Tahap Pemijahan Buatan Kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor

59 keluar dari ember grading dan dikembalikan ke akuarium. Benih yang tidak lolos tahap seleksi dipelihara di dalam akuarium dengan padat tebar 25 000 ekor per akuarium atau 32 ekor per liter. Pengobatan untuk mengurangi stres dan mengobati luka-luka dilakukan setelah sortasi dengan racikan obat yang terdiri atas: 5 g Elbayou, 5 g Supertetra, 5 g Mr.Fish Probio, dan 7.5 l air. Larutan obat dituangkan ke dalam setiap akuarium sebanyak 250 ml. Proses pengepakan dilakukan beberapa jam sebelum pembeli tiba atau pengiriman langsung ke lokasi pembeli. Apabila jumlah benih yang dikemas banyak, maka teknik menghitung benih adalah sampling. Sampling merupakan proses menghitung benih sebanyak 1 000 ekor per gelas dengan centong plastik dan gelas tersebut diberi tanda dengan karet. Setelah seluruh kantong terisi benih, air, dan Elbayou, maka kantong tersebut diisi oksigen secukupnya dan diikat menggunakan karet sebanyak 2 buah dengan rapat. Proses panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan ditunjukkan pada Gambar 26.  Proses Pembenihan Ikan Patin Siam dengan Teknik Inkubasi Telur Menggunakan Sistem Corong Resirkulasi Proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi mengalami perubahan mulai dari proses manajemen induk hingga proses penetasan telur agar derajat penetasan telur dapat mendekati nilai sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen sesuai hasil riset Iswanto dan Tahapari 2010 dengan menggunakan sistem corong resirkulasi. Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi terdapat dalam Lampiran 2. Teknik pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi adalah sebagai berikut:

1. Tahap Manajemen Induk

Iswanto dan Tahapari 2010 memberikan pakan induk sebesar 2 persen biomassa per hari. Total bobot induk yang dipelihara diperkirakan seberat 1 275 kg atau 1.28 ton. Rata-rata bobot induk betina adalah 3 kg per ekor dan berjumlah 300 ekor, sementara rata-rata bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor dan berjumlah 150 ekor. Oleh sebab itu, jumlah pemberian pakan ditingkatkan menjadi 26 kg per hari. Jenis pelet yang digunakan tidak berubah karena kandungan protein antara 31 persen dan 33 persen telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.

2. Tahap Persiapan Pemijahan Buatan

 Sterilisasi Hatchery, Unit Penetasan Telur, dan Peralatan Pemijahan Unit penetasan telur perlu disterilisasi, yakni mencuci dan mengeringkan corong-corong penetasan, wadah penampungan larva, wadah panen larva, dan bak filter beserta komponen bahan filter dengan cara dijemur. Corong-corong penetasan diberi bubuk Kalium Permanganat sebanyak 20 ppm 20 mg l -1 selama Gambar 26 Panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan 60 30 menit untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri Khairuman dan Sudenda 2009. Langkah selanjutnya mengisi air bersih dari kolam treatment menuju ke bak filter. Pompa air dinyalakan untuk mengecek kinerja sistem resirkulasi air selama 24 jam. Proses sterilisasi unit penetasan telur dilakukan pada hari kedua sejak siklus dimulai.  Seleksi Induk Jumlah seleksi induk betina adalah 11 ekor per siklus untuk pemijahan di hatchery ke-1 dan 12 ekor per siklus untuk pemijahan di hatchery ke-2. Alasan penggunaan jumlah induk betina sebanyak 11 ekor per siklus dan 12 ekor per siklus selain batas minimum seleksi induk betina adalah penyesuaian kapasitas maksimum pemeliharaan larva di hatchery ke-1 sebanyak 2 800 000 ekor per siklus dan 3 150 000 ekor per siklus di hatchery ke-2 dengan padat penebaran larva sebanyak 88 ekor per liter.  Pemberokan Proses pemberokan adalah mempuasakan induk sebelum disuntik selama 6 jam. Induk jantan dan induk betina dipisahkan agar proses penangkapan induk lebih mudah, sehingga ovulasi induk betina tidak terlambat.

3. Tahap Pemijahan Buatan

 Penyuntikan Hormon Induk yang telah diberokan terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui dosis hormon yang dibutuhkan. Penyuntikan pertama dengan hormon Chorulon sebanyak 500 IU kg -1 bobot induk betina. Penyuntikan kedua menggunakan Ovaprim dengan dosis 0.6 ml kg -1 bobot induk betina. Penyuntikan induk jantan menggunakan Ovaprim dengan dosis 0.2 ml kg -1 induk dan waktu penyuntikan induk jantan dilakukan bersamaan saat penyuntikan kedua induk betina Iswanto dan Tahapari 2010. Selang waktu antara penyuntikan pertama dan penyuntikan kedua adalah 24 jam.  Inkubasi Induk Inkubasi induk pertama merupakan proses menunggu induk betina mendapat giliran penyuntikan kedua dengan Chorulon selama selang waktu 24 jam. Inkubasi induk kedua adalah proses menunggu induk betina dan induk jantan memasuki masa waktu ovulasi selama 10 jam.  Stripping dan Pembuahan Buatan Menurut Mahyuddin 2010 dan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan 2011 b , teknologi pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi menerapkan metode pembuahan sistem basah. Pembuahan basah adalah mengeluarkan sperma terlebih dahulu dan dicampur dengan NaCl dan dilanjutkan dengan mengeluarkan telur untuk dicampur dengan larutan sperma. Stripping pertama bertujuan mengeluarkan sperma induk jantan langsung ditampung dalam botol yang telah berisi larutan 0.9 persen NaCl fisiologis buatan PT Widatra Bhakti dengan perbandingan volume sperma dan volume NaCl fisiologis sebanyak 1:5 Iswanto dan Tahapari 2010. Sperma dan larutan NaCl fisiologis dicampur merata dan disimpan pada suhu antara 0 C dan 5 C BPPI 2013 b . Stripping kedua bertujuan mengeluarkan telur dari induk betina dan dicampur larutan sperma dengan cara diaduk sekitar 1 menit. Kumpulan telur ditimbang untuk mengetahui bobot telur. Selanjutnya kumpulan telur dicampur dengan larutan sperma. Setiap 100 g telur dibuahi oleh 20 ml larutan sperma Mahyuddin 2010. Aktivasi proses pembuahan menggunakan air mineral Aqua 61 buatan PT Tirta Investama Iswanto dan Tahapari 2010 secukupnya dan diaduk sekitar 1 menit. Lalu kumpulan telur dicuci dan dibilas hingga bersih. Penghilang daya rekat menggunakan larutan lumpur tanah liat. Lumpur tanah yang telah dibersihkan dicampur dengan air mendidih. Larutan tanah liat terdiri atas 1 kg tanah liat dan 2 l air. Setiap 100 ml larutan tanah liat yang telah disaring digunakan untuk 200 g telur Slembrouck et al. 2005. Tujuannya adalah memisahkan telur yang saling menempel dan diaduk hingga merata dengan bulu ayam. Kemudian telur dibilas dengan air sampai bersih.

4. Tahap Penetasan Telur