yang hilang dari produsen adalah sebesar ACB dan dari konsumen adalah sebesar ABE. Kehilangan efisiensi dapat dilihat dari perbandingan antara penongkatan
nilai output dengan meningkatnya ongkos produksi dan meningkatnya keinginan konsumen untuk membayar.
3.1.3. Matriks Kebijakan Pemerintah Policy Analisis Matriks
Menurut Monke dan Pearson 1989, PAM Policy Analisis Matriks adalah alat yang digunakan untuk menganalisis pengaruh intervensi pemerintah
dan dampaknya pada sistem komoditas. Sistem komoditas meliputi empat aktivitas yaitu aktivitas usahatani farm production, penyampaian dari usahatani
ke pengolah, pengolahan, dan pemasaran. Metode PAM dapat digunakan untuk mengidentifikasi tiga hal, yaitu analisis keuntungan Privat dan Sosial, analisis
dayasaing keunggulan komparatif dan kompetitif, serta analisis dampak kebijakan pemerintah.
PAM terdiri dari tiga baris dan empat kolom. Baris pertama untuk mengestimasi keuntungan privat yaitu perhitungan penerimaan dan biaya
berdasarkan harga berlaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh semua kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar. Baris kedua untuk
mengestimasi keunggulan ekonomi atau dayasaing dalam keunggulan komparatif. Istilah ekonomi mengacu pada peneimaan dan biaya berdasarkan harga efisien
dimana kegagalan pasar dan intervensi pemerintah tidak ada. Baris ketiga merupakan selisih antara baris pertama dan baris kedua yang menggambarkan
adanya divergensi akibat adanya kebijakan pemerintah. Matriks PAM juga terdiri dari 4 kolom yang secara berurutan terdiri dari kolom penerimaan, kolom biaya
input tradable, kolom biaya input domestik, dan kolom keuntungan yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam metode PAM, diantaranya : 1.
Perhitungan berdasarkan harga privat privat cost yaitu harga yang benar- benar terjadi dan diterima oleh produsen dan konsumen atau harga yang
benar-benar terjadi setelah adanya kebijakan.
2. Perhitungan berdasarkan harga sosial social cost atau harga bayangan
shadow price yaitu harga pada kondisi pasar persaingan sempurna atau harga yang terjadi apabila tidak ada kebijakan.
3. Output bersifat tradable dapat diperdagangkan dan input dapat dipasarkan
ke dalam komponen asing dan domestik. 4.
Eksternalitas positif dan negatif dianggap saling meniadakan Eksternalitas=0.
Selain itu analisis metode PAM juga memiliki beberapa kelebihan daintaranya :
1. Analisis PAM adalah perhitungan yang dapat dilakukan secara keseluruhan,
sistematis, dan output dapat beragam. 2.
Analisis dapat digunakan pada sistem komoditas dengan berbagai daerah, berbagai tipe usahatani dan teknologi.
Matriks analisis kebijakan lebih jelasnya tersaji pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Matriks Analisis Kebijakan PAM
Uraian Penerimaan
Output Biaya Input
Keuntungan Tradable
Non tradable Harga Privat
A B
C D
Harga Sosial E
F G
H Dampak Kebijakan
I J
K L
Sumber: Monke and Pearson, 1989
Keterangan : A : Penerimaan Privat
G : Biaya Input non tradable Sosial
B : Biaya input Tradable Privat H
: Keuntungan Sosial C : Biaya input non tradable Privat I
: Transfer Output D : Keuntungan Privat
J : Transfer input Tradable
E : Penerimaan Sosial K
: Transfer Faktor F : Biaya input tradable Sosial
L : Laba Bersih
Analisis Keuntungan 1.
Keuntungan Privat PP
PP = D = A – B – C Jika keuntungan privat lebih besar atau sama dengan nol menunjukkan bahwa
secara privat pengusahaan suatu komoditas layak untuk diteruskan. Begitu
juga sebaliknya, jika nilainya kurang dari nol maka komoditas tersebut tidak layak diteruskan karena dapat menimbulkan kerugian.
2. Keuntungan Sosial PS
PS = H = E – F – G Jika nilai keuntungan sosial lebih dari satu atau sama dengan nol
menunjukkan bahwa secara ekonomi pengusahaan suatu komoditas dapat dilanjutkan. Begitu juga sebaliknya, jika nilainya kurang dari nol maka
komoditas tersebut tidak layak diteruskan karena dapat menimbulkan kerugian.
Analisis Efisiensi Keunggulan Komparatif dan Kompetitif 1.
PCR Rasio Biaya Privat
C Biaya Input Non Tradable Privat
PCR = =
A – B Penerimaan Privat – Biaya Input Tradable privat
Suatu komoditas mempunyai keunggulan kompetitif jika nilai PCR-nya lebih kecil dari satu. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan nilai tambah sebesar
satu satuan, diperlukan tambahan biaya faktor domestik yang dikeluarkan lebih kecil dari satu satuan.
2. DRC Rasio Biaya Sumber Daya
G Biaya Input Non Tradable Sosial
DRC = =
E – F Penerimaan Sosial – Biaya Input Tradable Sosial
Suatu usaha tani memiliki keunggulan komparatif jika nilai DRC lebih kecil dari satu. Hal ini berarti bahwa pengusahaan komoditas tertentu mempunyai
efisiensi secara ekonomi dalam pengalokasian sumberdaya atau memiliki
keunggulan komparatif. Dampak Kebijakan Pemerintah
1. Kebijakan Output
a Transfer Output TO
TO = I = A – E
Menunjukkan kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output yang menyebabkan harga output privat dan sosial berbeda. Nilai Transfer
Output menunjukkan besarnya intensif masyarakat terhadap produsen. Nilai TO yang positif berarti masyarakat harus membeli dengan harga
yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya dibayarkan, dan produsen menerima harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya diterima.
b Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO
A Penerimaan Privat
NPCO = =
E Penerimaan Sosial
NPCO digunakan untuk mengukur dampak insentif kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output yang diukur dengan
harga privat dan sosial. Jika nilai NPCO lebih kecil dari satu menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang menghambat ekspor output yang
berupa subsidi negatif pajak.
2. Kebijakan Input
a Transfer Input TI
TI = J = B – F Nilai TI yang positif menunjukkan kebijakan pemerintah pada input
tradable menyebabkan keuntungan yang
diterima lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai TI negatif menunjukkan
keuntungan yang diterima secara privat lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan.
b Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
B Biaya Input tradable Privat
NPCI = =
F Biaya Input tradable Sosial
Nilai NPCI lebih besar dari satu menunjukkan adanya proteksi terhadap produsen input, sementara sektor yang menggunakan input tersebut akan
dirugikan dengan tingginya biaya produksi. Jika nilai NPCI lebih kecil dari satu berarti menunjukkan adanya hambatan ekspor input sehingga
produksi menggunakan input lokal.
c Transfer Faktor TF
TF = K = C – G Nilai TF menunjukkan besarnya subsidi terhadap input non tradable. Jika
nilai TF positif berarti terdapat subsidi negarif pada input non tradable. Jika nilai TF negatif berarti terdapat subsidi positif pada input non
tradable .
3. Kebijakan Input-Output
a Koefisien Proteksi Efektif
A – B Penerimaan Privat – Biaya Input Tradable Privat
EPC = =
E – F Penerimaan Sosial – Biaya Input Tradable Sosial
Nilai EPC menggambarkan arah kebijakan pemerintah apakah bersifat melindungi ataukah menghambat produksi domestik secara efektif. Nilai
EPC lebih besar dari satu menunjukkan tingginya proteksi pemerintah dalam sistem produksi kakao, sedangkan nilai EPC kurang dari satu berarti
proteksi pemerintah terhadap sistem produksi kakao sangat rendah.
b Tingkat Proteksi Efektif EPR
EPR = EPC – 1 x 100 Nilai EPR menunjukkan tingkat persentasi kebijakan yang diterapkan pada
input dan output.
c Transfer Bersih TB
TB = L = D – H TB digunakan untuk melihat ketidakefisienan dalam sistem produksi. Jika
nilai TB lebih besar dari nol, maka nilai tersebut menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang
dilakukan pada input dan output. Nilai TB yang lebih kecil akan menunjukkan keadaan yang sebaliknya.
d Koefisien Keuntungan PC
D Keuntungan Privat
PC = =
H Keuntungan Sosial
Nilai PC kurang dari satu menunjukkan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil jika
dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Sebaliknya, nilai PC lebih dari satu berarti kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima
oleh produsen lebih besar.
e Rasio Subsidi bagi Produsen SRP
L Transfer Bersih
SRP = =
H Keuntungan Sosial
Nilai SRP yang negatif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebih
kecil dari biaya imbangan untuk berproduksi. Sebaliknya, nilai SRP yang positif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini
menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi.
3.1.4. Harga Bayangan Social Opportunity Cost