mengeluarkan dana transport untuk guru yang mengikuti kegiatan MGMP. Sebab, masih ada yang memiliki pemikiran bahwa mengikuti kegiatan
MGMP tidak ada manfaat yang didapat dan hanya membuang waktu saja. Padahal, jika memang ditekuni secara lebih lanjut, banyak manfaat yang
bisa didapat oleh guru Kewirausahaan melalui kegiatan MGMP dan hal tersebut belum tentu diperoleh di sekolah tempat guru tersebut mengajar.
Jadi, ada beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan MGMP Kewirausahaan, mulai dari ketidakhadiran guru, dana yang tersedia,
hingga kebijakan pihak sekolah. Sehingga hal tersebut menimbulkan berbagai upaya yang harus dilakukan, seperti penjelasan oleh MPA.
Saputra bahwa “Kita sebagai pengurus tetap mensosialisasikan dan menginformasikan kepada guru Kewirausahaan ketika adanya kegiatan
MGMP yang akan dilaksanakan.”
42
Lalu, ada penjelasan oleh Siswanto yang memberikan penguatan mengenai penjelasan sebelumnya bahwa
“Upaya yang dilakukan, yaitu MGMP hanya bisa mengajak dan mengingatkan kembali betapa pentingnya kegiatan MGMP kepada guru-
guru agar mau terl ibat aktif.”
43
Selain itu, ada penjelasan lain yang menguatkan penjelasan sebelumnya, yaitu hasil wawancara oleh Siti
Nurdjanah bahwa “Untuk mengatasinya yang paling penting adalah kesadaran dari kebijakan sekolah dimana Kepala Sekolah memberikan
pengertian dan izin bagi guru Kewirausahaan untuk mengikuti kegiatan MGMP Kewirausahaan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru,
serta dapat meningkatkan mutu sekolah secara tidak langsung ”
44
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui berbagai upaya yang dapat dilakukan dari berbagai masalah yang timbul. MGMP
harus lebih aktif lagi dalam memberikan informasi dan komunikasi
42
MPA. Saputra, Loc. Cit.
43
Siswanto, Loc. Cit.
44
Siti Nurdjanah, Loc. Cit.
kepada pihak sekolah dan guru-guru yang terkait mengenai pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di MGMP. Selain itu, bisa juga pengurus MGMP
mendatangi guru Kewirausahaan dan juga pihak sekolah untuk memberikan penjelasan terkait kegiatan MGMP.
e. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Pedadodik Guru yang
Berhubungan dengan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Berwirausaha
Guru Kewirausahaan bukanlah guru dengan bidang studi yang sesuai, namun hampir semua guru Kewirausahaan memiliki ilmu dan keahlian
yang hampir sama dengan materi Kewirausahaan. Dari berbagai kegiatan di MGMP Kewirausahaan yang termasuk kegiatan paling sering dilaksanakan
hanya mencakup pada program inti saja, seperti membedah silabus, menyusun RPP, membahas dan menyusun kisi-kisi dan juga soal, serta
membahas mengenai kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Kewirausahaan lebih banyak kegiatan secara praktek
yang dilakukan daripada membahas secara teori. Pada dasarnya guru yang mengajar tidak hanya memahami secara teori aja, melainkan bahwa guru
juga harus memahami secara praktek bagaimana cara dalam melakukan kegiatan wirausaha dengan membuat produk secara langsung. Untuk itu,
diperlukan adanya pemahaman terlebih dahulu bagi guru dalam melakukannya, serta melalui MGMP ini guru bisa mendapatkan informasi
dan pemahaman mengenai kegiatan berwirausaha dalam membuat produk secara langsung sebelum diajarkan kepada peserta didik. Kegiatan seperti
sangatlah bagus untuk pengembangan kompetensi guru Kewirausahaan, namun hal ini belum optimal dalam pelaksanaannya.
Seperti yang dijelaskan oleh Sri Rahayu bahwa “Untuk kegiatan tersebut sepertinya belum ada, karena kegiatan MGMP lebih terkait kepada
pembahasan silabus dan penyusunan RPP. ”
45
Selain itu, hal ini diperkuat kembali oleh Eny Elastri bahwa “Dari yang saya tahu, selama ini belum
ada kegiatan MGMP yang membahas tentang kegiatan dalam pelaksanaaan wirausaha secara bersama.”
46
Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa secara umum, MGMP Kewirausahaan belum pernah
mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan cara mengembangkan dan meningkatkan kemampuan gruru dalam melakukan wirausaha.
Selanjutnya terdapat hasil wawancara oleh Rina Kartika yang menekankan bahwa:
Untuk memiliki keterampilan dalam berwirausaha, tidak perlu untuk bertemu dengan guru lain dalam MGMP. Hal ini karena guru
dapat melakukannya dengan guru lain dalam bidang studi yang sama, namun dalam ruang lingkup sekolah. Tidak ada kegiatan
yang dilakukan di MGMP, karena guru Kewirausahaan biasanya hampir semuanya telah memiliki pengalaman dan juga jiwa
berwirausaha.
47
Selanjutnya, penjelasan tersebut diperkuat kembali oleh Siswanto dari kegiatan wawancara bahwa:
Rata-rata guru Kewirausahaan sudah memiliki pengalaman dan pengetahun sendiri dengan kegiatan wirausaha, walaupun masih
bersifat nonformal. Jika ada pertemuan dengan guru terkadang membahas mengenai kegiatan wirausaha, dimana pelaksanaannya
dilakukan secara berdiskusi atau sharing. Namun, kalau untuk kegiatan dalam pembuatan produk secara bersama lalu dijual
bersama, itu belum terlaksana. Kegiatan tersebut belum terlaksana karena terkendala sama waktu dan kesediaan guru untuk mau
mengikutinya. Hal ini karena setiap guru memiliki kesibukan yang berbeda-beda sehingga masih sulit untuk menentukan waktu yang
tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.
48
45
Sri Rahayu, Loc. Cit.
46
Eny Elastri, Loc. Cit.
47
Rina Kartika, Loc. Cit.
48
Siswanto, Loc. Cit.
Sama juga halnya dengan penjelasan oleh MPA. Saputra, namun ada penekanan yang sedikit berbeda dari penjelasan sebelumnya bahwa:
Untuk kegiatan seperti pembuatan produk atau karya yang dilakukan oleh guru Kewirausahaan di MGMP mungkin belum.
Namun, kita pernah MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur ini membuat buku tentang materi Kewirausahaan untuk kelas X dan XI.
Pada pembuatannya dilakukan secara bersama-sama dengan pembentukan kelompok untuk membahas dan mengkajii tiap-tiap
materi yang berbeda. Buku Kewirausahaan ini juga berjalan dengan efektif dan sempat dijual kepada peserta didik di SMK Wilayah
Jakarta Timur. Dana dari penjualan buku tersebut, sebagian dibagi kepada penulis dan sebagian lainnya masuk ke dalam uang kas
MGMP untuk pelaksanaan kegiatan MGMP selanjutnya.
49
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijelaskan tersebut, dapat diketahui bahwa di dalam kegiatan MGMP pernah dilaksanakannya
kegiatan untuk membuat suatu produk dan dipasarkan secara bersama- sama layaknya seorang pengusaha, yaitu pembuatan buku Kewirausahaan
kelas X dan IX. Akan tetapi, kegiatan ini pun belum optimal dilakukan oleh hampir semua guru Kewirausahaan, karena hanya beberapa guru
yang menyelesaikannya. Jadi kegiatan untuk membuat suatu produk masih belum berjalan optimal dalam kegiatan MGMP. Hal ini terjadi disebabkan
oleh keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masing-masing guru Kewirausahaan dan juga ketersediaan dana yang dimiliki.
Padahal, ada sebagian guru yang menginginkan diadakannya kegiatan terkait praktek pembuatan suatu produk di MGMP Kewirausahaan sebagai
modal yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Seperti penjelasan oleh
Sri Rahayu bahwa “Menginginkan ketika mengajar agar peserta didik merasa enjoy dalam pembelajaran, peserta didik tidak mudah
bosan, dan sebagainya. Maka saya lebih menginginkan adanya kegiatan MGMP yang membahas tentang metode pembelajaran dan prakek apa saja
49
MPA. Saputra, Loc. Cit.
yang harus dilakukan agar bisa dijadikan bekal dalam pelaksanaan pembelajaran
.”
50
Hal ini pun juga diperkuat dengan adanya penjelasan oleh Eny Elastri bahwa:
Selain dari Kurikulum yang lebih utama, saya menginginkan adanya kesepakatan dari MGMP untuk materi praktek yang akan
diajarkan bagi kelas 1, 2, dan 3. Sehingga dari setiap tingkatan itu ada perbedaan sehingga lebih ada peningkatan dalam pembelajaran
praktek. Kegiatan praktek yang terdapat di setiap jenjang sebenarnya hampir sama, namun kembali lagi kepada permasalahan
gurunya yang memang harus lebih mampu dalam mengembangkan kegiatan praktek sehingga tidak kembali lagi pada pembahasan teori
saja.
51
Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa masih ada beberapa guru yang menginginkan diadakannya kegiatan yang mampu
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, seperti metode pembelajaran maupun juga kegiatan praktek dalam
membuat suatu produk. Hal ini memang diperlukan, karena tidak semua guru Kewirausahaan telah memiliki keahlian dan pengalaman dalam
bidang berwirausaha. Walaupun memang sudah ada yang mempunyai usaha, setidaknya hal ini juga perlu sebagai tambahan dalam
pengetahuannya. Selain itu, hampir semua guru Kewirausahaan sudah terbilang cukup umur, dimana biasanya jika seperti ini akan sulit untuk
dirinya mencari tahu sendiri kegiatan apa saja yang harus dilakukan, praktek apa saja yang terkait dengan materi dan harus dilakukan, dan
bagaimana cara melakukan praktek tersebut. Hal ini mungkin akan membuat sulit bagi guru Kewirausahaan jika memang belum adanya
kesadaran bagi guru tersebut untuk mencari tahu sendiri melalui berbagai cara. Maka dengan adanya MGMP yang menyediakan kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan produk dapat memudahkan bagi guru
50
Sri Rahayu, Loc. Cit.
51
Eny Elastri, Loc. Cit.