57 per siklus dan 2 000 000 ekor per siklus sebanyak 2 kaleng, dan produksi larva di
atas 2 000 000 ekor per siklus sebanyak 3 kaleng. Proses kultur Artemia ditunjukkan pada Gambar 23.
3 Hari ke-4 sampai Hari ke-21
Jenis pakan alami sejak larva berumur 4 hari adalah cacing sutera Tubifex sp.. Pasokan cacing sutera setiap hari diperoleh dari 2 orang pemasok cacing
sutera di Kabupaten Bogor. Peralatan yang yang dibutuhkan antara lain: papan penyincang, pisau, gelas ukuran 250 ml, baskom, dan saringan halus.
Langkah awal pemberian pakan cacing sutera adalah cacing sutera ditakar dengan gelas ukuran 250 ml. Kemudian cacing sutera dicacah sesuai dengan
ukuran mulut larva. Tahap selanjutnya adalah pencucian hasil cacahan cacing dengan saringan halus. Hasil cacahan cacing yang telah bersih dicampur air dan
disebar ke setiap akuarium sebanyak 250 ml.
Takaran pakan cacing sutera dan jadwal pemberian pakan berbeda, seiiring umur larva yang bertambah. Pakan Artemia diselingi dengan cacing sutera pada
hari ke-3 sebanyak setengah dari takaran normal dan diberikan 6 jam sebelum umpan cacing. Kebutuhan cacing sutera setiap larva sebanyak 0.0006 ml dimulai
pada hari ke-4. Takaran pakan cacing sutera meningkat pada hari ke-6 sebanyak 1 gelas, hari ke-8 sebanyak 2 gelas, hari ke-11 sebanyak 3 gelas, dan hari ke-15
sebanyak 4 gelas dari hari sebelumnya, sementara takaran pakan cacing tetap pada hari ke-11 sampai hari ke-20.
Peningkatan jumlah pakan diiringi penurunan intensitas pemberian pakan. Umpan diberikan setiap 2 jam sekali pada hari ke-4 sampai hari ke-6. Intensitas
pemberian pakan menurun menjadi 3 jam sekali pada hari ke-7 sampai hari ke-8. Umpan cacing sutera rutin diberikan 4 jam sekali pada hari ke-10 sampai hari ke-
21. Proses ganti air membutuhkan waktu sekitar 6 jam, sehingga intensitas pemberian pakan juga akan menurun. Pakan diberikan 1 kali sekitar 12 jam
setelah proses panen pada hari ke-15 dan hari ke-18, sementara hari ke-21 benih dipuasakan karena seluruh benih dijual. Proses penyincangan dan pencucian
cacing sutera ditunjukkan pada Gambar 24.
B. Manajemen Air
Gambar 23 Kultur Artemia, panen Artemia, naplius Artemia, dan pemberian pakan
Gambar 24 Penyincangan dan pencucian cacing sutera
58 Kontrol air adalah pengecekan pH dengan pH Test dan pengecekan tingkat
kekeruhan air dengan pergantian air maupun penyifonan. Ciri-ciri fisik kualitas air yang buruk adalah pH yang bersifat asam antara 5 dan 6, serta air berwarna
cokelat dan berbau.
Proses ganti air pertama dilakukan pada hari ke-2 setelah proses penetasan telur sebanyak 800 literakuarium atau 100 persen. Jadwal ganti air rutin
dilakukan setiap 2 hari sekali sebesar 38 persen dari volume awal. Selanjutnya tahap pengecekan pH air dengan menggunakan pH Test. Pengecekan
menggunakan pH Test dilakukan sebanyak 2 kali terhadap 1 akuarium sebagai sampel sesudah proses ganti air. Pergantian air sebesar 38 persen dilakukan
sebanyak 8 kali ketika larva berumur 4 hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, 14 hari, 17 hari, dan 20 hari. Proses sortasi dan panen benih ukuran 34 inci pada hari ke-
15, hari ke-18, dan hari ke-21 membutuhkan ganti air sebesar 62.5 persen dari volume awal. Setelah ganti air diberi racikan obat yang terdiri atas: 5 g Elbayou, 5
g Supertetra, 5 g Mr.Fish Probio, dan 7.5 l air untuk seluruh akuarium.
Proses penyifonan dilakukan setiap hari setelah pemberian pakan. Proses penyifonan adalah menempatkan selang sedot di bagian kotoran yang menumpuk
di dasar akuarium dan membuang sebagian air. Alat yang digunakan berupa selang diameter 6 mm dan panjang 1 m. Proses ganti air dan penyifonan dengan
selang dilakukan terlebih dahulu proses penyedotan dan air akan mengalir ke bawah Gambar 25.
2. Pemanenan dan Sortasi Benih
Proses persiapan pengepakan dilakukan mulai 2 hari sebelum pemanenan. Proses persiapan pengepakan antara lain: persiapan bahan baku, pengikatan
kantong plastik, dan pengisian tabung oksigen. Bahan baku yang dibutuhkan adalah plastik ukuran 60 cm x 40 cm, karet, gas oksigen, dan Elbayou. Satu
kantong berisi 1 000 ekor benih dan dibutuhkan 2 buah kantong plastik, 8 buah karet, dan larutan Elbayou sebanyak 50 ml per kantong. Proses pemanenan dan
sortasi benih ukuran 34 inci dilakukan pada hari ke-15, hari ke-18, dan hari ke-21.
Peralatan panen dan sortasi yang dibutuhkan adalah serokan halus, bak fiber bulat, baskom, gelas, selang aerasi, blower kecil, centong, ember grading, dan
selang penyedot air. Langkah pertama adalah air dibuang sebesar 62.5 persen, kemudian benih dijaring dan dipindahkan ke dalam baskom secara hati-hati.
Benih dipindahkan ke bak fiber untuk melewati tahap sortasi.
Proses sortasi merupakan proses seleksi benih berdasarkan pada keseragaman
ukuran dengan
ember grading.
Tujuan sortasi
adalah menyeragamkan ukuran benih dan mengategorikan benih berdasarkan pada grade
dan harga. Pengelompokkan benih, yaitu benih ukuran kurang dari 34 inci dan benih ukuran 34 inci. Benih yang memiliki bobot lebih dari 0.025 g akan
tersangkut di ember grading, sedangkan bobot benih yang kurang dari 0.025 g Gambar 25 Ganti air dan penyifonan
59 keluar dari ember grading dan dikembalikan ke akuarium. Benih yang tidak lolos
tahap seleksi dipelihara di dalam akuarium dengan padat tebar 25 000 ekor per akuarium atau 32 ekor per liter. Pengobatan untuk mengurangi stres dan
mengobati luka-luka dilakukan setelah sortasi dengan racikan obat yang terdiri atas: 5 g Elbayou, 5 g Supertetra, 5 g Mr.Fish Probio, dan 7.5 l air. Larutan obat
dituangkan ke dalam setiap akuarium sebanyak 250 ml.
Proses pengepakan dilakukan beberapa jam sebelum pembeli tiba atau pengiriman langsung ke lokasi pembeli. Apabila jumlah benih yang dikemas
banyak, maka teknik menghitung benih adalah sampling. Sampling merupakan proses menghitung benih sebanyak 1 000 ekor per gelas dengan centong plastik
dan gelas tersebut diberi tanda dengan karet. Setelah seluruh kantong terisi benih, air, dan Elbayou, maka kantong tersebut diisi oksigen secukupnya dan diikat
menggunakan karet sebanyak 2 buah dengan rapat. Proses panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan ditunjukkan pada Gambar 26.
Proses Pembenihan Ikan Patin Siam dengan Teknik Inkubasi Telur Menggunakan Sistem Corong Resirkulasi
Proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi mengalami perubahan mulai dari proses manajemen induk hingga proses
penetasan telur agar derajat penetasan telur dapat mendekati nilai sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen sesuai hasil riset Iswanto dan Tahapari 2010 dengan
menggunakan sistem corong resirkulasi. Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi terdapat dalam Lampiran 2. Teknik
pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Manajemen Induk
Iswanto dan Tahapari 2010 memberikan pakan induk sebesar 2 persen biomassa per hari. Total bobot induk yang dipelihara diperkirakan seberat 1 275
kg atau 1.28 ton. Rata-rata bobot induk betina adalah 3 kg per ekor dan berjumlah 300 ekor, sementara rata-rata bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor dan
berjumlah 150 ekor. Oleh sebab itu, jumlah pemberian pakan ditingkatkan menjadi 26 kg per hari. Jenis pelet yang digunakan tidak berubah karena
kandungan protein antara 31 persen dan 33 persen telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
2. Tahap Persiapan Pemijahan Buatan