Aktivitas Budidaya Aktivitas Perkebunan Afdeling Rajamandala

5.5.1. Aktivitas Budidaya

Untuk menganalisis lebih jauh mengenai biaya yang dikeluarkan oleh Afdeling Rajamandala, terlebih dahulu sangat penting untuk mengkaji aktivitas perkebunan sebagai alasan bagaimana sejumlah biaya muncul. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2009, aktivitas budidaya dan pengolahan kakao yang dilakukan Afdeling Rajamandala adalah sebagai berikut.

1. Bales Jalan Pengerasan Jalan

Jalan yang telah dibuat tidak akan selalu dalam kondisi yang baik. Seiring dengan berjalannya waktu, jalan yang digunakan sebagai sarana penghubung antara areal yang satu dengan areal yang lainnya pasti mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi terutama pada saat musim hujan. Oleh karena itu, diperlukan upaya antisipasi kerusakan ataupun perbaikan jalan agar dapat tetap digunakan dan berfungsi dengan baik. Adapun definisi dari pengerasan jalan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan jalan atau memperbaiki jalan. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperkuat jalan agar dapat dilalui oleh kendaraan sehingga transportasi seperti pengangutan pupuk dan pengangkutan hasil panen dapat berjalan dengan lancar. Bahan yang dipakai untuk mengeraskan jalan adalah batu pecah sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain cangkul, garpu tanah, palu pemecah batu, balincong , dan meteran. Spesifikasi dari pengerasan jalan adalah menempatkan batu pada jalan yang rusak atau anjlok karena air hujan atau karena kerusakan lainnya. Batu disusun dengan rapi di kiri dan kanan jalan dengan lebar 75 cm dan tinggi 25 cm. Rotasi pekerjaan ini adalah satu kali dalam setahun biasanya pada musim kemarau yaitu antara bulan Agustus, September, dan Oktober sebagai persiapan menjelang musim hujan.

2. Pemeliharaan Jalan

Selain pengerasan jalan, pekerjaan lain yang penting dilakukan agar jalan dapat berfungsi dengan baik adalah pemeliharaan jalan. Spesifikasi dari pekerjaan pemeliharaan jalan antara lain memotong atau menghilangkan rumput yang tumbuh, menutup lubang dengan tanah, memperbaiki balasan, dan memperlancar saluran pembuangan air agar jalan tidak tergenang. Alat yang digunakan pada pemeliharaan jalan adalah parang, cangkul, dan garpu tanah. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah tanah dan batu bekas balasan yaitu batu yang ditempatkan di pertengahan jalan pada awal jalan tersebut dibuat. Rotasi kegiatan ini adalah enam kali dalam setahun.

3. Pembuatan Saluran Air

Definisi dari pekerjaan pembuatan saluran air adalah pembuatan suatu saluran untuk mengalirkan atau menampung curahan air hujan ke kantong air yang telah disediakan. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menjaga agar jalan tetap kering sehingga trasnportasi tetap lancar. Spesifikasi dari pembuatan saluran air ini adalah mencangkul tanah di bagian kiri dan kanan jalan dengan lebar 20 cm, mengeluarkan sampah yang ada pada saluran tersebut, dan membabad rumput pada benteng saluran air parit. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Rotasi pekerjaan ini adalah dua kali dalam setahun yaitu menjelang dan sesudah musim hujan.

4. Penyiangan Gawang manual

Definisi dari penyiangan gawang adalah membuang gulma atau rumput yang terdapat pada gawangan agar tidak terjadi persaingan dengan tanaman kakao yang dibudidayakan. Tujuan dari penyiangan gawang adalah mengoptimalkan pertumbuhan kakao. Penyiangan gawang yang dilakukan oleh Afdeling Rajamandala adalah dengan cara manual. Adapun alat yang digunakan untuk penyiangan gawang secara manual adalah parang. Spesifikasi dari penyiangan gawang adalah memotong rumput atau babadan hingga setinggi 5 – 10 cm. Rotasi penyiangan gawang adalah empat kali per tahun.

5. Pengamatan Hama dan Penyakit

Definisi dari pekerjaan pengamatan hama dan penyakit adalah mengidentifikasi gejala serangan hama dan penyakit pada saat dini agar tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada tanaman kakao. Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang disebakan oleh serangga, tunggau, atau mamalia. Penyakit adalah organisme pengganggu yang diakibatkan oleh mikroorganisme berupa jamur, bakteri, atau virus. Adapun hama yang sering menyerang tanaman kakao adalah Penggerek Buah Kakao PBK, Helopeltis sp, Ulat Jengkal, Penggerek Batang, dan Lege Apogonia destructor. Sedangkan penyakit yang menjangkiti tanaman kakao antara lain penyakit busuk buah Phytopthora, jamur akar, dan jamur upas. Pekerjaan pengamatan hama dan penyakit di Afdeling Rajamandala dilakukan dengan metode yang simple. Alat yang digunakan adalah tali plastik, kapur, dan buku monitoring hama dan penyakit. Spesifikasi dari pekerjaan ini adalah memberi tanda pada pohon yang terserang, mencatat jumlah pohon yang terserang, dan mencatat jenis hama dan penyakit yang menyerang. Dari catatan tersebut dapat diketahui persentase serangan hama dan penyakit pada suatu areal. Persentase serangan didapat dari perhitungan jumlah pohon terserang dibagi dengan jumlah pohon keseluruhan pada areal tersebut kemudian dikalikan dengan 100 persen. Rotasi dari pengamatan hama dan penyakit adalah 36 kali per tahun atau tiga kali ulangan setiap bulan.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Definisi dari pekerjaan pengendalian hama dan penyakit adalah setiap upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik dan terbebas dari gangguan. Di perkebunan Rajamandala, bahan yang diperlukan untuk pengendalian hama adalah insektisida sistemik seperti Sumialva, Methindo, dan filorpost. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah knapsack sprayer atau mesin penyemprot hama. Spesifikasi pekerjaan ini adalah menyemprot pohon yang ditandai pada aktivitas pengamatan hama sesuai dengan persentase serangan, dan menyemprot total seluruh areal jika persentase serangan lebih dari lima persen. Adapun pengendalian penyakit yaitu jamur upas dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Fungisida yang digunakan adalah calixin dengan dosis 50 cc per pohon. Alat-alat yang dibutuhkan adalah gunting pangkas, gunting dahan, dan gergaji. Spesifikasinya adalah membuang cabang atau batang yang terserang berat, dan mengolesi cabang dengan fungisida 10 – 15 cm melebihi bagian yang terserang jika jenis serangannya masih tergolong ringan. Pengendalian pada jamur akar tidak jauh berbeda dengan jamur upas, hanya saja alat yang dibutuhkan yaitu garpu tanah, cangkul, dan kuas. Spesifikasi pada serangan ringan adalah menggali akar dan mengoleskan fungisida calixin dengan dosis 50 cc per pohon pada bagian yang terkena jamur. Sedangkan pada serangan berat pohon dibongkar dan kemudian membuat parit isolasi agar pohon kakao yang lain tidak ikut tertular. Rotasi dari pengendalian hama dan penyakit adalah 36 kali per tahun atau tiga kali ulangan setiap bulan.

7. Pemupukan

Pemupukan tidak dapat dipisahkan dengan budidaya kakao. Hal ini dikarenakan unsur hara di dalam tanah akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Adapun yang dapat mengurangi unsur hara dalam tanah adalah pemanenan, pencucian, denitrifikasi, serta erosi. Pemupukan pada dasarnya bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang kurang tersedia di dalam tanah. Namun, pemupukan harus tetap memperhatikan petunjuk dan dosis. Hal ini dilakukan agar tanaman kakao tidak mengalami keracunan akibat kelebihan dosis yang akan menurunkan produktivitas tanaman kakao. Pada TM, rotasi pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada awal dan akhir musim penghujan. Dosis pemupukan yang diberikan berdasarkan rekomendasi dari Balai Pusat Penelitian Perkebunan BPPP Jember. Dosis pemupukan tersebut ditetapkan berdasarkan jenis tanah, umur tanaman, dan LSU Leave Sample Unit. LSU merupakan analisis kandungan daun oleh BPPP pada setiap tanaman dengan tahun tanam berbeda. Masing-masing tahun tanam dipilih satu plot areal yang biasanya terdiri dari 10 pohon untuk diambil daunnya kemudian dioven sampai kering. Setiap pohon diambil enam helai daun yaitu dua daun arah timur, dua daun arah barat, satu daun arah selatan, dan satu daun arah utara. Daun inilah yang kemudian dikirimkan kepada BPPP Jember untuk diteliti terkait dengan dosis pemupukan yang akan diberikan. Umumnya pemupukan tanaman kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala menggunakan dua jenis pupuk yaitu anorganik dan organik. Pupuk anorganik terdiri dari urea sebagai sumber N, pupuk TSP sebagai sumber P, dan pupuk KCl sebagai sumber K, dan bio fertilizer Enhancing Microbial Activities in the Soil untuk mempercepat penguraian pupuk agar dapat terserap lebih cepat. Sedangkan pupuk organik berupa pupuk kandang farm manure, pupuk hijau green manure , dan kompos. Penggunaan pupuk anorganik di Perkebunan Afdeling Rajamandala biasanya dicampur antara satu pupuk dengan yang lainnya selama pupuk tersebut tidak saling meniadakan kandungan unsur. Alat-alat yang dibutuhkan pada pemupukan adalah cangkul, takaran dosis, ember, dan singkup. Ada tiga metode pemupukan yang dilakukan Perkebunan Afdeling Rajamandala, yaitu: a Metode Alur Lingkaran Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk pada petakan yang telah disiang dan dibuat rorakan mengelilingi pohon kakao atau berbentuk lingkaran. b Metode huruf L Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk pada petakan yang telah dibuatkan rorakan membentuk huruf “L”. Semester pertama pada kurun waktu satu tahun, pemupukan membentuk satu huruf L dan pada semester kedua dibentuk huruf “L” pada sisi yang berbeda. Oleh karana itu, pada kurun waktu genap satu tahun, pemupukan yang telah dilakukan mencakup sekeliling pohon kakao. c Metode garis strip antara pohon Metode terakhir adalah metode garis yaitu menaburkan pupuk pada petakan yang telah dibuatkan rorakan dengan jarak satu meter dari pohon. Sebelum dilakukan pemupukan, ada pekerjaan pra pemupukan yang perlu dilakukan terlebih dahulu agar hasil pemupukan dapat optimal. Pekerjaan pertama pada pra pemupukan adalah melakukan penyiangan petakan dengan cara kimia menggunakan herbisida Round Up. Hal ini dilakukan agar pupuk dapat terserap secara optimal oleh tanaman kakao. Pekerjaan kedua adalah membuat rorakan sebagai tempat ditaburkannya pupuk. Pekerjaan pemupukan harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku agar dicapai hasil yang optimal. Spesifikasi dari pekerjaan pemupukan diantaranya: 1. Membersihkan atau menyiang petakan yang akan ditaburi pupuk 2. Menaburkan pupuk pada rorakan yang telah dibuat dan diupayakan agar meliputi banyak akar serabut. 3. Menutup tanah setelah penaburan pupuk dilakukan untuk menghindari terjadinya penguapan. 4. Menerapkan dosis pemupukan secara cermat dengan menggunakan takaran 5. Menghancurkan pupuk yang menggumpal Hal penting yang mutlak harus ada pada pekerjaan pemupukan adalah pengawasan terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk pupuk adalah nominal yang besar. Oleh karena itu, pemupukan diharapkan dapat dilakukan secara efisien salah satunya dengan penetapan dosis yang tapat dan cernat. Tabel 15 menunjukkan dosis pemupukan pada Tanaman Menghasilkan di perkebunan Afdeling Rajamandala pada semester pertama. Tabel 15. Dosis Pemupukan TM Semester Pertama di Afdeling Rajamandala Thn Tnm Luas Ha Jumlah Pohon Dosis GramPohon Semester 1 Kg Urea TSP KCl Bio Urea TSP KCl Bio 1977 50.47 32,898 113 102 83 68 3,701 3,356 2,714 2,221 1978 40.08 27,041 75 102 60 60 2,028 2,758 1,623 1,623 1979 65.85 38,711 113 114 75 68 4,355 4,413 2,903 2,613 1982 30.00 20,576 105 102 75 68 2,160 2,099 1,543 1,389 1986 49.62 44,326 98 102 75 60 4,322 4,521 3,324 2,660 1987 31.50 16,123 83 84 60 83 1,330 1,354 967 1,330 1989 43.01 38,485 90 84 83 68 3,461 3,230 3,173 2,596 1990 90.01 59,030 90 96 68 75 5,313 5,667 3,985 4,427 1991 34.84 12,729 90 108 60 68 1,146 1,375 764 859 Total 435.38 289,919 95 99 63 68 27,816 28,773 20,996 19,718 Sumber : Arsip Kantor Rajamandala 2009

8. Pemberantasan Picisan

Picisan adalah salah satu tumbuhan pengganggu tanaman kakao. Picisan tumbuh pada batang tanaman kakao dan menimbulkan akibat yang tidak baik yaitu meningkatkan kelembaban dan menghambat pertumbuhan bunga. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan pemberantasan picisan yang bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman kakao khususnya pertumbuhan bunga pada bantalan buah. Spesifikasi dari pekerjaan ini adalah membersihkan cabang dan dahan yang ditumbuhi picisan, dan memotong cabang yang kering akibat picisan. Alat yang diperlukan adalah pisau, gergaji, dan tangga untuk mencangkau picisan yang letaknya tinggi. Rotasi kerjanya tidak tentu, disesuaikan dengan kebutuhan atau disebut dengan crash program.

9. Pemberantasan Benalu

Selain picisan, tumbuhan pengganggu tanaman kakao lainnya adalah benalu. Tumbuhan ini tumbuh pada batang atau cabang tanaman kakao dan menyerap sari-sari makanan secara langsung. Untuk menanggulanginya, maka pekerjaan pemberantasan benalu perlu dilakukan. Spesifikasi dari pekerjaan ini adalah memotong cabang yang ditumbuhi benalu. Alat yang diperlukan adalah gerjaji, golok, tangga, dan gunting dahan. Rotasi kerjanya tidak tentu, disesuaikan dengan kebutuhan atau disebut dengan crash program sama halnya seperti pemberantasan picisan.

10. Pembuatan Rorak

Rorak adalah tempat yang khusus dibuat untuk tujuan khusus seperti tempat pemupukan. Spesifikasi dari pekerjaan ini adalah membuat lubang di tanah dengan panjang 2 meter, lebar 0.25 meter, dan kedalaman 0.5 meter. Lubang dibuat di sisi tanaman kakao Timur – Barat selang satu gawang. Alat yang diperlukan adalah parang, garpu tanah, dan cangkul.

11. Penyiangan Petakan kimia

Penyiangan petakan adalah membuang atau menghilangkan tanaman dan rumput pengganggu yang tumbuh di area petakan tanaman kakao agar pemupukan yang dilakukan dapat efektif. Tujuan dari penyiangan petakan ini pada dasarnya sama dengan penyiangan gawangan yaitu mengoptimalkan pertumbuhan kakao. Pada umumnya penyiangan petakan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan penyerapan pupuk oleh tanaman kakao. Penyiangan ini dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan memberikan herbisida di tempat yang akan disiang. Spesifikasi dari penyiangan petakan adalah menyemprot area petakan dengan lebar satu meter sehingga pada akhirnya lahan yang disiang adalah satu pertiga bagian dari luas areal, sedangkan bagian dua pertiganya adalah gawangan. Herbisida yang digunakan adalah Round Up dengan dosis 1 – 1.5 liter per hektar atau 250 – 375 liter larutan per hektar. Rotasi dari penyiangan petakan kimia adalah 2 kali dalam setahun biasanya sebelum pemupukan.

12. Menunas wiwilan

Definisi dari menunas atau sering dikenal dengan istilah ngawiwil adalah pekerjaan pembuangan tunas-tunas air yang tumbuh pada pohon kakao dan mengganggu pertumbuhan generatif yaitu bunga dan buah. Tujuan dari menunas adalah menghindari adanya persaingan vegetatif dan generatif. Spesifikasi pekerjaan menunas adalah membuang tunas-tunas air yang tumbuh dari pangkal pohon sampai 60 cm dari Jourguette. Alat yang digunakan adalah pisau wiwil yang dioperasikan secara manual. Rotasi pekerjaan ini adalah 36 kali dalam setahun atau tiga kali ulangan dalam sebulan. Tunas air wiwilan dapat tumbuh 0.5 cm per hari, dengan rotasi yang telah ditentukan diharapkan tunas air yang tumbuh dapat segera dibuang dan tidak tumbuh semakin besar.

13. Pangkasan Produksi

Definisi dari pangkasan produksi adalah pekerjaan pemangkasan pada Tanaman Menghasilkan TM dengan membuang tunas-tunas atau cabang orthotrop yang menghalangi penyinaran agar kondisi lingkungan tidak lembab sehingga produktivitas kakao dapat optimal. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk merangsang pertumbuhan bunga dan biji yang akan meningkatkan produktivitas, menekan persaingan vegetatif dan generatif, dan mengurangi kelembaban udara yang dapat mengundang hama dan penyakit. Alat yang digunakan untuk pangkasan produksi adalah gunting pangkas, gunting dahan, gergaji pangkas, dan golok. Bahan yang dibutuhkan adalah Shell TB untuk menutup bekas pangkasan berdiameter lebih dari 2 cm. Spesifikasi dari pemangkasan adalah membuang cabang yang menghalangi penyinaran, ranting kering, dan tunas air yang berada lebih dari 60 cm dari Jourguette, mengumpulkan hasil pangkasan dalam petakan, serta mengoleskan Shell TB pada cabang atau batang yang berdiameter lebih dari 2 cm agar tidak mengalami kerusakan. Rotasi pemangkasan produksi adalah empat kali dalam setahun atau triwulan sekali dengan membagi seluruh areal Perkebunan Rajamandala ke dalam tiga blok untuk memudahkan kegiatan rotasi.

14. Pembuangan buah busuk

Definisi dari pembuangan buah busuk adalah pekerjaan pembuangan buah yang busuk atau rusak akibat serangan penyakit phytopthora, terlewat panen, serangan tikus, serangan tupai, dan buah yang kering. Tujuan dari pembuangan buah yang busuk adalah agar bantalan buah tidak ikut busuk dan menghambat pembungaan di masa yang akan datang. Alat yang digunakan adalah pisau sogok dan gunting dahan. Spesifikasinya adalah membuang buah yang busuk dan mengumpulkannya di satu tempat kemudian dibenam. Kegiatan ini dilakukan sesuai keadaan kebun atau sering disebut dengan crash program.

15. Panen Kakao

Panen merupakan pekerjaan yang terdiri dari pemetikan buah kakao, pemecahan, dan pemisahan biji dari buah kakao. Karena bulan Mei merupakan salah satu bulan puncak panen selain april dan Juni, maka perkebunan Rajamandala memiliki jadwal 3 hari panen yaitu selasa, kamis, dan sabtu. Pekerjaan pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati. Alat yang digunakan adalah pisau panen antel, karung untuk mengumpulkan buah, karung tempat biji. Ada aturan yang harus dipenuhi agar pemetikan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal. Spesifikasinya adalah memotong pada jarak kurang lebih satu senti meter dari buah dan cabang. Hal ini dilakukan agar bantalan buah tidak rusak. Bantalan buah yang terpotong akan mengakibatkan generasi kakao selanjutnya tidak akan tumbuh. Oleh karena itu, jarak pemetikan harus diperhatikan dengan baik. Spesifikasi kedua adalah memetik buah yang kematangannya 60 sampai 100 persen. Pemetikan buah yang kurang atau lebih dari kriteria petik akan menghasilkan kualitas kakao yang rendah. Apabila kematangan buah kurang dari 60 persen, maka biji yang dihasilkan akan pipih dan keriput. Sedangkan kakao yang terlambat dipanen atau kematangannya melebihi 100 persen akan menghasilkan biji yang berkecambah. spesifikasi ini juga sangat tepat untuk diterapkan pada saat puncak panen. Apabila terjadi panen puncak yang melebihi kapasitas pengolahan maka buah yang dipanen terlebih dahulu adalah yang kematangannya 100 persen. Spesifikasi yang ketiga adalah memecahkan buah dan memisahkan biji dari buah kakao. Pemisahan biji harus bersih dari plasenta dan benda asing lainnya yang dapat menurunkan kualitas biji kering kakao.

16. Pembuatan Lubang Kolven

Pembuatan lubang kolven merupakan tindak lanjut dari pemisahan biji kakao dari kulitnya Kolven. Kolven yang tersisa tidak boleh begitu saja ditinggalkan berserakan karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. Oleh karena itu diperlukan upaya pengelolaan limbah yaitu dengan pembuatan lubang kolven untuk membenam cangkang kulit buah kakao. Spesifikasi dari pekerjaan ini adalah menggali tanah untuk membuat lubang berukuran kurang lebih satu meter persegi. Alat yang digunakan adalah cangkul dengan rotasi kegiatan empat kali dalam setahun.

17. Benam Limbah

Benam limbah adalah pembenaman limbah berupa kulit kakao pada lubang yang telah dibuat. Kegiatan ini bertujuan untuk menghindari munculnya jamur. Spesifikasi dari benam limbah adalah menempatkan kulit kakao pada lubang yang telah dibuat dan menimbunnya dengan tanah. Benam limbah dapat dilakukan pada lubang yang sama sebanyak tiga kali. Oleh karena itu, pekerjaan ini tidak harus dilakukan pada lubang yang baru. Rotasi benam limbah adalah 3 kali seminggu sesuai dengan pekerjaan panen.

5.5.2. Aktivitas Pengolahan