2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan teknik “Metode Fun Teaching” ini berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa. Langkah-langkah pengujian hipotesis :
a. Menentukan uji statistik
1 Jika varian populasi heterogen :
Rumus t:
db =
S
1 2
n
1
+
S
2 2
n
2
2 S
1 2
n
1 2
n
1
− 1
+
S
2 2
n
2 2
n
2
− 1
2 Jika varian populasi homogen :
Rumus t:
db = n
1
+ n
2
− 2 Dimana:
Keterangan :
1
X
= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
2
X
= Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol N
1
= Jumlah sampel kelompok eksperimen N
2
= Jumlah sampel kelompok kontrol S
1 2
= Varians kelompok eksperimen
2 2
2 1
2 1
2 1
n S
n S
X X
t
hit
2 1
1
2 1
2 2
2 2
1 1
n n
S n
S n
S
gab
2 1
2 1
1 1
n n
S X
X t
gab hit
S
2 2
= Varians kelompok kontrol
9
b. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang diambil dalam penelitian adalah dengan derajat kebebasan
= 0,05. c.
Menentukan kriteria pengujian Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data
dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan antara t
hit
dan t
tabel
. d.
Pengambilan kesimpulan Jika hasil operasi perhitungan pada poin c ternyata :
1. t
hitung
harga t
tabel
,, maka terime H 2.
t
hitung
harga t
tabel
, maka tolak H Apabila data populasi tidak berdistribusi normal atau tidak
homogen, maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan analisis statistik non parametrik.
G. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: H
: �
1
≤ �
2
H
a
:
2 1
Keterangan : H
= Hipotesis nihil H
a
= Hipotesis alternatif
1
= Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode Fun Teaching
2
= Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode
konvensional
9
Sudjana, Metode Statistika, Bandung : Tarsito, h.238-239
48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan selama 8 pertemuan. Materi matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah pokok bahasan bilangan pecahan dan
bilangan romawi. Pada proses pembelajaran kedua kelas memperoleh perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan
Metode Fun Teaching, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi
pada sampel setelah perlakuan disebabkan oleh perbedaan perlakuan- perlakuan dalam proses pembelajaran tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan metode fun teaching. Pada awal pertemuan
penulis terlebih dahulu menyampaikan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan selama beberapa pertemuan kedepan kepada siswa.
Pada pertemuan pertama penulis memulai melaksanakan pembelajaran dengan memperkenalkan diri dan meminta siswa untuk memperkenalkan diri
mereka masing-masing. Selanjutnya, penulis memberikan motivasi dan memberikan games guna menumbuhkan rasa gembira sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan keadaan gembira dan menyenangkan.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Paling tidak siswa akan merasa nyaman dalam proses
belajar mengajar tanpa adanya rasa menakutkan dan membosankan, sehingga diharapkan siswa akan lebih berani, aktif dan bertanggungjawab dalam
mengikuti kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan Lembar Kegiatan Siswa
LKS. Siswa mempelajari LKS secara berkelompok dan kemudian dengan bimbingan penulis siswa turut serta menyelesaikan soal yang diberikan.
Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat siswa-siswa yang antusias
mempelajari LKS untuk menemukan sendiri jawaban yang telah dipelajari, dan mereka mengaku bangga dan puas atas usahanya tersebut. Namun,
terdapat juga siswa-siswa yang masih bingung, sehingga tetap pasif dan hanya menunggu penjelasan dari penulis atau temannya yang sudah menemukannya
lebih dulu. Terhadap siswa yang demikian, penulis turut membimbingnya dan terus memberinya motivasi.
Pada akhir pembelajaran pertemuan terakhir diberikan posttest yang digunakan untuk mengetahui kelas mana yang memiliki pemahaman yang
lebih baik terhadap materi yang telah disampaikan. Post test yang diberikan berupa soal uraian. Sebelum diujikan kepada sampel, test tersebut
diujicobakan terlebih dahulu kepada kelas 5 yang dianggap telah mendapatkan pembelajaran materi-materi yang diujikan. Pada test uji coba soal yang
diujikan sebanyak 29 butir soal. Namun, setelah melalui uji instrument yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat
kesukaran, maka diperoleh 5 butir soal yang invalid. Sehingga, soal yang diujikan kepada kelas sampel sebanyak 24 soal yang valid. Dengan proporsi
soal yang tingkat ke sulitannya “sukar” sebanyak 41 , soal yang tingkat
tingkat ke sukarannya “sedang” sebanyak 59 .
1. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan metode
“Fun Teaching” Kelas Eksperimen
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil belajar matematika pada materi bilangan pecahan dab bilangan romawi menggunakan metode fun
teaching nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 100. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Persentase
38 - 48
3 10,7
49 - 59
4 14,2
60 - 70
6 21,4
71 - 81
7 25
82 - 92
6 21,4
93 - 103
2 7,1
Jumlah 28
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 7,1 sebanyak 2
orang, yaitu yang memperoleh nilai pada interval 93 - 103. Persentase siswa yang memperoleh nilai terendah sebesar 10,7 sebanyak 3 orang, yaitu
yang memperoleh nilai pada interval 38 - 48. Sedangkan yang paling banyak yaitu persentase siswa yang memperoleh nilai pada interval 71
– 81 sebesar 25 sebanyak 7 orang.
Distribusi frekuensi hasil posttest kelas eksperimen tersebut dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon frekuensi berikut:
Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Frekuensi
Hasil Postest Kelas Eksperimen
Dari data table dan polygon distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata sebanyak
46,3 dan siswa yang memiliki nilaai di atas rata-rata sebanyak 43,7.
2. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan Metode Konvensional Kelas Kontrol.
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil belajar matematika pada materi bilangan pecahan dab bilangan romawi menggunakan metode
konvensional nilai terendah adalah 38 dan nilai tertinggi adalah 100. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar matematika siswa kelas konvensional
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Kelas Kontrol
Nilai Frekuensi
Persentase
38 - 48 4
16,6 49 - 59
7 29,1
60 - 70 6
25 71 - 81
3 12,5
82 - 92 3
12,5 93 - 103
1 4,1
Jumlah 24
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 4,1 sebanyak 1
orang, yaitu yang memperoleh nilai pada interval 93 - 103. Persentase siswa yang memperoleh nilai terendah sebesar 16,6 sebanyak 4 orang, yaitu yang
memperoleh nilai pada interval 38 - 48. Sedangkan yang paling banyak yaitu