Peralatan Mesin dan Perlengkapan Penunjang

47 Purwakarta, dan Tulungagung. Jarak antara pusat pemerintahan Desa Pasirgaok dan ibu kota Kabupaten Bogor adalah 25 km Kantor Desa Pasirgaok 2013, sedangkan jarak dari Kabupaten Bogor ke Provinsi Lampung, Provinsi Palembang, dan Provinsi Banten masing-masing sejauh 379 km, 647.9 km, dan 125.7 km 18 . Jarak Kabupaten Bogor ke Provinsi Riau dan Provinsi Jambi masing-masing sejauh 1 359.9 km dan 923.5 km dapat ditempuh menggunakan pesawat.

2. Ketersediaan Air dan Listrik

Ketersediaan air tanah dan air sungai di lokasi usaha mencukupi. Sumber air bersih diperoleh dari 2 unit sumur bor dan 1 unit sumur gali. Mayoritas masyarakat Desa Pasirgaok menggunakan sumur gali dibandingkan dengan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kantor Desa Pasirgaok 2013. Sumber air kolam induk berasal dari sungai di sekitar lokasi usaha. Ketersediaan air tidak berlebihan dan tersedia sepanjang tahun, sehingga area kolam induk bebas banjir. Wilayah Desa Pasirgaok telah dialiri aliran listrik. Aliran listrik menjadi sarana penting untuk mengoperasikan peralatan mesin setiap siklus antara lain: lampu, blower, dan pompa air. Pemasangan daya listrik unit pembenihan dan mess masing-masing sebesar 1 300 VA. Ketersediaan pasokan listrik ketika listrik padam diperoleh melalui genset berbahan bakar bensin. Tabel 11 Parameter kualitas air sumur gali pada Pasirgaok Fish Farm Parameter Satuan Nilai DO mg l -1 6.1 pH - 5.88 NH 3 mg l -1 0.001 NO 2 mg l -1 1.596 Sumber: Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2014. Hasil analisis uji parameter kualitas air sumur gali di Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Tabel 11 dan diuji oleh Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hasil parameter kualitas air sumur gali layak digunakan karena Pasirgaok Fish Farm merekayasa air tersebut melalui penginapan di tandon air dan kolam treatment dengan aerasi. Analisis parameter kualitas air sumur gali tersebut menggunakan beberapa literatur sebagai berikut: Kandungan oksigen terlarut atau Dissolved Oxigen DO air sumur gali sebesar 6.1 mg l -1 masih berada dalam kisaran optimal kandungan gas oksigen terlarut budidaya ikan patin. Dampak buruk penurunan kadar oksigen terlarut kurang dari 2 mg l -1 bagi kehidupan induk maupun larva adalah menurunnya nafsu makan dan pertumbuhan lambat Mahyuddin 2010. Oksigen berguna untuk proses pembakaran dengan makanan dan menghasilkan energi untuk aktivitas bergerak, tumbuh, dan bereproduksi Lesmana 2002. Nilai pH air sumur gali adalah 5.88 yang menunjukkan bahwa pH air di wilayah tersebut bersifat asam karena pH bernilai kurang dari 7. Nilai pH tersebut masih berada di bawah ambang batas pH optimal budidaya ikan patin antara 6 dan 8.5 BPPI 2013 b . Oleh karena itu, pH air sumur gali dapat ditingkatkan melalui 18 Anonim. http:jaraktempuh.com. Diakses pada tanggal 27 September 2014. 48 proses penginapan di kolam treatment dan penambahan kapur tohor. Menurut Mahyuddin 2010, pH air yang rendah disebabkan oleh peningkatan konsentrasi CO 2 yang meningkatkan kandungan H 2 CO 3 , sehingga proses penginapan air dapat berhubungan langsung dengan udara dan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Kandungan NH 3 kurang dari 0.001 mg l -1 , maka kandungan NH 3 dalam air sumur gali usaha pembenihan ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm masih berada di bawah batas maksimum kandungan NH 3 dalam air yang berbahaya, yakni sebesar 1 mg l -1 . Apabila kandungan NH 3 melebihi 1 mg l -1 akan mengakibatkan penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, kematian, stres, sakit, dan pertumbuhan lambat Lesmana 2002. Kadar NO 2 air sumur gali adalah 1.596 mg l -1 melebihi batas maksimum sebesar 0.1 mg l -1 Mahyuddin 2010. Kandungan NO 2 yang tinggi disebabkan proses nitrifikasi terhambat oleh pH yang rendah dan kandungan oksigen terlarut yang sedikit. Proses rekayasa kualitas air di kolam treatment penting dilakukan untuk menurunkan kadar NO 2 dalam air.

3. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku kegiatan pembenihan ikan patin siam diperoleh dari lokasi yang berbeda antara lain:  Kebutuhan pelet induk, garam ikan, obat-obatan, plastik, dan karet diperoleh dari toko sarana produksi perikanan maupun apotik di sekitar lokasi Jl. Letkol Atang Sanjaya dan sebagian di Pasar Parung.  Kebutuhan reinvestasi perlengkapan penunjang seperti scoopnet, saringan cacing, ember grading, waring, dan lain-lain diperoleh dari Pasar Parung.  Kebutuhan isi ulang tabung oksigen dilakukan di daerah Ciampea.  Kebutuhan cacing sutera diperoleh dari dua pemasok cacing sutera di sekitar wilayah Bogor. Cacing sutera diperoleh dari pinggiran Sungai Ciliwung.  Kebutuhan Artemia, Ovaprim, obat-obatan, dan peralatan yang sulit diperoleh di sekitar Bogor diperoleh melalui internet.  Kebutuhan induk ikan patin siam diperoleh di daerah Cijengkol Subang, Warung Jambu Bogor, dan Sawangan Depok. Pengangkutan induk menggunakan drum bervolume 200 l dan mobil pick up. Penerapan sistem corong resirkulasi usaha pembenihan ikan patin siam membutuhkan ketersediaan bahan baku berupa input produksi dan investasi tambahan antara lain:  Kebutuhan peralatan mesin pompa air, pompa submersible, blower dan perlengkapan penunjang bak fiber bulat dan termometer Hygrometre diperoleh dengan cara online shopping.  Kebutuhan corong penetasan diperoleh dari Bapak Anto asal Gunung Batu, Kabupaten Bogor berdasarkan rekomendasi teknisi di BPBAT Cijengkol Subang.  Kebutuhan rak besi sebagai penyangga corong-corong penetasan dan drum air diperoleh dari bengkel las di Jalan Raya Parung.  Kebutuhan bahan filter ijuk diperoleh di Pasar Parung, sedangkan batok arang, batu karang, dan pasir pantai dari Depo Ikan Hias Cibinong.

4. Ketersediaan Tenaga Kerja

Manajer produksi membutuhkan keahlian teknik pembenihan ikan patin siam, serta pandai mengatur keuangan, sehingga manajer produksi diperoleh dari 49 daerah Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, sebagai kawasan minapolitan. Pegawai berasal dari Desa Pasirgaok dan luar kecamatan. Rencana pengembangan bisnis Pasirgaok Fish Farm melalui tiga skenario membutuhkan penambahan tenaga kerja. Skenario II membutuhkan penambahan 1 orang tenaga kerja yang mampu mengoperasikan sistem corong resirkulasi dan tenaga kerja diperoleh dari Kabupaten Subang. Skenario III melalui ekstensifikasi penambahan 4 unit hatchery membutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 6 orang dan tenaga kerja diperoleh dari Desa Pasirgaok atau wilayah lain di Kabupaten Bogor. Skenario IV melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penambahan 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi membutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

5. Iklim

Menurut Mahyuddin 2010, budidaya ikan patin siam berkembang dengan baik di tempat yang memiliki ketinggian antara 1 m dan 400 m di atas permukaan laut. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh kondisi topografi Desa Pasirgaok, di Kecamatan Rancabungur, yang memiliki ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut Kantor Desa Pasirgaok 2013. Rata-rata suhu udara di Desa Pasirgaok antara 28 C dan 32 C Kantor Desa Pasirgaok 2013 sesuai dengan syarat budidaya ikan patin antara 25 C dan 30 C Mahyuddin 2010.

6. Fasilitas Transportasi

Jenis transportasi kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor, dan truk dapat melewati jalan desa sepanjang 5.2 km Kantor Desa Pasirgaok 2013. Pengiriman jarak jauh menggunakan kapal atau pesawat dengan sistem kargo. Skala Usaha Jumlah akuarium di hatchery ke-1 sebanyak 40 unit dan hatchery ke-2 sebanyak 45 unit. Produksi benih ikan patin siam ukuran 34 inci dari hasil pemijahan di hatchery ke-1 saat musim hujan sebanyak 778 000 ekor per siklus dan hasil pemijahan di hatchery ke-2 sebanyak 849 000 ekor per siklus, sedangkan produksi benih ikan patin siam saat musim kemarau menurun sebesar 44 persen dari kondisi musim hujan. Kapasitas produksi benih ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm setiap bulan saat musim hujan sebanyak 1 627 00 ekor per bulan dan 903 000 ekor per bulan saat musim kemarau. Intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi menyebabkan produksi benih ikan patin siam meningkat sebesar 69 persen per tahun dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Kapasitas produksi benih ikan patin siam setiap bulan skenario II tersebut menjadi 2 745 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 1 525 000 ekor per bulan saat musim kemarau. Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menjadi 6 unit hatchery dan menghasilkan benih ikan patin siam sebanyak 9 762 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 5 418 000 ekor per bulan saat musim kemarau dengan 6 siklus per bulan. Skenario III mengoperasikan 3 unit hatchery saat musim hujan dengan kapasitas 778 000 ekor per siklus dan 3 unit hatchery dengan kapasitas 849 000 ekor per siklus. Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menjadi 4 unit hatchery menyebabkan produksi benih ikan patin siam sebanyak 4 siklus per bulan. Produksi benih ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi menjadi 5 490 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 3 050 000 ekor per bulan saat musim 50 kemarau. Skenario IV mengoperasikan 2 unit hatchery saat musim hujan dengan kapasitas 1 432 000 ekor per siklus dan 2 unit hatchery dengan kapasitas 1 313 000 ekor per siklus. Proses Pembenihan Ikan Patin Siam  Proses Pembenihan Ikan Patin Siam dengan Teknik Inkubasi Telur dalam Akuarium Proses pembenihan ikan patin siam merupakan proses mulai dari manajemen induk, persiapan pemijahan buatan, pemijahan buatan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 34 inci minimum 15 hari dan maksimum 21 hari. Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium terdapat dalam Lampiran 1.

1. Tahap Manajemen Induk

Tahap manajemen induk adalah proses pemeliharaan induk betina dan induk jantan agar menghasilkan telur dan sperma berkualitas. Konstruksi wadah pemeliharaan induk jantan dan induk betina terbuat dari tanah. Sumber air berasal dari air sungai yang mengalir di sekitar lokasi usaha. Tabel 12 Parameter kualitas air kolam induk pada Pasirgaok Fish Farm a Parameter Satuan Kisaran Balai Penelitian Pemuliaan Ikan BPPI a Aktual b Suhu air C 28-31 28-30 pH - 6.5-8.5 5.97 DO mg l -1 3 5.2 NH 3 mg l -1 0.1 0.001 NO 2 mg l -1 1 0.863 a Sumber: BPPI 2013 b ; b Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2014. Tabel 12 menunjukkan kondisi aktual parameter kualitas air kolam induk di Pasirgaok Fish Farm, yakni suhu, oksigen terlarut Dissolved OxigenDO, NH 3 , dan NO 2 telah memenuhi persyaratan kualitas air pemeliharaan induk ikan patin siam yang baik oleh BPPI 2013 b . Namun parameter kualitas air yang perlu diperbaiki adalah nilai pH yang masih berada di bawah kisaran optimal, meskipun menurut Lesmana 2002 titik kematian ikan berada pada saat pH air bernilai 4. Pasirgaok Fish Farm memperbaiki kualitas air kolam induk dengan penambahan kapur pertanian sebanyak 56 g m -2 setiap bulan. Setiap hari indukan diberi pakan berupa pelet pabrikan dengan kandungan protein antara 31 persen dan 33 persen dengan merek Hi Pro-Vite 781. Kandungan protein dalam pelet tersebut telah sesuai standar pakan induk menurut SNI: 01-6483.4-2000, yakni kandungan protein antara 28 persen dan 35 persen BSN 2000 c . Dosis pakan induk sebanyak 3 kg per hari dan diberikan setiap pagi dan sore hari. Pelet dicampur vitamin Selplex 2000 sebanyak 18 g dan air secukupnya. Pakan keong mas yang matang diberikan setiap 3 hari sekali.

2. Tahap Persiapan Pemijahan Buatan

Tahap persiapan pemijahan buatan merupakan proses sterilisasi hatchery dan peralatan pemijahan. Tahapan persiapan pemijahan buatan sebagai berikut:  Sterilisasi Hatchery dan Peralatan Pemijahan 51 Proses sterilisasi adalah membersihkan akuarium, peralatan aerasi, dan hatchery dengan cara dikuras, digosok, dikeringkan, dan disemprot dengan disinfektan kimia. Proses sterilisasi dilakukan pada hari ke-1 atau beberapa jam sebelum proses seleksi induk. Bahan disinfektan kimia antara lain: 6 g bubuk Unides dan 50 ml larutan Formalin. Setiap bahan dilarutkan dengan 5 l air, lalu disemprotkan dengan sprayer ke dalam akuarium maupun peralatan aerasi. Tahapan selanjutnya adalah pengisian air ke dalam akuarium pada hari ke-2. Air sebagai media penetasan telur perlu penanganan khusus. Kontrol terhadap air antara lain: suhu air antara 26 C dan 28 C, ketinggian air setinggi 25 cm, dan pH air 7. Kandungan oksigen terlarut air kolam treatment sebanyak 6.6 mg l -1 dijaga melalui penambahan aerasi dan filtrasi. Media penetasan telur diberi larutan Elbayou sebanyak 5 g yang telah dilarutkan dengan 750 ml air. Gambar 16 menunjukkan proses sterilisasi hatchery. Tabel 13 Parameter kualitas air kolam treatment pada Pasirgaok Fish Farm Parameter Satuan Nilai DO mg l -1 6.6 pH - 6.06 NH 3 mg l -1 0.001 NO 2 mg l -1 0.047 Sumber: Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2014. Tabel 13 menunjukkan parameter kualitas air sumur bor dan sumur gali yang telah mengalami rekayasa peningkatan kualitas air di dalam kolam treatment. Kandungan oksigen terlarut Dissolved OxigenDO dalam air sebanyak 6.6 mg l -1 cukup tinggi. Kandungan oksigen terlarut tersebut berada dalam kisaran optimal antara 5 mg l -1 dan 7 mg l -1 Mahyuddin 2010. Kandungan oksigen tersebut baik untuk meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan larva Mahyuddin 2010. Nilai pH air adalah 6.06 masih rendah di bawah kisaran antara 6.5 dan 8.5 untuk budidaya ikan patin yang baik Mahyuddin 2010, akan tetapi pH tersebut berada di atas 5.5 yang merupakan batas minimum ikan masih berperilaku normal Lesmana 2002. Kandungan NH 3 dan NO 2 yang beracun bagi ikan berada di bawah batas 1 mg l -1 yang merupakan batas maksimum untuk budidaya ikan patin siam yang baik.  Seleksi Induk Proses seleksi induk adalah tahap penangkapan induk jantan dan induk betina di kolam berdasarkan kriteria fisik induk yang telah matang gonad. Ciri fisik induk betina yang matang gonad antara lain: perut buncit ke arah anus dan Gambar 16 Sterilisasi hatchery