadi pusat perhatian bagi seorang guru, agar dapat melaksanakan peran dan tugasnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi pedagogik guru perlu dilakukan agar guru selalu memiliki sikap terbuka dan mengikuti perkembangan baru yang positif dalam dunia pendidikan. Pada dasarnya, pengembangan kompetensi pedagogik guru adalah untuk menambah wawasan atau pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan membangkitkan semangat dalam mengajar.

Dengan adanya pengembangan kompetensi pedagogik diharapkan guru mampu meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kualitas dalam mengajar. Selain itu, masalah pengembangan kompetensi guru juga diperkuat dengan adanya penjelasan pada Undang-Undang yang sama Bab IV Pasal 34 ayat 1, bahwa: “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan

4 Ibid., Bab IV, Pasal 8.


(22)

pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat”.6

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran di sekolah. Berbagai upaya tersebut antara lain dalam bentuk: 1) penataran; 2) kualifikasi pendidikan guru; 3) pembaharuan kurikulum; 4) implementasi model atau metode pembelajaran baru; dan 5) penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti penelitian tindakan kelas.7 Selain itu, menurut sumber lain dikatakan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: pendidikan lanjutan dalam jabatan, inservice training, pembentukan wadah-wadah peningkatan kualitas guru seperti penyeliaan, Pemantapan Kerja Guru (PKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).8

Pelaksanaan berbagai upaya tersebut bertujuan agar para guru diharapkan mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan dalam mengajar. Wadah peningkatan kualitas guru, khususnya MGMP merupakan wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran yang sama dalam tingkatan atau jenjang pendidikan menengah (SMP, SMA/SMK) dan digunakan oleh guru untuk memecahkan segala permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. MGMP ini berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Terdapat berbagai kegiatan positif yang dilakukan dalam wadah MGMP sehingga banyak manfaat yang

6 Ibid., Bab IV, Bagian 5, Pasal 34, ayat 1.

7 J.M. Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study: Kasus di Kabupaten Bantul,

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, No. 4, 2011, h. 480.

8 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet. VI, h. 27.


(23)

dapat diambil oleh para guru dengan berperan aktif dalam mengikuti MGMP. Namun, MGMP juga akan menjadi kurang bermanfaat jika kegiatan MGMP atau para gurunya kurang aktif dan peduli terhadap peningkatan kompetensi guru.

Berdasarkan data dan informasi yang penulis dapat dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Timur dan Drs. MPA Saputra, sebagai Pengurus MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur bahwa guru yang mengajar Kewirausahaan hampir semuanya bukanlah dari latar belakang pendidikan Kewirausahaan. Selain itu, guru Kewirausahaan tidaklah semuanya aktif dan berpengalaman dalam bidang berwirausaha, padahal mata pelajaran Kewirausahaan dituntut bagi para siswa agar mampu membuat suatu karya yang dapat dipasarkan. Maka dari itu, MGMP Kewirausahaan dapat membantu bagi guru dalam melatih kemampuannya untuk membuat suatu karya atau produk yang dapat dipasarkan sebelum diterapkan kepada peserta didik sehingga guru yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam berwirausahaan dapat terus belajar dan mengembangkan kemampuannya dalam berwirausaha.

Namun, kenyataannya MGMP Kewirausahaan mengalami beberapa masalah, yaitu pertama, kesulitan dalam menentukan waktu kegiatan MGMP Kewirausahaan karena terdapat adanya perbedaan jam mengajar antara guru di sekolah yang satu dengan guru di sekolah lain. Selain itu, terkadang mereka harus mengorbankan jam mengajarnya untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP Kewirausahaan, dan konsekuensinya dari hal tersebut adalah kosongnya kelas sehingga siswa yang menjadi dirugikan. Kalau kegiatan MGMP Kewirausahaan dilakukan setelah pulang sekolah, hal ini menjadi kurang efektif karena tidak semua guru memiliki waktu luang setelah pulang sekolah sehingga menyebabkan beberapa guru tidak menghadiri kegiatan MGMP. Kedua, minimnya dana yang dimiliki. Dana merupakan hal yang paling krusial dalam melaksanakan suatu kegiatan, jika terjadi masalah dalam hal ini, seperti kekurangan dana, maka kegiatan akan sulit untuk


(24)

dijalankan. MGMP Kewirausahaan tidak mendapatkan dana dari Pemerintah maupun pihak sekolah, melainkan sumbangan dari anggota MGMP Kewirausahaan. Namun, terkadang sumbangan ini juga sulit terkumpul disebabkan karena ketidakhadiran beberapa anggota MGMP Kewirausahaan sehingga dana yang dimiliki semakin berkurang dan sulit untuk menjalankan kegiatan MGMP Kewirausahaan..9

Dari berbagai masalah yang penulis temukan di lapangan, ternyata kegiatan MGMP Kewirausahaan jauh dari bayangan yang kita harapkan. Dengan kurang aktifnya kegiatan MGMP Kewirausahaan ini maka pengembangan kompetensi pedagogik guru bidang studi Kewirausahaan akan terhambat, otomatis hal ini berbanding lurus dengan kurang meningkatnya kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran Kewirausahaan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengambil masalah terkait dengan kegiatan MGMP sebagai judul penelitian. Pada penelitian ini, penulis mengetahui dan menelaah bagaimana manajemen MGMP Kewirausahaan, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh MGMP Kewirausahaan, serta apa manfaat yang dapat diperoleh oleh guru dalam mengikuti kegiatan MGMP Kewirausaahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka untuk skripsi ini, penulis membuat judul mengenai “Analisis Kegiatan MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur ”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah

yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:


(25)

1. Masih rendahnya guru Kewirausahaan dalam memahami wawasan/ landasan kependidikan

2. Masih rendahnya guru Kewirausahaan dalam memahami mengenai kondisi/keadaan peserta didik karena masih menyamaratakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya;

3. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum mampu secara optimal dalam membuat perancangan pembelajaran;

4. Masih terdapatnya sebagian guru Kewirausahaan yang belum mampu memahami kebijakan tentan kurikulum/ silabus;

5. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik;

6. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum optimal dalam melakukan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan;

7. Masih terdapatnya sebagian guru Kewirausahaan yang belum optimal mengembangkan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki;

8. Manajemen dan kegiatan MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru bidang studi Kewirausahaan masih belum optimal.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang masih meluas, maka

peneliti membatasi penelitian pada:

1. Kegiatan MGMP sebagai wadah pengembangan kompetensi pedagogik 2. Kompetensi pedagogik guru, dibatasi pada kemampuan guru dalam

menguasai pemahaman terhadap peserta didik yang diajar, kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan kurikulum/silabus, kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran,


(26)

kemampuan guru dalam mengoptimalkan dan mengaktualisasikan potensi peserta didik;

D.

Perumusan Masalah

B

erdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka

permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Kegiatan MGMP Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur?”

E.

Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilaksanakan memiliki beberapa tujuan, sebagai berikut:

1. Mengetahui manajemen MGMP Kewirausahaan

2. Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan MGMP Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan; 3. Mengetahui manfaat apa saja yang dapat diterima oleh guru

Kewirausahaan dalam mengikuti MGMP Kewirausahaan.

F.

Manfaat Penelitian

Dari kegiatan penelitian yang dilakukan terdapat hasil yang diperoleh.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi guru, sebagai bahan referensi untuk terus mengembangkan kompetensi pedagogik melalui kegiatan MGMP;

2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk terus mendukung para guru, khususnya guru Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik, melalui kegiatan MGMP;


(27)

3. Bagi peneliti lain, memberikan informasi dan wawasan baru mengenai pentingnya kegiatan MGMP sebagai wadah pengembangan guru dalam mengembangkan kompetensi pedagogik.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kompetensi Pedagogik Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”1

Dilihat dari tugasnya, guru merupakan profesi yang memiliki tugas dan peran yang cukup banyak, yakni tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing, mendidik, melatih, mengembangkan, dan menilai potensi peserta didik supaya dapat berkembang dan bermanfaat untuk dirinya dan masyarakat.

Untuk itu, guru diharuskan memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Dalam Bab I Pasal 1 ayat 10 pada Undang-Undang yang sama dinyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”2

Jadi, seorang guru harus memiliki kompetensi yang mumpuni terkait dengan pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku dalam rangka memudahkan pelaksanaan tugas, khususnya mengajar, mendidik, serta mengembangkan potensi peserta didik.

Selanjutnya dalam Bab IV Pasal 10 ayat 1 pada Undang-Undang yang sama dinyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bab I, Pasal 1.


(29)

sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”3

Keempat kompetensi tersebut penting untuk dimiliki oleh guru. Kompetensi paling penting dan tertua adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi utama dan menjadi kompetensi paling dasar yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh guru. Guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan pentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai pendidik dan pembimbing peserta didik dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam bidang akademik maupun non akademik. Melalui peran dan tugas tersebut, guru harus mampu untuk menjadi orang yang dapat membuat peserta didik mau dan berkeinginan untuk belajar.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai definisi kompetensi pedagogik guru, yaitu sebagai berikut:

1.

Definisi Kompetensi Pedagogik

Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu kompetensi yang dituntut dari seorang guru adalah kompetensi pedagogik. Lukmanul Hakim

menyatakan kompetensi pedagogik bahwa “Kemampuan guru untuk

mengelola proses belajar mengajar, termasuk di dalamnya perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa sebagai individu-individu. 4 Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi pedagogik merupakan salah satu kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan manajemen, yakni mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan juga pengembangan. Guru harus mampu membuat perencanaan terlebih dahulu terkait dengan materi dan kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan;

3Ibid., Pasal 10 ayat 1.

4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), Cet. I, h. 243.


(30)

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menyesuaikan pada perencanaan yang telah dibuat; penilaian, yakni menilai hasil belajar mengajar setelah dilaksanakan; dan juga pengembangan, yakni mengembangkan kemampuan siswa berdasarkan bakat dan minat melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Sudarwan Danim dan Yunan Danim menyatakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi:

(a) Memahami peserta didik secara mendalam; (b) merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran; (c) melaksanakan pembelajaran; (d) merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; (e) mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.5

Sesuai dengan pernyataan tersebut kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang mengacu kepada lima aspek, yaitu: pertama, memahami peserta didik secara mendalam adalah kemampuan guru dalam memahami siswa secara keseluruhan, yakni tidak hanya dari aspek fisik, moral, atau sosial saja, tetapi juga mencakup kultural, emosional, dan juga intelektual. Kedua, merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, yaitu kemampuan guru dalam merancang rencana pembelajaran dengan mengutamakan sesuai pedoman kegiatan pembelajaran dan materi pembelajaran. Ketiga, melaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode dan bahan ajar sesuai dengan materi pembelajaran agar kegiatan yang dilaksanakan tidak membosankan. Keempat, merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, yakni kemampuan guru dalam melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui

5 Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas: Strategi Membangun Disiplin Kelas dan Suasana Edukatif di Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, Februari 2011), Cet. I, h. 69.


(31)

kemampuan peserta didik dalam memahami dan menangkap materi yang telah dipelajari. Kelima, mengembangkan peserta didik dalam mengaktualisasikan berbagai potensinya, yakni kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Syaiful Sagala menyatakan kompetensi pedagogik meliputi:

(a) Menguasai landasan-landasan pendidikan; (b) menguasai bahan pelajaran; (c) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (d) kemampuan mengelola kelas; (e) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (f) menilai hasil belajar siswa; (g) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (h) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (i) memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran; dan (j) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.6

Dari rumusan tersebut, kompetensi pedagogik adalah kemampun guru mengelola peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi pedagogik ini meliputi sepuluh aspek, yakni: pertama, memahami dan menguasai landasan kependidikan merupakan kemampuan seorang guru tidak hanya dalam memahami pengetahuan mengenai materi yang akan diajarkan, tetapi juga memahami pengetahuan terkait cara mendidik dan membelajarkan. Kedua, guru harus memiliki pengetahuan serta memahami terkait materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ketiga, guru diharuskan mampu dalam merencanakan program belajar mengajar yang akan berlangsung. Hal ini bertujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Keempat, guru harus mampu mengelola kelas pada saat pembelajaran, hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam belajar di kelas tidak cepat merasa jenuh ataupun bosan. Kelima, kegiatan belajar mengajar tidak akan membosankan apabila terjadinya interaksi yang aktif dari peserta didik, tidak

6 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, Mei 2012), Cet. 6, h. 210.


(32)

hanya oleh guru saja. Maka dari itu, guru perlu memahami dan mampu dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Keenam, guru perlu untuk menilai hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terkait materi yang dipelajari, serta untuk menilai tingkat perkembangan siswa. Ketujuh, guru diharuskan mengenal dan memahami kurikulum yang ada, serta menterjemahkannya dalam bentuk rencana pembelajaran yang disesuaikan berdasarkan materi dan peserta didik serta terkait dengan tujuan pembelajaran.

Kedelapan, guru perlu memahami fungsi bimbingan dan penyuluhan serta tindakan yang harus diberikan. Hal ini berguna untuk membimbing serta memberikan bantuan bagi peserta didik, baik dalam masalah akademik, sosial, ataupun pribadi. Kesembilan, guru perlu memahami terkait hasil pengajaran yang telah dilakukan dengan melihat dan menilai dari hasil belajar peserta didik. Dari kegiatan tersebut, maka guru bisa menilai apakah pengajaran yang telah dilakukan berjalan dengan efektif ataukah tidak. Kesepuluh, guru diharuskan mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan terkait dengan kegiatan merencanakan, mencatat, mengimplementasikan, serta melaporkan kegiatan pembelajaran.

Buchory menyatakan kompetensi pedagogik meliputi: “(a) memahami peserta didik; (b) merancang dan melaksanakan pembelajaran; (c) mengevaluasi hasil belajar; dan (d) mengembangkan diri secara profesional”.7

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi empat aspek, yaitu: pertama, kemampuan dalam memahami peserta didik adalah kemampuan guru mengenal dan mengidentifikasi berbagai hal tentang peserta didik, baik kemampuan dan kelemahan yang dimiliki oleh tiap peserta didik. Kedua, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran adalah kemampuan guru untuk merancang proses

7 Buchory, Guru: Kunci Pendidikan Nasional, ( Yogyakarta: Leutikaprio, September 2012), Cet. 1, h. 94.


(33)

pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan mengacu kepada materi, peserta didik, sarana prasarana, serta strategi pembelajaran, sekaligus kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif, mendidik, dan dialogis sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditentukan.

Ketiga, evaluasi hasil belajar adalah proses dalam menilai kemampuan belajar peserta didik, serta guru harus mampu dalam melakukan penilaian secara objektif. Keempat, berusaha untuk mengembangkan diri secara profesional melalui pendidikan dan pelatihan agar semakin terasah dan lebih meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan kegiatan positif bagi peserta didik.

Jamil Suprihatiningrum menyatakan bahwa “Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis”.8

Guru adalah seorang tokoh yang berperan dalam mengelola proses pembelajaran dan berkaitan erat dengan siswa. Keterkaitan siswa dalam pembelajaran mengharuskan guru mampu memahami tentang karakter siswa. Dua kemampuan ini membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh individu yang berprofesi sebagai guru. Kompetensi pedagogik tidak hanya mengacu pada kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi kemampuan guru dalam mengelola peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Sebenarnya sebelum mengelola kegiatan pembelajaran ada baiknya bagi guru untuk menentukan dan mengelola peserta didik, baik dalam faktor perkembangan, kemampuan, dan kebutuhan. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu untuk mengikuti dan menerima kegiatan serta materi yang dipelajari.

8 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru,


(34)

2.

Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik

Agar proses pembelajaran terlaksana dengan baik dan efektif, maka guru diharuskan merencanakan dan membuat rancangan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Namun, untuk dapat melaksanakan hal tersebut, guru harus terlebih dahulu memahami mengenai potensi dan karakteristik peserta didik sehingga guru dapat menentukan kegiatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dengan menyesuaikan pada peserta didik. Hal ini bertujuan agar setiap peserta didik dapat mengikuti dan melakukan pembelajaran yang dilaksanakan.

Sebenarnya dalam kompetensi pedagogik terdapat banyak lingkup yang harus dipelajari dan dikuasai oleh guru. Tidak hanya dalam merencanakan dan membuat rancangan pembelajaran serta pemahaman terhadap peserta didik, tetapi juga kemampuan dalam memahami akan landasan kependidikan, kemampuan mengevaluasi hasil belajar peserta didik, serta kemampuan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai ruang lingkup kompetensi pedagogik, berikut ini adalah penjelasan mengenai hal tersebut.

a.

Memahami Wawasan atau Landasan Kependidikan

Uhar Suharsaputra menyatakan mengenai pemahaman wawasan/landasan kependidikan bahwa:

Guru harus memiliki kemampuan dalam memahami wawasan kependidikan yang meliputi: (1) memahami visi dan misi pendidikan nasional; (2) memahami hubungan pendidikan dan pengajaran; (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah; (4) memahami fungsi sekolah; (5) identifikasi permasalahan umum pendidikan dalam proses dan hasil pendidikan; (6) membangun sistem yang menunjukan keterkaitan pendidikan sekolah dan luar sekolah.9

9 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, Juni 2010), Cet. I, h. 213.


(35)

Dari pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam memahami akan wawasan kependidikan agar guru dapat melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai dengan dasar dan kebijaksanaan pendidikan nasional. Dalam pemahaman ini, terdapat enam indikator yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, guru memiliki pemahaman akan visi dan misi pendidikan nasional; kedua, guru harus mampu memahami kegiatan pendidikan dan pengajaran agar tidak mengalami kesalahan dalam pelaksanaannya; ketiga, memahami konsep pendidikan dasar dan menengah; keempat, guru memiliki pemahaman akan fungsi sekolah sehingga guru mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilaksanakan dalam ruang lingkup sekolah; kelima, guru mampu mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang terjadi dalam pendidikan, baik mengacu pada proses maupun hasil pendidikan; keenam, guru diharapkan mampu untuk bekerja sama dengan membangun hubungan antara pihak sekolah dengan masyarakat atau luar sekolah.

Fachrudddin Ali menyatakan bahwa “Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan kegiatan sebagai berikut: (1) mempelajari konsep, landasan, dan asas kependidikan; (2) mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial; (3) mengenali kemampuan dan karakteristik fisik dan psikologis peserta didik”.10 Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kemampuan dalam menguasai landasan kependidikan tidak hanya berfokus pada aspek dasar atau asas kependidikan saja, akan tetapi terdapat tiga aspek yang diperlukan, yaitu; pertama, mempelajari dan menguasai konsep, landasan, dan asas kependidikan merupakan landasan pokok bagi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik. Pada aspek

10 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Persada, 2011), h. 58.


(36)

ini, guru harus memahami dengan benar tentang tujuan dan hakikat pendidikan dan pembelajaran.

Kedua, mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial merupakan kemampuan guru dalam memahami lembaga pendidikan yang menyangkut pada visi dan misi lembaga pendidikan sehingga guru mampu menjalankan profesinya sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang menjadi naungannya. Ketiga, mengenali kemampuan dan karakteristik fisik dan psikologis peserta didik merupakan kemampuan guru untuk dapat mengenal dan memahami potensi peserta didik dalam rangka memudahkan guru maupun peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran.

Menurut pendapat Sardiman “Guru sebagai salah satu unsur manusiawi dalam kegiatan pendidikan harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional baik dasar, arah/tujuan, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pelaksanaannya”.11 Guru merupakan salah satu pendukung penting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan sehingga guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dalam bidangnya, namun juga memiliki pengetahuan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru harus memiliki pemahaman akan dasar dari kegiatan pendidikan, tujuan pelaksanaan pendidikan, dan juga kebijaksanaan dalam kegiatan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan guru dalam mendidik dan membimbing peserta didik.

Barnawi dan Mohammad Arifin menyatakan bahwa:

Guru harus memiliki wawasan kependidikan yang luas dan dalam. Wawasan yang luas dan mendalam akan memudahkan guru untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan tindakan

11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. 19, h. 171.


(37)

pendidikan. Keputusan yang tepat akan meminimalisasi kesalahan guru (malpraktik) dalam menangani peserta didiknya.12

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa guru sebagai tiang penyangga dalam pendidikan peserta didik di sekolah, maka diharuskan bagi guru untuk memiliki wawasan yang luas dan mendalam, yakni tidak hanya dalam bidang materi yang diajarkan, tetapi juga dalam kegiatan kependidikan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya kesalahan yang fatal dalam menentukan dan mengambil keputusan ketika menangani peserta didik. Jika guru tidak memiliki dasar pengetahuan tentang kependidikan, maka guru akan sulit menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam mendidik sesuai dengan nilai dan norma.

Seorang guru wajib memahami landasan kependidikan agar mampu melaksanakan kegiatan pendidikan secara benar sesuai dengan standar nasional pendidikan. Namun, Fachruddin dan Ali juga menegaskan bahwa selain memahami akan landasan kependidikan, guru juga perlu untuk memahami dan mengenal tentang visi dan misi serta tujuan dari sebuah institusi atau lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga sosial. Dan yang lebih penting lagi bahwa guru harus memahami dan mengenal terhadap karakteristik dan psikologis peserta didik. Hal ini bertujuan agar guru lebih mudah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

b.

Memahami Tentang Peserta Didik

Menurut Fachruddin dan Ali, “Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik

12 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. I, h. 122.


(38)

peserta didik”.13

Definisi tersebut memberi makna bahwa setiap peserta didik memiliki keunikan berbeda-beda. Untuk itu, guru diharuskan memiliki pemahaman secara lebih mendalam terkait dengan ciri-ciri dan perkembangan peserta didik. Berkaitan dengan ciri-ciri, setiap peserta didik memiliki fisik yang berbeda, ada peserta didik dengan memiliki fisik normal, namun ada pula yang memiliki kekurangan. Selain itu, dari segi perkembangan, ada siswa dengan kemampuan dalam hal belajar dan berkembang secara cepat, namun ada juga yang memiliki keterlambatan. Perbedaan ini bukanlah suatu penghalang atau hambatan bagi guru dalam melakukan pembelajaran. Melainkan dengan kemampuan akan pemahaman ini, membuat guru menjadi lebih kreatif dan inovatif karena guru dituntut untuk merancang bahan, metode, dan juga strategi dalam pembelajaran dengan disesuaikan pada peserta didik sehingga bertujuan agar setiap peserta didik mampu mengikuti dan menerima materi dalam kegiatan pembelajaran dengan baik.

Menurut Marselus, “Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil dalam pembelajarannya.”14 Sesuai dengan pendapat tersebut, maka kemampuan guru untuk memahami peserta didik merupakan suatu syarat bagi guru dalam keberhasilan melakukan pembelajaran. Karena dengan memahami karakteristik peserta didik, guru mampu membuat rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan dari setiap peserta didik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam mengikuti dan melakukan kegiatan

13 Fachruddin, op. cit., h. 61.

14 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya, (Jakarta: Indeks, 2011), Cet. I, h. 30.


(39)

pembelajaran yang telah dirancang, serta mampu untuk menerima materi dengan baik.

Barnawi dan Mohammad Arifin mengemukakan bahwa guru diharuskan memiliki kompetensi pedagogik salah satunya adalah memahami peserta didik. Dalam memahami peserta didik terdapat dua hal yang perlu ditekankan, yakni kecakapan dan kepribadian. Berkaitan dengan kecakapan, ada peserta didik yang cepat menerima pelajaran dan ada juga yang lambat dalam belajar. Sedangkan, dari segi kepribadian bahwa peserta didik memiliki pribadi yang unik dan khas.15

Kemampuan akan memahami peserta didik menjadi salah satu bagian terpenting dalam kompetensi pedagogis. Pada dasarnya setiap peserta didik berbeda, baik dalam kecakapan atau kemampuan dan juga kepribadian. Berkaitan dengan kecakapan atau kemampuan, terdapat peserta didik yang memang memiliki kelebihan, yakni mampu menerima dan menangkap pelajaran dengan cepat dan mudah, namun ada juga peserta didik yang memiliki kekurangan dalam menerima pelajaran dengan cepat. Selain itu, jika dilihat dari aspek kepribadian, akan banyak ditemui peserta didik yang memiliki kepribadian secara khas dan unik, seperti ada peserta didik dengan pribadi humoris, pendiam, pemalu, periang, serta mudah bersosialisasi. Oleh karena itu, guru penting untuk memiliki pemahaman terhadap peserta didik dalam membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran maupun pendidikan.

Suyanto dan Asep Jihad menyatakan bahwa “Memahami siswa secara mendalam, dengan indikator esensial: memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi


(40)

bekal-ajar awal siswa”.16 Kemampuan dalam memahami peserta didik merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada kemampuan ini terdapat tiga indikator utama, yaitu pertama, memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif merupakan kemampuan guru untuk dapat mengidentifikasi tingkat perkembangan pengetahuan dan berpikir peserta didik, karena setiap peserta didik memiliki perbedaan, yakni ada yang dengan mudah dan cepat menerima pelajaran, namun ada juga yang memiliki keterlambatan. Dengan kemampuan akan pemahaman ini, guru dapat menggunakan berbagai strategi dan metode secara kreatif sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton, serta memudahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru akan lebih mampu dalam mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan pengayaan dan remedial.

Kedua, memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian merupakan kemampuan guru dalam memahami karakteristik dan kepribadian peserta didik. Pada dasarnya, peserta didik memiliki kepribadian yang unik. Oleh sebab itu, guru perlu mengenali dan memahami secara mendalam. Hal ini bertujuan untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan mengaitkan terhadap karakteristik dan kepribadian peserta didik. Agar peserta didik lebih mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mudah menerima materi yang dipelajari. Ketiga, mengidentifikasi bekal-ajar awal siswa merupakan kemampuan guru memahami pengalaman belajar siswa, dalam artian guru mengetahui materi telah dipelajari dan dipahami oleh siswa. Hal ini bertujuan sebelum guru memulai pembelajaran, maka guru harus mengetahui terlebih dahulu, apakah siswa telah mengetahui materi atau sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan materi tersebut

16 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 41.


(41)

ataukah belum. Agar guru menjadi lebih mudah dalam memberikan, menjelaskan, dan melaksanakan pembelajaran dari pengetahuan atau pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya.

Guru dituntut untuk memahami peserta didik, baik terhadap kemampuan, perkembangan kognitif, kepribadian, serta pengalaman belajar peserta didik secara mendalam. Peserta didik merupakan individu dengan kemampuan dan kepribadian yang berbeda-beda, baik secara fisik, mental, dan juga emosional. Begitu pun juga dengan cara penanganannya, yakni dibutuhkan kemampuan yang berbeda dalam mengatasinya. Dan hal ini sangat diperlukan oleh guru agar memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga setiap peserta didik mampu mengikuti dan menerima dengan baik. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru diharuskan merancang dan membuat rencana terhadap kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam menemukan kegiatan apa saja yang harus dilakukan, agar pembelajaran dapat berjalan terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu kemampuan yang dimiliki oleh guru, yakni mengenal dan memahami peserta didik secara mendalam membantu guru untuk membuat rancangan kegiatan pembelajaran dengan disesuaikan pada peserta didik, baik bahan atau alat ajar, kegiatan pembelajaran, dan metode pembelajaran. Lebih lanjut Fachruddin dan Ali berpandangan bahwa memiliki ketepatan dalam memahami peserta didik terdapat kesinambungan terhadap pembuatan rancangan pembelajaran dengan disesuaikan pada pemahaman kemampuan peserta didik.

c.

Mengembangkan Kurikulum/Silabus

Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan bahwa “Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan


(42)

menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat”.17 Pernyataan tersebut memberi makna bahwa guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian dalam merumuskan, menyusun, dan merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana pembelajaran yang dirancang harus memenuhi berbagai indikator, yakni terdapat adanya tujuan yang hendak dicapai dari materi yang diajarkan; bahan, sumber, dan alat apa saja yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan disesuaikan pada tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan; memilih dan menggunakan berbagai metode dan strategi yang beragam agar peserta didik tidak mudah bosan; serta menyusun penilaian yang akan digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik akan materi yang dipelajari.

Lukmanul Hakim menyatakan bahwa:

Guru harus mampu dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, meliputi: (1) memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum; (2) menentukan tujuan pembelajaran yang diampu; (3) menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan; (4) memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran; (5) menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik siswa; (6) mengembangkan indikator dan instrument penilaian.18

Dari pernyataan tersebut, bahwa guru sebelum melakukan pembelajaran diharapkan bagi guru dalam membuat dan merancang, serta mengembangkan materi yang akan diajarkan. Pengembangan materi memiliki keterkaitan terhadap kurikulum/silabus. Kurikulum/silabus

17 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2009), Cet. XI, h. 200.


(43)

merupakan sebuah pegangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penting sekali bagi guru dalam memiliki pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kurikulum/silabus. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Lukmanul Hakim juga mengemukakan enam indikator bagi guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus. Pertama, guru harus memahami prinsip pengembangan kurikulum, yaitu suatu dasar terkait aspek apa saja yang ingin ditekankan bagi perkembangan peserta didik terhadap materi pembelajaran. Kedua, guru harus mampu dalam menentukan tujuan dari materi pembelajaran, serta apa saja yang dapat diperoleh bagi peserta didik. Ketiga, guru harus mampu menentukan pengalaman belajar peserta didik terkait apakah peserta didik tersebut telah memahami dan menerima materi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

Keempat, guru diharuskan mampu memilih materi yang akan diajarkan dengan disesuaikan pada tingkatan pendidikan serta tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Kelima, guru harus memiliki kemampuan dalam merancang kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode dan strategi yang disesuaikan pada tingkat perkembangan peserta didik. Keenam, penilaian merupakan salah satu bentuk untuk mengetahui tingkat perkembangan peserta didik terhadap kemampuan dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut pendapat Marselus “Tugas para guru adalah mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu, para guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan bahan ajar dan berbagai perangkat pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran


(44)

yang optimal”.19

Dari pendapat tersebut, lebih lanjut dapat diketahui bahwa guru harus memiliki kemampuan yang luas, tidak hanya memahami materi yang akan diajarkan tetapi juga kemampuan dalam membuat, merancang, serta mengembangkan rencana pembelajaran untuk dilaksanakan kepada peserta didik. Rencana pembelajaran merupakan suatu gambaran yang menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, yakni mencakup tentang materi pelajaran; bahan-bahan yang akan digunakan; kegiatan, metode, dan strategi yang akan dilakukan; serta penilaian peserta didik. Hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru agar mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal sehingga peserta didik menjadi lebih mudah dalam menerima dan menangkap materi yang dipelajari.

Guru harus memiliki pemahaman untuk mengembangkan kurikulum/silabus, yakni tidak hanya memahami akan kemampuan dan perkembangan peserta didik, bahan dan alat yang digunakan, serta metode yang akan dilakukan. Akan tetapi, terdapat beberapa aspek lainnya yang juga penting, yaitu mampu mengetahui dan menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mampu untuk memilih materi pembelajaran yang akan diterapkan sesuai dengan kemampuan dan pengalaman belajar peserta didik, mampu merancang kegiatan pembelajaran yang tepat dengan disesuaikan pada materi dan kemampuan peserta didik, serta mengembangkan dan menentukan aspek penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan belajar dan peserta didik dalam pembelajaran.

Lebih lanjut Lukmanul Hakim berpandangan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus secara rinci dan tepat memiliki keterkaitan terhadap aspek pemahaman akan kemampuan dan


(45)

perkembangan peserta didik, bahan dan metode yang akan digunakan, tujuan yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari dan dibahas, pengalaman belajar peserta didik, serta penilaian yang akan digunakan. Tanpa adanya pemahaman terhadap berbagai aspek tersebut, maka kegiatan pembelajaran menjadi kurang optimal. Jika guru tidak mampu untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai maka kemungkinan pembelajaran yang dilaksanakan pun menjadi kurang optimal, karena guru kurang memahami apa yang akan dicapai oleh peserta didik.

Jika guru tidak mampu menentukan materi yang akan dipelajari dengan berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman peserta didik atau tidak sesuai dengan jenjang pendidikan, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami dan menerima materi sehingga kegiatan pembelajaran akan menjadi kurang efektif. Selain itu, jika guru tidak mampu memahami bentuk dan tujuan penilaian yang akan digunakan, maka guru akan kesulitan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik sehingga guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan.

d.

Merancang Pembelajaran

Fachruddin dan Ali menyatakan mengenai perancangan pembelajaran bahwa:

Kemampuan mengelola program pembelajaran mencakup kemampuan merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran, kemampuan menggunakan metode/model mengajar, kemampuan menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kemampuan melakukan evaluasi, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial”.20


(46)

Pernyataan tersebut memberi makna bahwa seorang guru tidaklah diharuskan hanya memiliki satu kemampuan saja, yakni kemampuan dalam melakukan pembelajaran. Namun, seorang guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian yang lain, seperti halnya merumuskan dan menyusun silabus; menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik; kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan kreatif; kemampuan dalam menyusun berbagai kegiatan pembelajaran dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran; kemampuan dalam memilih dan menentukan berbagai bentuk penilaian; kemampuan dalam mengenal dan memahami potensi, bakat, dan minat peserta didik; serta kemampuan bagi guru dalam melaksanakan pengayaan dan remedial.

Menurut Suyanto dan Asep Jihad, guru sebagai perancang pembelajaran dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan pelaksanaan belajar mengajar tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:

(a) Memahami landasan kependidikan; (b) menerapkan teori belajar dan pembelajaran; (c) menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa; (d) menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta (e) menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.21

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa guru dituntut untuk berperan aktif, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan berbagai komponen, yakni meliputi memahami landasan kependidikan; menerapkan belajar dan pembelajaran dengan disesuaikan pada tujuan pembelajaran dan peserta didik; menentukan strategi pembelajaran dengan menyesuaikan pada perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan juga bahan ajar; menetapkan kompetensi dan standar


(47)

yang akan dicapai dari materi yang diajarkan; serta menyusun dan membuat rancangan pembelajaran untuk digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran.

Jamil Suprihatiningrum menyatakan bahwa “Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan,

perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran”.22

Pernyataan tersebut memberi makna bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam menyusun dan merancang kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan rancangan pembelajaran dijadikan sebagai suatu alat pengukur dan pengendali kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan optimal dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka guru diharuskan untuk menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

Rancangan pembelajaran yang dibuat biasanya tidak terlepas dari beberapa komponen, di antaranya pertama, identifikasi kebutuhan merupakan suatu kegiatan dalam memilih dan menentukan apa saja kebutuhan dalam melaksanakan pembelajaran, seperti halnya perkembangan peserta didik, sumber belajar, alat, dan juga bahan materi. Kedua, perumusan kompetensi dasar merupakan kegiatan dalam menentukan kompetensi dasar apa yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam mempelajari suatu materi. Ketiga, penyusunan program pembelajaran merupakan aktifitas dalam menentukan metode, strategi, dan kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.


(48)

Lebih lanjut, Fachruddin dan Ali berpandangan bahwa kemampuan guru dalam merancang pembelajaran memiliki beberapa aspek penting yang lebih kompleks, yakni salah satunya adalah kemampun guru dalam melaksanakan evaluasi atau penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Kegiatan ini penting dilakukan oleh guru, agar guru mampu melakukan perbaikan jika memang masih terdapat kekurangan, serta dapat melakukan penguatan kembali jika memang hasil penilaian sudah cukup baik. Dan akhirnya pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran dapat terus berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

e.

Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik dan

Dialogis

Lukmanul Hakim berpendapat mengenai pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis bahwa:

Guru harus mampu menyelenggarakan pengembangan yang mendidik, meliputi: (1) memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik; (2) mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran; (3) menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan; (4) melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan; (5) menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh; (6) mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.23

Guru harus mampu dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara mendidik, yakni pertama, guru harus memiliki pemahaman akan prinsip atau dasar perancangan pembelajaran. Kedua, guru harus mampu


(49)

dalam menentukan dan mengembangkan komponen pembelajaran, seperti halnya tujuan pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Ketiga, guru harus mampu dalam menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Keempat, guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik dan menyenangkan. Kelima, guru harus mampu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang relevan dengan materi yang akan dipelajari dan sesuai dengan perkembangan peserta didik. Keenam, guru harus mampu mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Marselus menyatakan bahwa “Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Karena itu guru dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya memposisikan diri sebagai motivator dan pemberi semangat (inspirator) bagi siswa”.24

Definisi tersebut memberi makna bahwa guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya bertugas dalam memberikan dan mentransfer ilmu kepada peserta didik. Namun, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya sikap memotivasi dan memberikan inspirasi kepada peserta didik. Dengan sikap memotivasi, maka peserta didik akan semakin bersemangat dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan pembelajaran sehingga hal ini dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Selain itu, guru juga diharapkan mampu mencerminkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma di masyarakat sehingga mampu menjadi sosok yang menginspirasi bagi peserta didik dalam berperilaku.


(50)

Menurut Jamil Suprihatiningrum “Tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan pembentukan kompetensi siswa. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre-test, proses, dan post-test”.25Dari pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas guru tidaklah hanya satu, yakni mengajar dan memberikan pengetahuan. Akan tetapi, lebih penting lagi, yaitu mendidik dan menanamkan pemahaman akan sikap dan perilaku yang baik kepada peserta didik. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan menyesuaikan pada kondisi lingkungan terkait kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku ini jika disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran dapat diterapkan ke dalam tiga aktifitas, yaitu ketika pre-test, proses pembelajaran, dan juga post-test.

Secara lebih lanjut, Marselus berpandangan bahwa guru memiliki tugas dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini tidak hanya terkait pada pemberian dan pentransferan ilmu pengetahuan, namun juga memberikan motivasi dan inspirasi kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang mendidik adalah kemampuan guru untuk dapat memposisikan dirinya sebagai penyemangat, pemberi kekuatan positif, serta pemberi contoh dan teladan yang baik bagi peserta didik. Sehingga peserta didik tidak hanya mampu memiliki pengetahuan yang memadai, tetapi juga sikap dan mental yang kuat.

f.

Mengevaluasi Hasil Belajar

Fachruddin dan Ali mendefinisikan evaluasi bahwa “Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku peserta didik dan juga kemampuan dalam


(51)

mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program”.26

Definisi tersebut memberi makna bahwa evaluasi hasil belajar merupakan kemampuan yang diperlukan oleh guru untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian terhadap perubahan dan perkembangan peserta didik, baik dalam materi maupun tingkah laku. Namun, Fachruddin dan Ali menekankan kembali bahwa dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya melakukan penilaian terhadap peserta didik saja, tetapi juga kemampuan untuk menilai dan mengukur keterampilan mengajar, membuat program dan kegiatan pembelajaran, serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Jadi, pada evaluasi hasil belajar tidak hanya satu objek saja yang dinilai, yakni peserta didik, melainkan diri sendiri sebagai guru juga penting untuk dinilai dan diukur kemampuan dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Marselus memberikan pernyataan bahwa “Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai proses dan hasil pembelajaran. Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar siswa secara komprehensif”. 27

Berdasarkan pernyataan tersebut memberi makna bahwa guru mempunyai tugas utama selain mengajar adalah melakukan penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran. Seorang guru harus mampu menilai tidak hanya pada peserta didik saja, melainkan kemampuan dirinya dalam menyelenggarakan pembelajaran serta kemampuan mengajar juga perlu untuk dinilai. Dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari alat dan indikator penilaian sehingga guru perlu memahami dan mampu menentukan alat dan indikator apa saja yang digunakan dalam penilaian. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan

26 Fachruddin, op. cit., h. 58-59. 27 Marselus, op. cit., h. 40.


(52)

penilaian bisa tepat dan terarah pada aspek yang akan dinilai, selain itu memudahkan dalam proses penilaian jika sudah terancang dengan baik.

Berdasarkan rumusan Peraturan Pemerintah Tahun 2013 Nomor 32 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Tahun 2005 Nomor 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 24 bahwa “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.28

Sesuai dengan rumusan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa penilaian adalah suatu aktifitas yang perlu dilakukan oleh guru dengan cara mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperlukan dalam penilaian, pengolahan data dan informasi, penafsiran, dan pengambilan keputusan mengenai kemampuan dan perkembangan peserta didik. Hal ini diperlukan untuk melihat dan mengukur mengenai seberapa jauh pencapaian peserta didik terhadap proses belajar yang telah dilakukan.

Secara lebih lanjut, Fachruddin dan Ali berpandangan bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian dan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik mampu dalam memahami dan menerima pelajaran yang telah disampaikan. Fachruddin dan Ali menekankan bahwasanya guru tidak hanya mampu dalam mengukur, menilai, dan menafsirkan hasil belajar peserta didik, tetapi juga guru harus mampu dalam menilai dan mengukur kegiatan pembelajaran dan kemampuan mengajar guru. Kegiatan seperti ini diperlukan untuk mengetahui apakah guru telah melakukan pembelajaran dengan tepat atau belum, selain itu sebagai alat pengukur pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.

28 Peraturan Pemerintah Tahun 2013 Nomor 32 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Tahun 2005 Nomor 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 ayat 24.


(53)

g.

Mengembangkan

Peserta

Didik

untuk

Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang dimilikinya

Hamzah mendefinisikan bahwa “Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas”.29

Definisi tersebut memberi makna bahwa tugas guru tidaklah hanya mendidik dan membimbing peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, namun juga membantu dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membangun dan membina hubungan secara sosial. Hubungan sosial yang ingin dibina tidak hanya dibentuk dalam kegiatan di kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk dan menanamkan rasa kepedulian dan jiwa sosial yang tinggi terhadap sesama.

Menurut pendapat Marselus “Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal”.30

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa guru harus memiliki kemampuan selain mengajar, yaitu membantu dan membimbing peserta didik dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Karena peserta didik merupakan individu yang memiliki potensi unik dan beragam, maka cara membimbing dan menanganinya pun beragam. Maka diperlukan kemampuan guru untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dan mengasah potensinya dengan berbagai kegiatan yang kreatif.

29 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 16.


(1)

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/.../2014 Jakarta, 6 Februari 2014 Lamp. : -

Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.

Mu’arif. SAM, M.Pd

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Alpina Ilham NIM : 1110018200008 Prodi : Manajemen Pendidikan Semester : VII (Delapan)

Judul Skripsi : Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Bidang Studi Kewirausahaan Melalui Kegiatan MGMP di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 6 Februari 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Manajemen Pendidikan

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd

NIP. 19661009 199303 1 004

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.


(2)

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/.../2014 Jakarta, 6 Februari 2014 Lamp. : -

Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.

Dr. Salman Tumanggor, M.Pd Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Alpina Ilham NIM : 1110018200008 Prodi : Manajemen Pendidikan Semester : VII (Delapan)

Judul Skripsi : Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Bidang Studi Kewirausahaan Melalui Kegiatan MGMP di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 6 Februari 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Manajemen Pendidikan

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd

NIP. 19661009 199303 1 004

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.


(3)

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/.../2014 Jakarta, 6 Maret 2014 Lamp. : -

Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.

di Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Alpina Ilham NIM : 1110018200008 Prodi : Manajemen Pendidikan Semester : VII (Delapan)

Judul Skripsi : Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Bidang Studi Kewirausahaan Melalui Kegiatan MGMP di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 6 Februari 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Manajemen Pendidikan

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd

NIP. 19661009 199303 1 004

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.


(4)

Lampiran 22

Lampiran 23


(5)

Lampiran 24

Lampiran 25


(6)

BIODATA PENULIS

Alpina Ilham lahir di Jakarta pada tanggal 17 September 1991 dan

merupakan anak kedua dari pasangan (Alm) Amsori dan Sulimah. Pendidikan TK

(Taman Kanak-kanak) ditempuh tahun 1996 di TK Suci, kemudian lulus dari

pendidikan dasar di SDN 11 pagi tahun 2003, selanjutnya penulis melanjutkan di

SMPN 171 pada tahun 2006, dan pada tahun 2009 penulis menamatkan pendidikan

menengah di SMAN 105 Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang pendidikan

tinggi di Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010.

Selama menempuh pendidikan, penulis juga pernah aktif dalam mengikuti

berbagai organisasi dan kegiatan, seperti (Rohis) Rohani Islam di SMPN 171 tahun

2003-2005, ( (Palang Merah Remaja) di SMAN 105 tahun 2006-2008, Pencak Silat

Merpati Putih tahun di SMAN 105 tahun 2006-2007, LDK (Lembaga Dakwah

Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011-2014, Postar (Pojok Seni

Tarbiyah), dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) tahun 2011-2013.