Metode Pembelajaran Fun Teaching

menciptakan kreativitas dan bisa membuat suasana belajar siswa menyenangkan mulai dari awal hingga akhir tanpa terasa belajar sehingga menciptakan lingkungan yang aktif dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan cara menggunakan unsur yang ada pada guru, siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas seperti bermain, bercerita, tebak-tebakan, bernyanyi, dan homoris. Dengan suasana belajar yang menyenangkan pastilah akan bermunculan inspirasi-inspirasi baru yang menyegarkan.

c. Metode Pembelajaran Konvensional

Kata konvensional berasal dari kata konvensi. Istilah konvensi awalnya digunakan untuk menyatakan atau mengkomunikasikan segala sesuatu yang didasarkan kepada kesepakatan. 39 Menurut Nasution ciri-ciri pembelajaran konvensional 40 yaitu: 1. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok tanpa memperhatikan siswa secara individual 2. Kegiatan pembelajaran pada umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis dan media lainnya menurut pertimbangan guru 3. Siswa bersifat fasif karena harus mendengarkan penjelasan guru 4. Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan pada umumnya yang ditentukan oleh kecepatan guru mengajar 5. Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif 6. Hanya sebaqgian kecil yang menguasai sumber bahan pelajaran secara tuntas 7. Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau pengetahuan. 39 http:jalius12.wordpress.com20091006konvensional 40 Syaiful Bahri Djamarah Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 21 Proses-proses pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Siswa duduk mencatat, mendengarkan dan menghafal 2. Sumber informasi hanyalah guru 3. Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep 4. Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah 5. Suasana kelas membosankan 6. Guru lebih aktif 7. Materi pelajaran banyak dan berat 8. Banyak waktu yang terbuang. Kesimpulannya adalah pembelajaran konvensional mengutamakan hasil bukan proses. Guru mendominasi kegiatan di kelas dan siswa dianggap sebgai penonton. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan metode ekspositori. Metode ekspositori memberikan siswa konsep yang telah dipersiapkan secara rapi, matematis dan lengkap. Konsep tersebut berupa bahan ajar yang dipersiapkan guru untuk selanjutnya diajarkan kepada siswa, sehingga siswa hanya menyimak dan mencerna saja secra tertib dan teratur.

B. Rencana Kegiatan Belajar Mengajar

a. Contoh RPP kelas eksperimen

Sekolah : MI Nurul Hidayah Pamulang Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Matematika KelasSemester : IV II Tahun Pelajaran : 20102011 Pokok Bahasan : Bilangan Pecahan Standar Kompetensi  Mengenal dan menggunakan pecahan dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar  Menjelaskan arti pecahan dan urutannya  Menyelesaikan masalah pecahan  Menyederhanakan pecahan  Penjumlahan dan pengurangan pecahan Indikator  Siswa dapat mengenal pecahan sederhana  Menuliskan letak pecahan pada garis bilangan Alokasi Waktu: 2  35 Menit

a. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat : - menyatakan beberapa bagian dari keseluruhan ke bentuk pecahan - menuliskan letak pecahan pada garis bilangan.

b. Materi Ajar

1. Pengertian Pecahan 2. Letak pecahan pada garis bilangan.

c. Metode Pembelajaran

1. bercerita 2. teka teki 3. demonstrasi 4. bernyanyi 5. tanya jawab 6. latihan 7. games

d. Langkah-langkah Kegiatan

1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit Pembukaan, mengucap salam, mengabsen, ice breaking dan mendemonstrasikan sederhana tentang pecahan. 2. Kegiatan Inti 50 Menit  Memberikan catatan deduktif-deskriptif tentang pengertian pecahan.  Bercerita dan game yang berkaitan dengan pecahan agar suasana kelas tidak kaku dan membuat siswa fun riang gembira  Diskusi kelompok tentang materi yang dipelajari  Salah satu siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas, dan siswa lain menanggapi. Guru meluruskan jika ada yang menyimpang.  Bernyanyi dan tebak-tebakan dipandu oleh guru secara humoris agar suasana hati penuh suka cita dan merangsang konsentrasi siswa.  Siswa berkelompok mengerjakan Latihan soal.  Tanya jawab. 3. Kegiatan Penutup 10 Menit  Refleksi Dengan bimbingan guru, siswa mengemukakan kembali materi yang telah dipelajari dan materi yang belum dipahami. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya.  Penugasan Guru memberikan tugas individu dan tugas rumah, yang terdapat pada buku pegangan siswa nomor-soal terpilih untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

e. Sumber, AlatMedia

1. Sumber - Buku paket Matematika SD dan MI Kelas IV Semester Genap. Penerbit: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional. - Buku paket Matematika Progresif SD dan MI Kelas IV Semester Genap. Penerbit : PT. Widya Utama. 2. AlatMedia Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan penggaris.

f. Penilaian

1. Teknik penilaian Teknik penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes tertulis. 2. Bentuk penilaian Bentuk penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah soal-soal uraian. 3. Contoh penilaian 1 berapa bagian pecahan dari gambar yang berwana gelap? 2 Apa bila skala garis bilangan sama maka lengkapilah nilai pecahan yang tepat untuk mengisi titik-titik pada garis bilangan di bawah ini adalah ... 5 1 ... 5 3 5 4 1

C. Contoh bahan ajar Pecahan:

Pecahan ½ dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk lingkaran atau persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai bagian yang dikehendaki, sehingga akan didapat gambar yang diarsir di bawah ini Pecahan ½ dibaca setengah atau satu perdua atau seperdua “1” disebut pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama. “2” disebut penyebut yaitu merupakan bagian yang sama dari keseluruhan Bilangan romawi : I = 1 II = 2 III = 3 IV = 4 V = 5 VI = 6 VII = 7 VIII = 8 IX = 9 X = 10 L = 50 C = 100 D = 500 M = 1000 Jika angka romawi di sebelah kanan lebih besar dari angka romawi sebelah kiri, maka nilai bilangan romawi tersebut adalah hasil pengurangan bilangan romawi di sebelah kanan dengan di sebelah kiri. Contohnya : IX artinya 10 – 1 = 9 XL artinya 50 – 10 = 40 XC artinya 100 – 10 = 90 CM artinya 1000 – 100 = 900 Jika angka romawi di sebelah kanan lebih kecil dari angka romawi sebelah kiri, maka nilai bilangan romawi tersebut adalah jumlah bilangan romawi di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Contohnya : XI artinya 10 + 1 = 11 LX artinya 50 + 10 = 60 CX artinya 100 + 10 = 110 CM artinya 1000 + 100 = 1100

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ummi Djamilah dalam skripsinya tahun 2008 yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-G SMPN 74 Jakarta Melalui Peningkatan Motivasi dengan Menerapkan Metode Pembelajaran dengan Teknik TGT dan Pemberian Kartu skor Partisipasi Siswa KSPS. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan teknik TGT dapat menciptakan suasana belajar matematika yang lebih menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.

E. Kerangka Berpikir

Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran matematika, para siswa sering dihadapkan pada masalah sehubungan dengan matematika. Pembelajaran matematika yang monoton yang dilakukan oleh guru membuat siswa menjadi bosan, sulit menerima pembelajaran matematika dengan baik, kurang termotivasi untuk belajar, kurang berusaha menyelesaikan latihan yang diberikan oleh guru dan kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa tidak dapat memahami pelajaran dengan baik. Jika hal ini dibiarkan, dapat mengakibatkan kurangnya keaktifan belajar siswa sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman belajar serta peningkatan hasil belajar matematika siswa menurun. Hasil belajar merupakan proses evaluasi yang dilakukan guru untuk melihat kemampuan siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya hasil belajar matematika siswa, diantaranya ketidaksiapan siswa dalam belajar, sikap pasif siswa, kurangnya motivasi siswa, dan ketidak-tepatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Metode fun teaching adalah menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan, agar dapat membangkitkan minat, gairah untuk belajar motivasi, merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari. Dalam penerapan metode fun teaching juga sangat menekankan pada kemampuan guru untuk masuk ke dalam hati para siswa. Langkah-langkah agar guru dapat masuk ke dalam hati siswa antara lain, guru harus mempunyai keyakinan diri, guru dapat memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh siswa, guru mampu menggunakan potensi diri yang dimiliki semaksimal mungkin, guru mampu membuat berbagai upaya kreatif dalam pembelajaran dan menggunakan keunikan yang dimiliki agar dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Metode fun teaching yang ditawarkan pada pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan efek positif untuk menmgurangi kesulitan belajar matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Pada saat persiapan mengajar guru mempersiapkan diri terlebih dahulu dan membangkitkan rasa percaya diri, karena dengan rasa percaya diri diharapkan akan menumbuhkan pemikiran-pemikiran kreatif saat mengajar. Saat pembelajaran berlangsung guru harus memahami dan mengerti apa yang diinginkan siswa dalam belajar, karena jika guru sudah mendapatkan hati para siswa, diharapkan guru akan mudah dalam mengarahkan siswa dalam belajar. Saat pembelajaran berlangsung guru menggunakan potensi diri yang dimiliki, salah satu bentuk yaitu dengan memberikan acungan jempol saat ada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat, karena dapat menimbulkan suasana yang bergairah dan menyenangkan. Kreatif dan unik, guru diharapkan dapat membuat upaya-upaya kreatif yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti belajar menggunakan permainan dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dari guru, langkah ini dimaksudkan agar dapat menarik perhatian dan memudahkan siswa dalam memahami materi saat pembelajaran berlangsung. Penerapan metode fun teaching dengan teknik permainan ini diduga dapat meningkatkan hasil belajar dan memotivasi siswa untuk dapat berpartisipasi aktif untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan mudah dalam memahami materi di dalam pembelajaran matematika, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa pun meningkat. Adanya peningkatan usaha siswa, motivasi belajar siswa, dan keaktifan siswa serta evaluasi siswa maka upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa dapat dikatakan meningkat. Menurut Ignacio Nacho Estrada, bila seorang anak tidak bisa belajar dari cara kita mengajarkan sesuatu kepadanya, mungkin kitalah yang harus mengubah cara mengajar kita agar sesuai dengan cara belajar mereka 41 . Sedangkan menurut Bob Talbert, mengajarkan murid agar bisa berhitung itu bagus, tetapi yang terbaik dan paling penting adalah mengajarkan mereka tentang hal-hal yang tidak bisa dihitung nilainya 42 .

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan metode Fun Teaching lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional ”. 41 Firdaus, Zuhdi, A, Menjadi Guru Idola, Yogyakarta: 2010, h. 40 42 Firdaus, Zuhdi, A, Menjadi Guru Idola, Yogyakarta: 2010, h. 10