salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao dari segi kualitas dan kuantitasnya.
6.3.4. Peningkatan Produksi Kakao Sebesar 10 persen.
Peningkatan produksi merupakan skenario yang ditetapkan karena sangat mungkin terjadi. Perkebunan Afdeling Rajamandala sendiri bisa meningkatkan
produksi kakao dari kondisi aktual jika dilakukan peremajaan dan tindakan penyulaman yang efektif. Tabulasi PAM pada saat terjadi kenaikan produksi
kakao sebesar 10 persen skenario 4 disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Tabulasi PAM Skenario Peningkatan Produksi 10 Persen
KOMPONEN Penerimaan
Biaya Keuntungan
Tradable Faktor
PRIVAT 142,224,024.40
60,251,878.00 63,306,333.10
18,665,813.30 SOSIAL
117,449,903.04 44,853,866.70
58,901,999.50 13,694,036.84
DIVERGENSI 24,774,121.36
15,398,011.30 4,404,333.60
4,971,776.46
Skenario peningkatan produksi sebesar 10 persen menyebabkan pengusahaan komoditas kakao menjadi lebih berdayasaing dari kondisi semula.
Hal ini dilihat dari nilai keuntungan privat dan sosial yang meningkat menjadi Rp 18,665,813.30 dan Rp 13,694,036.84. Selain itu, nilai PCR dan DRC yang
dihasilkan lebih mendekati nol dibandingkan dengan kondisi aktual. Nilai PCR dan DRC masing-masing adalah 0.77 dan 0.81 Tabel 20.
Peran dan kebijakan pemerintah yang akan terjadi juga efektif yang tercermin dari nilai koefisien proteksi efektif yaitu 1.13. Skenario ini merupakan
mendukung peningkatan dayasaing komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mencapai kondisi ini
adalah dengan pemberian subsidi pupuk dan pelaksanaan peremajaan tanaman kakao yang berumur lebih dari 25 tahun.
6.3.5. Penurunan Harga Kakao Sebesar 5 persen.
Penurunan harga kakao masuk dalam analisis sensitivitas karena harga kakao dunia mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Alasan pemilihan
penurunan harga sebesar 5 persen karena berdasarkan fakta bahwa harga kakao
dunia cenderung meningkat dan sedikit mengalami penurunan, sehingga hanya ditetapkan sebesar 5 persen. Tabulasi PAM untuk skenario 5 yaitu penurunan
harga kakao sebesar 5 persen disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Tabulasi PAM Skenario Penurunan Harga Kakao 5 Persen
KOMPONEN Penerimaan
Biaya Keuntungan
tradable faktor
PRIVAT 122,829,839.00
60,251,878.00 63,306,333.10
-728,372.10 SOSIAL
101,434,007.17 44,853,866.70
58,901,999.50 -2,321,859.03
DIVERGENSI 21,395,831.83
15,398,011.30 4,404,333.60
1,593,486.93
Skenario ini mengakibatkan dayasaing komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala menjadi tidak memiliki dayasaing dari segi keunggulan
komparatif maupun kompetitifnya. Hal ini dilihat dari nilai keuntungan baik privat maupun sosial yang negatif yaitu Rp 728,372.10 dan Rp 2,321,859.03.
selain itu juga tercermin dari nilai DRC yaitu 1.06 dan PCR yaitu 1.01 Tabel 20. Berdasarkan indikator tersebut, pengusahaan komoditas kakao tidak efisien
dilaksanakan di Indonesia padahal kebijakan yang diterapkan sudah efektif yang tercermin dari nilai EPC sebesar 1.11.
6.3.6. Peningkatan Harga Kakao Sebesar 15 persen.