III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Dayasaing
Dayasaing akan menentukan posisi suatu komoditas di pasar persaingan. Salah satu indikator dayasaing adalah pangsa pasar Martin et al. 1991. Jika
pangsa pasar suatu komoditas meningkat berarti dayasaing komoditas itu meningkat. Oleh karena itu, dayasaing secara umum dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar. Menurut Tarsono 2006, dayasaing merupakan kemampuan suatu
produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada tingkat harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi
tersebut menguntungkan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur dayasaing suatu komoditas adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan
efisiensi dari pengusahaan komoditas tersebut. Tingkat keuntungan dapat dilihat dari keuntungan privat dan keuntungan sosial, sedangkan efisiensi pengusahaan
komoditas dapat dilihat dari tingkat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
a. Konsep Keunggulan Komparatif
Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan dalam hal kepemilikan sumberdaya dan cara pengolahannya di tiap-tiap negara. Suatu
negara akan mengekspor sejumlah barang, jasa, dan faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang, jasa, dan faktor produksi lain yang hanya dapat
diproduksi dengan cara yang kurang efisien atau tidak diproduksi sama sekali. Dengan demikian akan berkembang hubungan saling ketergantungan dan peranan
perdagangan internasional dari setiap negara akan menjadi penting. Konsep keunggulan komparatif sering kali digunakan untuk menerangkan spesialisasi
suatu negara dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Selain itu, konsep ini dapat juga dilakukan untuk wilayah yang lebih kecil seperti provinsi. Konsep ini
pertama kali ditetapkan oleh David Ricardo yang dikenal dengan nama hukum keunggulan komparatif The law of comparative advantage atau juga disebut
sebagai model Ricardian Salvatore 1994.
Dalam model disebutkan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut dalam memproduksi suatu komoditas jika
dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan
berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif, sebaliknya negara tersebut akan mengimpor komoditas
yang memiliki keunggulan absolut lebih besar. Dari komoditas inilah negara tersebut akan mengalami kerugian komparatif Salvatore 1994.
Model Ricardian ini mengasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satu- satunya faktor produksi. Teori tenaga kerja menyatakan bahwa nilai atau harga
dari suatu komoditas dapat diperoleh dari jumlah waktu tenaga kerja yang dipakai untuk memproduksi komoditas. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
1 hanya tenaga kerjalah faktor produksi yang digunakan dalam proporsi yang tetap sama dalam produksi semua komoditas, 2 tenaga kerja homogen.
Pada tahun 1933, Heekscher dan Ohlin H-O melakukan pengembangan terhadap konsep keunggulan komparatif. Hal ini didasarkan pada pengaruh timbal
balik perbedaan sumberdaya antara negara-negara atau daerah-daerah. Melalui model ini dinyatakan bahwa perdagangan internasional atau daerah dipengaruhi
oleh perbedaan sumberdaya antar negara. Teori H-O menganggap bahwa tiap negara akan mengekspor komoditas yang secara relatif mempunyai faktor
produksi berlimpah dan murah, serta mengimpor komoditas faktor produksi yang relatif langka dan mahal. Penggunaan teori Ricardian dan H-O biasanya
didasarkan pada model sederhana dengan asumsi 1 Hanya ada dua negara, dua komoditas, dan menggunakan satu atau dua faktor produksi, 2 tidak ada
mobilitas faktor produksi, 3 penawaran faktor tetap, 4 keseimbangan dalam pembayaran balance of payment, 5 tidak ada barang antar dan barang yang
tidak diperdagangkan Salvatore, 1994.
b. Konsep Keunggulan Kompetitif