1. Keuntungan Privat PP
PP = D = A – B – C Keuntungan privat menunjukkan selisih antara penerimaan dengan seluruh
biaya yang dikeluarkan, dihitung dari harga privat. Keuntungan privat merupakan indikator dayasaing dari sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai output,
biaya input, dan transfer kebijakan yang ada. Apabila keuntungan privat lebih besar dari nol D0 maka pengusahaan komoditas kakao memperoleh
keuntungan di atas normal yang berimplikasi bahwa komoditas kakao mampu berekspansi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya komoditas alternatif
yang lebih menguntungkan. Begitu juga sebaliknya, jika nilainya kurang dari nol D0 maka pengusahaan komoditas kakao tidak layak diteruskan karena dapat
menimbulkan kerugian. Jika keuntungan privat sama dengan nol D = 0 maka untuk jangka pendek usahatani dapat diteruskan, namun tidak dapat dilakukan
ekspansi untuk jangka panjang.
2. Keuntungan Sosial PS
PS = H – E – F – G Keuntungan sosial menunjukkan selisih antara seluruh penerimaan dengan
biaya yang dihitung dengan harga bayangan yang terjadi. Keuntungan sosial merupakan indikator dayasaing keunggulan komparatif pada kondisi tidak ada
intervensi pemerintah atau distorsi pasar. Jika nilai keuntungan sosial lebih dari nol H0 menunjukkan bahwa secara ekonomi kegiatan pengusahaan komoditas
kakao telah berjalan secara efisien dan memiliki keunggulan komparatif sehingga layak untuk dilanjutkan. Sebaliknya, jika nilai keuntungan sosial kurang dari nol
maka usahatani tersebut tidak mampu berjalan dengan baik tanpa bantuan atau intervensi pemerintah.
4.6.2. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah
Hasil matriks kebijakan yaitu dari baris ketiga menunjukkan divergensi, dimana apabila terdapat perbedaan nilai dari baris pertama dan baris kedua
mengindikasikan adanya intervensi pemerintah sehingga pasar terdistorsi. Analisis kebijakan ini meliputi kebijakan input, kebijakan output.
1. Kebijakan Output
a Transfer Output TO
TO = I = A – E Transfer output adalah selisih antara penerimaan berdasarkan harga privat dan
penerimaan berdasarkan harga sosial atau harga bayangan. Nilai TO menunjukkan kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output kakao
mengakibatkan harga output privat dan harga output sosial berbeda. Nilai Transfer Output menunjukkan besarnya intensif masyarakat terhadap
produsen. Nilai TO yang positif TO1 berarti masyarakat atau konsumen harus membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya
dibayarkan, dan produsen menerima harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya diterima sehingga masyarakat dirugikan. Sebaliknya, apabila nilai
TO kurang dari satu atau negatif TO1 maka yang terjadi adalah masyarakat menerima insentif dari produsen dan produsen yang dirugikan.
b Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO
A Penerimaan Privat
NPCO = =
E Penerimaan Sosial
Koefisien proteksi output nominal adalah rasio antara penerimaan berdasarkan harga privat dan penerimaan berdasarkan harga sosial atau bayangan. NPCO
digunakan untuk mengukur dampak insentif kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output yang diukur dengan harga
privat dan sosial. Jika nilai NPCO lebih kecil dari satu NPCO1 berarti menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang menghambat ekspor output
yang berupa subsidi negatif pajak dan berakibat terjadinya pengurangan penerimaan produsen. Sementara apabila nilai NPCO lebih besar dari satu
NPCO 1 maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu produsen menerima subsidi atas output dari pemerintah karena pemerintah menaikkan harga
output di pasar domestik di atas harga dunia harga efisiennya.
2. Kebijakan Input
a Transfer Input TI
TI = J = B – F
Transfer input menunjukkan selisih antara biaya berdasarkan harga privat dan biaya input pada harga sosial atau bayangannya. Nilai TI menunjukkan
adanya kebijakan pemerintah pada input tradable misalnya bibit, pupuk, pestisida, fungisida, dan lainnya. Nilai TI yang positif atau lebih dari nol
TI0 menunjukkan harga sosial input asing lebih rendah. Akibatnya produsen harus membayar inputnya lebih mahal. Dengan kata lain,
keuntungan yang diterima lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai TI negatif TI0 menunjukkan adanya subsidi pemerintah terhadap
input asing sehingga produsen tidak membayar secara penuh korbanan sosial yang seharusnya dibayarkan. Subsidi yang diberikan pemerintah
menyebabkan keuntungan yang diterima secara privat lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan.
b Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
B Biaya Input tradable Privat
NPCI = =
F Biaya Input tradable Sosial
Koefisien proteksi input nominal NPCI adalah rasio antara biaya input tradable
berdasarkan harga privat dan biaya input tradable berdasarkan harga sosial. Nilai NPCI lebih besar dari satu NPCI1 menunjukkan pemerintah
menaikkan harga input asing di pasar domestik di atas harga dunia. Dengan kata lain, adanya proteksi terhadap produsen input, sehingga sektor yang
menggunakan input tersebut akan dirugikan dengan tingginya biaya produksi. Jika nilai NPCI lebih kecil dari satu NPCI1 berarti menunjukkan adanya
hambatan ekspor input sehingga produksi menggunakan input lokal. Petani menerima subsidi atas input asing sehingga dapat membeli dengan harga yang
lebih murah.
c Transfer Faktor TF
TF = K = C – G Transfer faktor adalah perbedaan harga sosial dengan harga privat yang
diterima oleh produsen untuk pembayaran faktor produksi yang tidak diperdagangkan oleh produsen untuk pembayaran input domestik. Nilai TF
menunjukkan besarnya subsidi terhadap input domestik non tradable. Jika
nilai TF positif TF0 berarti terdapat kebijakan pemerintah dengan pemberian subsidi yang melindungi produsen input non tradable.
3. Kebijakan Input-Output
a Koefisien Proteksi Efektif
A – B Penerimaan Privat – Biaya Input Tradable Privat
DRC = =
E – F Penerimaan Sosial – Biaya Input Tradable Sosial
Koefisien proteksi efektif merupakan indikator dari dampak keseluruhan kebijakan input dan output terhadap sistem produksi komoditas kakao dalam
negeri. Nilai EPC menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik secara efektif. Nilai EPC
lebih besar dari satu EPC1 menunjukkan tingginya proteksi pemerintah dalam sistem produksi kakao. Dampak kebijakan pemerintah memberikan
dukungan terhadap aktivitas produksi dalam negeri, misalnya dengan cara menaikkan harga output atau input asing di atas harga efisiennya. Jika nilai
EPC kurang dari satu EPC1 berarti proteksi pemerintah terhadap pengusahaan komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala sangat
rendah dan tidak berjalan efektif.
b Tingkat Proteksi Efektif EPR
EPR = EPC – 1 x 100 Nilai EPR menunjukkan tingkat persentasi kebijakan yang diterapkan pada
input dan output.
c Transfer Bersih TB
TB = L = D – H Transfer bersih adalah selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar
diterima produsen dengan keuntungan bersih sosialnya. Nilai TB mencerminkan dampak kebijakan pemerintah secara keseluruhan terhadap
penerimaan petani. TB digunakan untuk melihat ketidakefisienan dalam sistem produksi. Jika nilai TB lebih besar dari nol TB0 maka nilai tersebut
menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang dilakukan pada input dan output. Nilai TB yang lebih kecil
akan menunjukkan keadaan yang sebaliknya.
d Koefisien Keuntungan PC
D Keuntungan Privat
PC = =
H Keuntungan Sosial
Koefisien keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan bersih privat dengan keuntungan bersih sosial. Koefisien keuntungan merupakan indikator
yang menunjukkan dampak insentif dari semua kebijakan output, kebijakan input asing, dan input domestik net policy transfer. Jika nilai PC kurang dari
satu PC1 menunjukkan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil jika dibandingkan tanpa
adanya kebijakan. Sebaliknya, nilai PC lebih dari satu PC1 berarti kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima oleh
produsen lebih besar karena secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen. Penurunan tarif impor secara bertahap
akan menurunkan PC sedangkan kebijakan efisien pada faktor domestik akan meningkatkan nilai PC.
e Rasio Subsidi bagi Produsen SRP
L Transfer Bersih
SRP = =
H Keuntungan Sosial
Rasio subsidi produsen menunjukkan proporsi penerimaan pada harga sosial produsen yang dapat menutupi subsidi dan pajak sehingga melalui SRP dapat
memungkinkan membuat
perbandingan tentang
besarnya subsidi
perekonomian bagi suatu pengusahaan komoditas. Nilai SRP yang negatif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan
produsen mengeluarkan biaya produsen lebih kecil dari biaya imbangan untuk berproduksi. Sebaliknya, nilai SRP yang positif menunjukkan kebijakan
pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi.
4.7. Metode Analisis Sensitivitas