4.7. Metode Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan produktivitas, harga kakao, dan kurs mata uang rupiah terhadap
dayasaing komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala. Simulasi kebijakan dilakukan berdasarkan perubahan harga-harga input, harga output
maupun faktor lainnya yang berpengaruh terhadap dayasaing kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mensubstitusi
kelemahan metode Policy Analysis Matrix yang hanya memberlakukan satu tingkat harga padahal dalam keadaan sebenarnya harga tersebut sangat variatif.
Ada alasan yang mendasari pemilihan tiga faktor yang masuk dalam analisis sensitivitas. Faktor pertama yaitu harga kakao pada faktanya cenderung
fluktuatif dari waktu ke waktu. Faktor produktivitas dimasukkan ke dalam asumsi sensitivitas karena lima tahun terakhir perkebunan Afdeling Rajamandala
mengalami penurunan produksi. Kurs nilai mata uang merupakan faktor yang perlu masuk dalam analisis sensitivitas karena kurs mata uang cenderung
fluktuatif dari waktu ke waktu bahkan dalam waktu yang relatif cepat. Adapun alasan yang mendasari pemilihan seberapa besar faktor tersebut berubah
dikemukakan dalam kerangka pemikiran operasional. Adapun asumsi perubahan faktor dalam analisis sensitivitas seperti yang
tercantum pada kerangka pemikiran sebelumnya adalah pelemahan nilai mata uang rupiah Depresiasi sebesar 10 persen, penguatan nilai mata uang rupiah
Apresiasi sebesar 10 persen, Penurunan produksi kakao kering yang dihasilkan sebesar 10 persen, peningkatan produksi kakao kering sebesar 10 persen, harga
kakao menurun sebesar 5 persen, harga kakao meningkat sebesar 15 persen.
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Sejarah Perkebunan Afdeling Rajamandala
Perkebunan Afdeling Rajamandala memiliki historis yang penting untuk diketahui karena mengalami dinamika identitas dari waktu ke waktu. Pada
awalnya, yaitu antara tahun 1902 sampai dengan 1957 perkebunan Rajamandala masih dikuasai oleh pengusaha Belanda yang bernama NV Tiedeman Van
Kerchem. Pada tahun 1957 perkebunan diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan kemudian diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara PPN Karet XII.
Berdasarkan namanya, dapat diketahui bahwa perkebunan rajamandala saat itu masih ditanami oleh komoditas karet bukan komoditas kakao seperti yang
diusahakan saat ini. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1968, PPN Karet XII
diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan PNP XII. Hal ini berlaku sampai dengan tahun 1971.
Perubahan kembali terjadi dengan dikeluarkannya peraturan baru yaitu PP No. 25 tahun 1971 yang mengharuskan penggantian nama baru bagi PNP XII
menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan PTP XII. Perubahan tersebut disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. JA.518215 tanggal 13
Oktober 1971 dan Perkebunan Rajamandala kemudian berada di bawah PTP XII Rayon III C.
Pada tahun 1976 Perkebunan Rajamandala kemudian digabung dengan perkebunan Vada dengan tujuan meningkatkan efisiensi kerja. Perkebunan Vada
sendiri berdiri sejak tahun 1928. Perkebunan Vada pada saat digabung juga berstatus PTP. Sejak bergabungnya dua perkebunan tersebut, tanaman karet
diganti secara bertahap dengan tanaman kakao berjenis Upper Amazone Hybrid UAH. Pengkonversian tanaman karet kepada kakao adalah berdasarkan analisis
prospek kakao di masa yang akan datang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tanggal 11 Februari 1996 PTP
XI, XII, dan XIII digabung menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII. Pada saat itu ada 34 PTP yang tersebat di seluruh Indonesia. Kemudian terjadi restrukturisasi
untuk tujuan efisiensi perusahaan.
Pada tahun 1997, kebun Rajamandala dikelompokkan berdasarkan pewilayahan administratif. Afdeling Rama I dan Rama II atau afdeling
Rajamandala masuk ke dalam wilayah Perkebunan Panglejar yang berada di Kabupaten Bandung sedangkan Afdeling Vada dan Pangkalan berada di bawah
Perkebunan Gedeh yang berada di Kabupaten Cianjur. Perubahan terakhir yang terjadi adalah berpindahnya perkebunan afdeling Rajamandala dari perkebunan
panglejar ke perkebunan cikumpay tertanggal 1 April 2009.
5.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan