Tabel 12. Curah Hujan di Perkebunan Afdeling Rajamandala
BLN 2004
2005 2006
2007 2008
2009 HH MM
HH MM
HH MM
HH MM
HH MM
HH MM
Jan 11
2957 8
387 20
274 8
208 7
178 31
317 Feb
10 2845
10 452
15 261
14 245
14 250
10 155
Mar 8
235 9
344 9
129 6
56 5
131 12
253 Apr
9 2875
13 377
11 275
15 366
8 112
6 90
Mei 13
333 2
30 8
470 9
51 5
140 5
220 Jun
1 235
6 201
3 110
6 102
2 10
- -
Jun 1
255 7
135 3
25 1
20 TTU -
- -
Agst 1
11 2
102 2
102 TTU -
9 15
- -
Sept 3
66 5
174 5
174 1
25 3
10 -
- Okt
3 445
6 199
3 80
10 225
12 154
- -
Nov 11
188 9
200 10
136 18
287 19
280 -
- Des
9 2215
14 965
17 342
15 196
11 211
- -
80 12660 91
3566 106 2378
103 1781 95
1491 64 1035
Sumber : Arsip Perkebunan Afdeling Rajamandala
Keterangan: sampai dengan Mei 2009 TTU = Tak terukur
Curah hujan dihitung dengan menggunakan alat yang berasal dari Badan Meteorogi dan Geofisika Jawa Barat. Adapun curah hujan yang tidak terukur
TTU terjadi karena jumlah tetasan yang terdapat pada alat tidak dapat dihitung berdasarkan skala yang ada. Hal itu terjadi karena hari hanya mengalami hujan
dengan curah yang kecil. Selain curah hujan, iklim juga salah satu faktor yang memengaruhi
aktivitas budidaya. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidh-Ferguson, perkebunan Rajamandala termasuk tipe iklim B dengan perbandingan antara
bulan kering dan bulan basah sebesar 17,5 persen. Daerah bertipe iklim B merupakan daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
5.4. Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Perkebunan Rajamandala pada awalnya merupakan areal tanaman karet yang kemudian dikonversi menjadi areal tanaman kakao secara bertahap mulai
tahun 1977. Pada setiap satu hektar lahan, jumlah tanaman kakao adalah 1250
pohon. Oleh karena itu, jarak tanaman yang diaplikasikan adalah 4 meter arah Timur Barat dan 2 meter arah Utara Selatan. Namun, pada lahan miring, jarak
tanaman yang diberlakukan adalah 3 x 2 meter. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat kuat terhadap ancaman tanah longsor. Selain itu, pada areal yang
kemiringannya mencapai 45 derajat dibuatkan terassering yang tidak terpaku pada arah tertentu.
Luas areal tanaman kakao adalah 435,38 hektar dengan tahun tanam yang bervariasi dimulai dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1991. Oleh karena itu,
pada tahun 2009, tanaman kakao yang ada di areal perkebunan sudah merupakan Tanaman Menghasilkan TM semua. Adapun luas areal setiap tanaman kakao per
tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Luas Areal Tanaman Kakao Perkebunan Rajamandala Tahun Tanam
Luas Areal Ha Pohon Pokok
Jumlah Pohon Pohon per ha
1977 50.47
32,898 652
1978 40.08
27,041 675
1979 65.85
38,711 588
1982 30.00
20,576 686
1986 49.62
44,326 893
1987 31.50
16,123 512
1989 43.01
38,485 895
1990 90.01
59,030 656
1991 34.84
12,729 365
Jumlah Areal 435.38
289,919 666
Sumber : Arsip Perkebunan afdeling Rajamandala
Luas areal konsesi perkebunan Rajamandala per 1 Mei 1997 adalah 549.70 hektar. Areal ini terdiri dari luas areal tanaman kakao sendiri, Hutan Tanaman
Industri HTI, emplasement yang terdiri dari perumahan, pabrik, kantor, dan sarana olahraga, serta luas areal cadangan yang terdiri dari areal konversi, areal
reboisasi hutan, jurang, dan daerah areal sungai. Tabel 14 menunjukkan luas areal konsesi perkebunan Rajamandala.
Tabel 14. Luas Areal Konsesi Perkebunan Afdeling Rajamandala 2009 Keterangan
Luas Areal
Tanaman Kakao 435.38
Emplasement 10.02
Sekolah 0.22
Tidak Produktif 24.61
HTI karet dan pinus 41.61
Cadangan 38.08
Jumlah Areal 549.92
Sumber : Arsip Kantor Bagian Tanaman Perkebunan Afdeling Rajamandala
Jenis tanaman kakao yang dibudidayakan oleh perkebunan afdeling Rajamandala adalah jenis kakao Bulk yaitu Upper Amazone Hybrid UAH. Benih
didatangkan dari Pusat Penelitian Perkebunan Jember PPPJ Jawa Timur dan Perkebunan Tanjung Morawa PT Perkebunan II di Medan, Sumatera Utara.
5.5. Aktivitas Perkebunan Afdeling Rajamandala