Metode Analisis Data Analisis dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas kakao (Kasus : PTPN VIII Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Bandung)

4.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini meliputi analisis dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas kakao. Analisis dayasaing terdiri dari analisis keunggulan komparatif dan kompetitif. Keduanya menggunakan metode PAM yang dikembangkan oleh Monke dan Pearson 1989. Adapun tahapan dalam penyusunan Tabel PAM adalah sebagai berikut : 1. Penentuan komponen fisik untuk faktor input dan output secara lengkap dari aktifitas ekonomi usahatani komoditas kakao. 2. Pemisahan seluruh biaya ke dalam komponen domestik dan komponen asing. 3. Penentuan harga privat privat dan penafsiran harga bayangan ekonomi input-output. 4. Tabulasi dan analisis indikator-indikator yang dihasilkan tabel PAM. Analisis dampak kebijakan pemerintah juga menggunakan metode PAM. Pertanyaan penelitian yang ketiga yaitu mengenai pengaruh produktivitas, harga kakao, dan kurs mata uang dijawab dengan menggunakan analisis sensitivitas. 4.4. Metode Alokasi Komponen Biaya Asing dan Domestik Menurut Monke dan Pearson 1989, terdapat dua pendekatan mengalokasikan biaya domestik dan asing yaitu pendekatan langsung direct approach dan pendekatan total total approach. Pendekatan langsung mengasumsikan seluruh biaya input yang dapat diperdagangkan tradable baik impor maupun produksi dalam negeri dinilai sebagai komponen biaya asing dan dapat dipergunakan apabila tambahan permintaan input tradable tersebut dapat dipenuhi dari perdagangan internasional. Dengan kata lain, input non tradable yang sumbernya dari pasar domestik ditetapkan sebagai komponen domestik dan input asing yang dipergunakan dalam proses produksi barang non tradable tetap dihitung sebagai komponen biaya asing. Sementara pada pendekatan total, setiap biaya input tradable dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan asing, dan penambahan input tradable dapat dipenuhi dari produksi domestik jika input tersebut memiliki kemungkinan untuk diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian, pendekatan total lebih tepat digunakan apabila produsen lokal dilindungi, sehingga tambahan input didatangkan dari produsen lokal atau pasar domestik. Pendekatan yang digunakan dalam mengalokasikan biaya ke dalam komponen biaya domestik dan asing dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan total. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun yang diperhitungkan untuk menghasilkan komoditas akhir yang siap dipasarkan atau dikonsumsi. Biaya domestik dapat didefinisikan sebagai nilai input yang digunakan dalam suatu proses produksi. Penentuan alokasi biaya produksi ke dalam komponen asing tradable dan domestik non tradable didasarkan atas jenis input, penentuan biaya input tradable dan non tradable dalam biaya total input. Alokasi biaya produksi atas komponen domestik dan asing dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Alokasi Biaya Produksi Kakao di Afdeling Rajamandala terhadap Komponen Domestik dan Asing Tahun 2009 No Jenis Biaya Domestik Asing 1. Bibit Kakao 100 2. Bibit Tanaman Pelindung Tetap 100 3. Bibit Tanaman Pelindung Sementara 100 4. Pupuk KCl 90.55 9.45 5. Pupuk TSP 90.55 9.45 6. Pupuk Urea 90.55 9.45 7. Pupuk Bio 100 8. Pupuk Kandang 100 9. Insektisida 100 10. Herbisida 100 11. Fungisida 100 12. Kayu Bakar 100 13. Karung 100 14. Batu Pecah 100 15. Cat 90 10 16. Bambu untuk ajir 100 17. Tenaga Kerja 100 18. Modal 100 19. Lahan 100 20. Peralatan kebun dan pengolahan 100 21. Biaya Direksi 100 Sumber : Tabel Input Output BPS dalam Novianti 2003 Tabel 10 diperoleh dari data sekunder dan data primer yang dikombinasikan. Data sekunder diperoleh berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novianti 2003 mengenai sayuran organik yang merupakan penyesuaian dari Tabel Input Output Badan Pusat Statistik. Adapun data primer diperoleh dari wawancara dengan pengawas perkebunan sebagai perpanjangan tangan langsung direksi PTPN VIII yaitu Bapak Yanto Ariyanto dan ahli budidaya kakao pihak perkebunan Afdeling Rajamandala yaitu Bapak Endang Tohir. Berdasarkan hasil wawancara yang ditunjang dengan data sekunder, dapat diketahui bahwa faktor produksi yang menjadi input tradable dalam pengusahaan kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala adalah bibit kakao, bibit tanaman pelindung sementara dan tetap, pupuk KCL, pupuk TSP, pupuk Urea, insektisida, herbisida, fungisida, pupuk emas Bio fertilizer, pupuk kandang, kayu bakar, karung, batu pecah, dan cat. Adapun input faktor produksi domestik adalah tenaga kerja, modal, lahan, peralatan kebun dan pengolahan, serta biaya direksi yang secara khusus dibebankan oleh PTPN VIII. Tabel input dan output pada penelitian ini secara lengkap disajikan dalam Lampiran 3. Analisis dilakukan secara multiperiode yaitu 30 tahun sehingga diperlukan adanya tahap pendiskontoan. Hal ini dilakukan karena nilai rupiah yang diperoleh saat ini bernilai lebih besar dibandingkan dengan jumlah rupiah yang sama di masa yang akan datang. Tingkat Diskonto Discount rate yang ditetapkan adalah 10.12 persen yang merupakan tingkat suku bunga real rata-rata selama 15 tahun terakhir. Adapun untuk tahun persiapan yaitu dua tahun sebelum tahun pertama dilakukan tahap compounding karena nilai rupiah yang diperoleh saat ini bernilai lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rupiah yang sama di masa lalu. Tingkat diskonto yang berlaku pada analisis privat merupakan penduga yang baik untuk tingkat bunga sosial. Asumsi yang digunakan adalah karena lingkungan ekonomi yang dihadapai PTPN VIII tidak mengalami kegagalan pasar akibat kelangkaan lembaga pembiayaan seperti yang sering terjadi di pedesaan. Oleh karena itu, tingkat diskonto yang diberlakukan pada privat dan sosial adalah sama yaitu 10.12 persen.

4.5. Metode Penentuan Harga Bayangan