Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, danatau masyarakat”. 6 Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran di sekolah. Berbagai upaya tersebut antara lain dalam bentuk: 1 penataran; 2 kualifikasi pendidikan guru; 3 pembaharuan kurikulum; 4 implementasi model atau metode pembelajaran baru; dan 5 penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti penelitian tindakan kelas. 7 Selain itu, menurut sumber lain dikatakan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: pendidikan lanjutan dalam jabatan, inservice training, pembentukan wadah-wadah peningkatan kualitas guru seperti penyeliaan, Pemantapan Kerja Guru PKG, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP. 8 Pelaksanaan berbagai upaya tersebut bertujuan agar para guru diharapkan mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan dalam mengajar. Wadah peningkatan kualitas guru, khususnya MGMP merupakan wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran yang sama dalam tingkatan atau jenjang pendidikan menengah SMP, SMASMK dan digunakan oleh guru untuk memecahkan segala permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. MGMP ini berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Terdapat berbagai kegiatan positif yang dilakukan dalam wadah MGMP sehingga banyak manfaat yang 6 Ibid., Bab IV, Bagian 5, Pasal 34, ayat 1. 7 J.M. Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study: Kasus di Kabupaten Bantul, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, No. 4, 2011, h. 480. 8 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, Cet. VI, h. 27. dapat diambil oleh para guru dengan berperan aktif dalam mengikuti MGMP. Namun, MGMP juga akan menjadi kurang bermanfaat jika kegiatan MGMP atau para gurunya kurang aktif dan peduli terhadap peningkatan kompetensi guru. Berdasarkan data dan informasi yang penulis dapat dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Timur dan Drs. MPA Saputra, sebagai Pengurus MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur bahwa guru yang mengajar Kewirausahaan hampir semuanya bukanlah dari latar belakang pendidikan Kewirausahaan. Selain itu, guru Kewirausahaan tidaklah semuanya aktif dan berpengalaman dalam bidang berwirausaha, padahal mata pelajaran Kewirausahaan dituntut bagi para siswa agar mampu membuat suatu karya yang dapat dipasarkan. Maka dari itu, MGMP Kewirausahaan dapat membantu bagi guru dalam melatih kemampuannya untuk membuat suatu karya atau produk yang dapat dipasarkan sebelum diterapkan kepada peserta didik sehingga guru yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam berwirausahaan dapat terus belajar dan mengembangkan kemampuannya dalam berwirausaha. Namun, kenyataannya MGMP Kewirausahaan mengalami beberapa masalah, yaitu pertama, kesulitan dalam menentukan waktu kegiatan MGMP Kewirausahaan karena terdapat adanya perbedaan jam mengajar antara guru di sekolah yang satu dengan guru di sekolah lain. Selain itu, terkadang mereka harus mengorbankan jam mengajarnya untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP Kewirausahaan, dan konsekuensinya dari hal tersebut adalah kosongnya kelas sehingga siswa yang menjadi dirugikan. Kalau kegiatan MGMP Kewirausahaan dilakukan setelah pulang sekolah, hal ini menjadi kurang efektif karena tidak semua guru memiliki waktu luang setelah pulang sekolah sehingga menyebabkan beberapa guru tidak menghadiri kegiatan MGMP. Kedua, minimnya dana yang dimiliki. Dana merupakan hal yang paling krusial dalam melaksanakan suatu kegiatan, jika terjadi masalah dalam hal ini, seperti kekurangan dana, maka kegiatan akan sulit untuk dijalankan. MGMP Kewirausahaan tidak mendapatkan dana dari Pemerintah maupun pihak sekolah, melainkan sumbangan dari anggota MGMP Kewirausahaan. Namun, terkadang sumbangan ini juga sulit terkumpul disebabkan karena ketidakhadiran beberapa anggota MGMP Kewirausahaan sehingga dana yang dimiliki semakin berkurang dan sulit untuk menjalankan kegiatan MGMP Kewirausahaan.. 9 Dari berbagai masalah yang penulis temukan di lapangan, ternyata kegiatan MGMP Kewirausahaan jauh dari bayangan yang kita harapkan. Dengan kurang aktifnya kegiatan MGMP Kewirausahaan ini maka pengembangan kompetensi pedagogik guru bidang studi Kewirausahaan akan terhambat, otomatis hal ini berbanding lurus dengan kurang meningkatnya kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran Kewirausahaan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengambil masalah terkait dengan kegiatan MGMP sebagai judul penelitian. Pada penelitian ini, penulis mengetahui dan menelaah bagaimana manajemen MGMP Kewirausahaan, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh MGMP Kewirausahaan, serta apa manfaat yang dapat diperoleh oleh guru dalam mengikuti kegiatan MGMP Kewirausaahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka untuk skripsi ini, penulis membuat judul mengenai “Analisis Kegiatan MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 9 Drs. MPA Saputra. Wawancara.. SMK Negeri 51, Senin, 17 Maret 2014 pukul 08.30 WIB. 1. Masih rendahnya guru Kewirausahaan dalam memahami wawasan landasan kependidikan 2. Masih rendahnya guru Kewirausahaan dalam memahami mengenai kondisikeadaan peserta didik karena masih menyamaratakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya; 3. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum mampu secara optimal dalam membuat perancangan pembelajaran; 4. Masih terdapatnya sebagian guru Kewirausahaan yang belum mampu memahami kebijakan tentan kurikulum silabus; 5. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik; 6. Sebagian guru Kewirausahaan masih belum optimal dalam melakukan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan; 7. Masih terdapatnya sebagian guru Kewirausahaan yang belum optimal mengembangkan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki; 8. Manajemen dan kegiatan MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru bidang studi Kewirausahaan masih belum optimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang masih meluas, maka peneliti membatasi penelitian pada: 1. Kegiatan MGMP sebagai wadah pengembangan kompetensi pedagogik 2. Kompetensi pedagogik guru, dibatasi pada kemampuan guru dalam menguasai pemahaman terhadap peserta didik yang diajar, kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan kurikulumsilabus, kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuan guru dalam mengoptimalkan dan mengaktualisasikan potensi peserta didik;

D. Perumusan Masalah

B erdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Kegiatan MGMP Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur?”

E. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilaksanakan memiliki beberapa tujuan, sebagai berikut: 1. Mengetahui manajemen MGMP Kewirausahaan 2. Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan MGMP Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan; 3. Mengetahui manfaat apa saja yang dapat diterima oleh guru Kewirausahaan dalam mengikuti MGMP Kewirausahaan.

F. Manfaat Penelitian

Dari kegiatan penelitian yang dilakukan terdapat hasil yang diperoleh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi guru, sebagai bahan referensi untuk terus mengembangkan kompetensi pedagogik melalui kegiatan MGMP; 2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk terus mendukung para guru, khususnya guru Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik, melalui kegiatan MGMP; 3. Bagi peneliti lain, memberikan informasi dan wawasan baru mengenai pentingnya kegiatan MGMP sebagai wadah pengembangan guru dalam mengembangkan kompetensi pedagogik.