Aspek Finansial Kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor
26 dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada data primer dari hasil wawancara
dengan Pasirgaok Fish Farm dan pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten. Pelanggan Pasirgaok Fish Farm merupakan pembudidaya pendederan
benih ikan patin siam ukuran lebih dari 1 inci. Usaha pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila jumlah benih ikan patin siam yang diproduksi memiliki
peluang untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya pendederan karena jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran. Kriteria lainnya
adalah strategi pemasaran didukung dengan bauran pemasaran yang tepat akan menciptakan kepuasan bagi pembeli untuk membeli ulang.
Analisis Aspek Teknis
Analisis kriteria kelayakan aspek teknis ditentukan berdasarkan pada ruang lingkup sebagai berikut:
1. Penilaian lokasi usaha antara lain: letak pasar yang dituju, ketersediaan
tenaga listrik dan air, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, iklim, dan fasilitas transportasi.
2. Skala usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm.
3. Proses pembenihan ikan patin siam dimulai dari manajemen induk sampai
distribusi benih ikan patin siam ukuran 34 inci. Proses pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila kriteria kelayakan teknik pembenihan
ikan patin siam sesuai dengan teori teknik pembenihan ikan patin siam.
4. Layout usaha pembenihan ikan patin siam.
5. Pemilihan jenis teknologi pembenihan ikan patin siam
Analisis Aspek Manajemen
Penilaian aspek manajemen adalah penilaian fungsi manajemen perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan
terhadap sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Pasirgaok Fish Farm. Aspek manajemen usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm
dikatakan layak, apabila pegawai, manajer, dan investor telah menjalankan fungsi manajemen secara tepat sesuai tugas dan keahlian yang dimiliki.
Analisis Aspek Hukum
Aspek hukum dianalisis secara deskriptif meliputi legalitas surat beharga aset usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm. Surat berharga
tersebut antara lain: Kartu Tanda Penduduk KTP pemilik usaha, sertifikat tanah Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor BPKB,
Izin Usaha Perikanan sesuai Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan IMB, dan Surat
Izin Tempat Usaha SITU. Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak, apabila pemilik usaha telah melengkapi surat tersebut.
Analisis Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan
Penilaian aspek sosial dikaji secara deskriptif untuk mengetahui manfaat dan kerugian keberadaan Pasirgaok Fish Farm di Desa Pasirgaok. Penilaian
terhadap aspek lingkungan akan ditinjau dari pengelolaan sisa-sisa limbah dari aktivitas budidaya pembenihan ikan patin siam maupun hubungan antara usaha
pembenihan ikan patin siam dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
27 AMDAL sesuai Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2012. Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak berdasarkan pada aspek sosial, apabila keberadaan
Pasirgaok Fish Farm mengurangi pengangguran, meningkatkan keahlian pembenihan ikan patin siam, dan adanya aktivitas ekonomi di Desa Pasirgaok.
Aspek lingkungan dikatakan layak, apabila usaha tidak menimbulkan pencemaran air dan udara yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Analisis Aspek Finansial Analisis kuantitatif menggunakan metode analisis arus kas untuk
menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm berdasarkan pada aspek finansial. Penilaian kelayakan dengan metode
analisis arus kas menggunakan kriteria investasi. Penilaian kriteria investasi adalah Net Present Value NPV, Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan
Payback Period PP. Analisis finansial lainnya adalah analisis sensitivitas.
Net Present Value NPV
NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis Nurmalina et al.
2009. Pencarian NPV terlebih dahulu harus mencari present value kas bersih dari perhitungan metode analisis arus kas. Usaha dianggap layak, apabila nilai NPV0
atau NPV=0. Artinya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm memberikan keuntungan kepada investor selama umur bisnis menurut nilai
sekarang. Rumus NPV menurut Nurmalina et al. 2009 adalah sebagai berikut:
NPV= B
t-Ct 1+i
t n
t=1
Keterangan: Bt
= Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct
= Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n
= Umur ekonomis bisnis t
= Tahun kegiatan bisnis t=1,2,3,..., n, tahun awal adalah tahun ke-1 i
= Tingkat discount rate persen
1 1+
�
= Discount Factor DF pada tahun ke-t
Net Benefit and Cost Ratio Net BC
Net BC menunjukkan tambahan manfaat yang diberikan ketika terjadi penambahan biaya sebesar satu satuan. Net BC adalah rasio antara manfaat bersih
bernilai positif dan manfaat bersih bernilai negatif Nurmalina et al. 2009. Bisnis dianggap layak, apabila nilai Net BC1 atau Net BC=1. Artinya usaha
pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm mendapatkan tambahan manfaat untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1. Rumus Net
BC menurut Nurmalina et al. 2009 adalah sebagai berikut:
28
Net B
C =
Bt-Ct 1+i
t
n t=1
Bt-Ct 1+i
t
n t=1
Dimana Bt-Ct 0
Bt-Ct 0
Keterangan : Bt
= Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct
= Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n
= Umur ekonomis bisnis t
= Tahun kegiatan bisnis t=1,2,3,..., n, tahun awal adalah tahun ke-1 i
= Tingkat discount rate persen
1 1+
�
= Discount Factor DF pada tahun ke-t
Internal Rate of Return IRR
IRR sebagai alat mengukur tingkat pengembalian hasil investasi Kasmir dan Jakfar 2003. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan dengan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang. Investasi dikatakan layak, jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. Apabila IRR
lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tidak layak dilaksanakan. Pencarian nilai IRR melalui perhitungan nilai NPV dengan suku bunga yang wajar. Suku
bunga ditentukan berdasarkan sumber modal yang digunakan, yakni modal pribadi. Jika hasil NPV positif, maka tingkat suku bunga perlu ditingkatkan tinggi
hingga NPV bernilai negatif. Hasil percobaan ini akan menemukan nilai IRR berada di antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif, yaitu NPV bernilai nol
Ibrahim Y 1997. Perhitungan dilakukan dengan cara coba-coba. IRR menghasilkan nilai NPV=0. Rumus IRR menurut Nurmalina et al. 2009 adalah
sebagai berikut:
IRR= i + NPV
NPV -NPV x
i -i Keterangan
i
1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif i
2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV
1 =
NPV positif NPV
2 =
NPV negatif
Discounted Payback Period PP
Analisis PP digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dapat mengembalikan investasi yang
telah ditanamkan pada tahun awal. Usaha dikatakan layak, jika hasil analisis PP usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm lebih pendek dari
umur bisnis. Discounted payback period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate DR. Rumusnya adalah sebagai berikut:
DPP= I
Ab
�
Keterangan
29 I
= Besarnya investasi yang diperlukan Ab
discounted
= Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahun dan telah dikalikan dengan DR
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan pada data historis Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. Variabel yang telah diketahui adalah penurunan produksi
benih ikan patin siam sebesar 61 persen akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm selama tahun 2013 dan kenaikan harga pakan benih berupa
cacing sutera sebesar 58 persen pada bulan Desember 2012 hingga Januari 2013. Analisis sensitivitas menggunakan perubahan penurunan produksi sebesar 61
persen dilakukan terhadap hasil kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm skenario I. Analisis sensitivitas menggunakan perubahan kenaikan harga pakan
benih sebesar 58 persen dilakukan terhadap hasil kelayakan seluruh skenario skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV.
Analisis switching value digunakan mencari besarnya perubahan maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam yang dapat ditoleransi agar bisnis tetap
layak terhadap hasil kelayakan keempat skenario skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV. Analisis switching value akan menghasilkan nilai NPV sama
dengan nol, Net BC sama dengan 1, dan IRR sama dengan tingkat diskonto.
Asumsi Dasar yang Digunakan Skenario I
1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam seluas 1 360 m
2
. 2.
Lama siklus produksi adalah 330 hari per tahun. 3.
Umur bisnis adalah 8 tahun berdasarkan umur ekonomis dari bangunan hatchery ke-1.
4. Siklus produksi sebanyak 22 siklus per tahun yang terdiri atas: musim hujan
sebanyak 6 siklus dan musim kemarau sebanyak 5 siklus di setiap hatchery. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, sedangkan
musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret BMKG 2012.
5. Perbandingan jumlah induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam
betina yang dipijahkan adalah 2:1. 6.
Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2.
7. Rata-rata bobot induk ikan patin siam betina yang dipijahkan adalah 3 kg
per ekor dan bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor. 8.
Umur afkir induk betina adalah 4 tahun dan umur afkir induk jantan adalah 3 tahun.
9. Kematian induk betina sebanyak 1 ekor per siklus saat musim kemarau.
10. Bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 10 persen dari
bobot induk betina saat musim hujan, sedangkan musim kemarau bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 5 persen dari bobot
induk betina BPBAT Cijengkol Subang.
11. Jumlah telur ikan patin siam per gram adalah 1 200 butir Darmawan dan
Tahapari 2013.
30 12.
Derajat fertilisasi telur ikan patin siam sebesar 91.44 persen ≈ 91 persen Iswanto dan Tahapari 2010.
13. Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 48 persen berdasarkan pada
rata-rata pemijahan Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. 14.
Padat penebaran larva ikan patin siam sebanyak 63 ekor per liter. 15.
Takaran satu sendok makan untuk penebaran larva berisi 10 000 ekor menurut Pasirgaok Fish Farm dan pelaku pembenihan ikan patin di
Kecamatan Ciampea. 16.
Survival rate larva hingga menjadi benih ikan patin siam ukuran 34 inci selama 21 hari sebesar 45 persen saat musim hujan dan 50 persen saat
musim kemarau. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan pada rata-rata survival rate pemijahan musim hujan Oktober-Maret 2013 dan pemijahan musim
kemarau April-September 2013 pada Pasirgaok Fish Farm.
17. Produk yang dijual adalah benih ikan patin siam ukuran 34 inci yang terdiri
atas: 40 persen grade a, 20 persen grade b, dan 40 persen grade c. 18.
Grade a merupakan benih ikan patin siam ukuran 34 inci yang dipelihara selama 15 hari.
19. Grade b merupakan benih ikan patin siam ukuran 34 inci yang dipelihara
selama 18 hari . 20.
Grade c merupakan benih ikan patin siam ukuran 34 inci yang dipelihara selama 21 hari.
21. Harga input produksi merupakan harga rata-rata pada bulan Januari sampai
Maret 2014. 22.
Biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan
oleh investor, sedangkan biaya investasi mesin, perlengkapan penunjang, dan induk menggunakan harga pada tahun 2014.
23. Biaya pemeliharaan mesin sebesar 5 persen per tahun dari nilai beli.
24. Pajak penghasilan disesuaikan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 sesuai pasal 17 ayat 1 b sebesar 25 persen. 25.
Modal usaha berasal dari modal pribadi dengan discount rate sebesar 6.25 persen. Nilai discount rate berdasarkan pada tingkat suku bunga deposito
Bank BNI sebagai tempat pemilik usaha menyimpan uang.
Skenario II
Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual skenario
I. Berikut ini adalah asumsi dasar skenario II: 1.
Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 1 435 m
2
. 2.
Proses pembangunan unit penetasan telur selama 2 bulan dan unit penetasan telur digunakan pada siklus ke-5 tahun ke-1.
3. Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di
hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2. 4.
Kapasitas maksimal telur dalam corong penetasan sebanyak 300 g BPBAT Cijengkol Subang.
5. Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen
Iswanto dan Tahapari 2010. 6.
Padat penebaran larva ikan patin siam sebanyak 88 ekor per liter.
31 7.
Harga komponen biaya investasi unit penetasan telur, mesin, perlengkapan penunjang, biaya tetap, dan biaya variabel skenario II merupakan harga
pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor
sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.
Skenario III
Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual skenario I. Berikut ini
adalah asumsi dasar skenario III: 1.
Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 6 484 m
2
. 2.
Proses pembangunan 4 unit hatchery dan fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga pengoperasian dimulai
pada tahun ke-2. 3.
Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm skenario I.
4. Siklus produksi sebanyak 66 siklus per tahun.
5. Hatchery ke-1, hatchery ke-3, dan hatchery ke-5 menggunakan jumlah
induk ikan patin siam betina sebanyak 11 ekor. 6.
Hatchery ke-2, hatchery ke-4, dan hatchery ke-6 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor.
7. Harga komponen biaya investasi unit pembenihan baru, mesin,
perlengkapan penunjang, biaya tetap, dan biaya variabel skenario III merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas
bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.
Skenario IV
Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi skenario II. Berikut ini adalah
asumsi dasar skenario IV: 1.
Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 5 830 m
2
. 2.
Proses pembangunan 2 unit hatchery, fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya, dan 2 unit penetasan telur membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga
pengoperasian dimulai pada tahun ke-2. 3.
Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 2 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm skenario II.
4. Siklus produksi sebanyak 44 siklus per tahun.
5. Hatchery ke-1 dan hatchery ke-3 menggunakan jumlah induk ikan patin
siam betina sebanyak 11 ekor. 6.
Hatchery ke-2 dan hatchery ke-4 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor.
7. Harga komponen biaya investasi unit pembenihan baru, unit penetasan
telur, mesin, perlengkapan penunjang, biaya tetap, dan biaya variabel skenario IV merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi
fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.
32
Definisi Operasional
1. Usaha pembenihan adalah kegiatan pembiakan ikan yang dilakukan dalam
lingkungan yang terkontrol dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan atau penetesan telur, pemeliharaan larva sampai dengan ukuran benih
untuk tujuan komersial.
2. Pemijahan adalah rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari dari induk
betina dan sperma dari induk jantan. 3.
Survival Rate SR atau sintasan adalah tingkat atau angka kelangsungan hidup ikan selama periode waktu tertentu.
4. Ovulasi adalah keluarnya telur ovum dari kantong telur ovarium.
5. Padat penebaran stocking density adalah jumlah ikan yang dapat
ditanamkan per satuan luas atau volume air tempat pemeliharaan ikan. 6.
Matang gonad pada ikan betina adalah kondisi ikan yang sudah siap untuk dipijahkan yang ditandai oleh diameter telur yang sudah mencapai ukuran
antara 1 dan 1.2 mm, seragam, dan tidak menggumpal bila diberikan larutan sera, inti terlihat berada di pinggir serta warna telur kekuningan. Pada induk
jantan ditandai oleh urogenital yang memerah, bila dilakukan pengurutan pada bagian perut akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu dan
kental.
7. Fekunditas adalah jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot
tubuh. 8.
Gonad adalah bagian organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan.
9. Induk afkir adalah induk yang sudah melewati masa produktif dalam
menghasilkan telur atau sperma atau kualitas dan kuantitas produksi telur menurun.
10. Inkubasi telur adalah tenggang waktu yang diperlukan untuk mengerami
telur sejak telur dibuahi sampai waktu menetas.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Bisnis Perusahaan
Pasirgaok Fish Farm memulai bisnis perikanan budidaya air tawar pada tahun 2009. Pendiri dan investor tunggal Pasirgaok Fish Farm adalah Bapak
Sahban Setioko dengan menggunakan modal pribadi. Selama tahun 2009 hingga akhir tahun 2011, Pasirgaok Fish Farm telah membudidayakan jenis ikan lele,
ikan gurami, dan ikan bawal, namun hasilnya kurang menguntungkan. Bapak Sahban mencari informasi bisnis perikanan budidaya yang permintaannya tinggi.
Hasil pencarian tersebut menemukan bahwa permintaan benih ikan patin cukup besar untuk segmentasi usaha pendederan dan usaha pembesaran ikan patin di
wilayah Sumatera dan Jawa Barat. Pemilihan jenis ikan patin siam karena kemudahan teknik pemijahan buatan menggunakan hormon perangsang,
ketersediaan induk ikan patin siam di Kabupaten Bogor dan sekitarnya, serta pembudidaya pembesaran lebih banyak membudidayakan jenis ikan patin siam.
33 Terdapat dua pertimbangan memilih segmentasi usaha pembenihan ikan
patin siam. Pertimbangan pertama adalah permintaan benih ikan patin siam ukuran 34 inci lebih dari 100 000 ekor per siklus. Pertimbangan kedua adalah
kesesuaian lokasi. Keunggulan lokasi usaha Pasirgaok Fish Farm antara lain: ketersediaan sumber air, lokasi jauh dari pemukiman warga dan perkotaan,
ketersediaan input tenaga kerja, induk cacing sutera di Kabupaten Bogor. Kegiatan pembenihan ikan patin siam di mulai sejak fasilitas hatchery ke-1 selesai
dibangun pada bulan Oktober 2012. Jumlah akuarium ukuran 2 m x 1 m x 0.5 m sebanyak 40 unit. Ukuran akuarium tersebut lebih besar dibandingkan dengan
akuarium pembenih ikan patin lain, yakni 1 m x 0.5 x 0.3 m. Bangunan hatchery ke-2 dan akuarium sebanyak 45 unit beroperasi Pada bulan Agustus 2013
Lokasi Perusahaan
Usaha pembenihan ikan patin siam Pasirgaok Fish Farm menempati lahan seluas 1 360 m
2
dan berlokasi di Desa Pasirgaok Tengah RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Desa Pasirgaok terletak di sebelah Utara Desa
Cimulang, sebelah Timur Desa Bantarjaya, sebelah Selatan Kali Cisadane, dan sebelah Barat Desa Rancabungur Kantor Desa Pasirgaok 2013. Lokasi usaha
dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor melalui jalan aspal sepanjang 1 km menuju ke Jl. Letkol Atang Sanjaya.
Fasilitas Bangunan dan Peralatan Produksi Perusahaan
Terdapat fasilitas bangunan, peralatan mesin, dan perlengkapan penunjang untuk mengoperasikan kegiatan pembenihan ikan patin siam dijelaskan sebagai
berikut:
Fasilitas Bangunan
Fasilitas bangunan merupakan unit pembenihan ikan patin siam yang
dimiliki saat memulai usaha. Jenis fasilitas bangunan adalah sebagai berikut: 1.
Kolam Pemeliharaan Induk
Fasilitas pemeliharaan induk ikan patin siam adalah kolam pemeliharaan induk yang terbuat dari tanah. Sumber air kolam induk berasal dari air sungai di
sekitar lokasi usaha. Peralatan mesin yang dibutuhkan untuk mempercepat proses pengurasan air adalah diesel. Gambar 2 menunjukkan kolam induk dan diesel.
Terdapat 11 unit kolam induk berukuran berbeda dan disekat menggunakan bambu serta jaring, yaitu 4 unit kolam ukuran 8 m x 3 m x 1.5 m, 3 unit kolam
ukuran 5.8 m x 5.5 m x 1 m, 3 unit kolam ukuran 7.5 m x 5 m x 1 m, dan 1 unit kolam ukuran 16 m x 8.5 m x 1.5 m. Kedalaman air kolam induk adalah 1 m
Gambar 2 Kolam induk, pipa inlet, dan mesin diesel
34 untuk mempermudah proses seleksi induk. Jumlah kolam induk yang banyak
berfungsi memisahkan antara indukan yang telah dipijahkan dan indukan yang belum mengalami kematangan gonad. Kolam induk dilengkapi pipa pemasukan
inlet air dan pipa pengeluaran outlet air untuk mempermudah pergantian air. 2.
Sumur Bor Sumur bor berfungsi sebagai sumber air kegiatan pembenihan ikan patin
siam. Kebutuhan air sangat tinggi untuk proses ganti air sebanyak 8 kali per siklus, sortasi, penyifonan, media penetasan Artemia, mencuci cacing sutera, dan
bahan campuran pakan alami. Pasokan air bersih diperoleh dari 2 unit sumur bor yang memiliki kedalaman 40 m. Menurut Lesmana 2002, semakin dalam sumur
yang digali, maka kandungan polutan atau bakteri semakin rendah. Peralatan mesin yang dibutuhkan adalah pompa air tipe Shimizu PC-375 BA dan pompa air
Shimizu tipe PC-250 BIT. Fungsi pompa air tersebut adalah mengalirkan air menuju tandon air yang berjarak 20 m dari sumur bor melalui pipa 1 inci. Gambar
3 menunjukkan jenis pompa air di sumur bor.