4.5. Metode Penentuan Harga Bayangan
Data pendapatan dan biaya sosial harus diketahui agar kompilasi matriks analisis kebijakan dapat tersusun dengan baik. Faktor output dan input baik yang
merupakan komponen asing maupun komponen domestik kemudian dicari harga privat dan harga bayangannya. Penggunaan harga privat harga pasar dalam
melakukan analisis ekonomi seringkali tidak menggambarkan opportunity cost- nya. Oleh karena itu, setiap input dan output yang digunakan dalam analisis
ekonomi harus disesuaikan terlebih dahulu dengan tingkat harga sosial atau harga bayangan.
Harga sosial adalah harga yang terjadi dalam suatu perekonomian jika pasar berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna dan dalam kondisi
keseimbangan. Seperti yang diungkapkan oleh Novianti 2003, harga bayangan adalah harga yang menggambarkan peningkatan dalam kesejahteraan dengan
adanya perubahan marginal dalam persediaan komoditas dan faktor produksi. Dalam kenyataannya, sulit menemukan pasar dalam kondisi persaingan sempurna
khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai gangguan akibat kebijakan pemerintah seperti subsidi, pajak,
penentuan upah minimum, dan sebagainya. Alasan penggunaan harga sosial atau harga bayangan dalam menganalisis
ekonomi adalah harga yang berlaku di masyarakat tidak mencerminkan apa yang diperoleh masyarakat melalui produksi yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Selain
itu, harga pasar juga tidak mencerminkan apa yang sebenarnya dikorbankan seandainya sejumlah pilihan sumberdaya digunakan dalam aktivitas tertentu,
tetapi tidak digunakan pada aktivitas lain yang masih memungkinkan bagi masyarakat.
4.5.1. Harga Bayangan Output Kakao
Pendekatan untuk harga bayangan output kakao ditentukan berdasarkan harga perbatasan border price yaitu harga f.o.b Free on Board karena
komoditas kakao dalam penelitian ini merupakan komoditas yang berorientasi untuk kegiatan ekspor. Harga f.o.b adalah harga ekspor di negara pengekspor.
Pendekatan harga bayangan output di tingkat produsen untuk orientasi pasar
ekspor menggunakan export parity price Pearce and Nash 1981 yaitu dengan mengurangkan harga f.o.b dalam rupiah dengan biaya-biaya transportasi, bongkar
muat, pemasaran, pengepakan, dan sortasi. Adapun jenis kakao yang dihasilkan oleh perkebunan Afdeling
Rajamandala adalah biji kakao dengan grade AB. Harga FOB di pasar internasional New York dan London adalah sebesar 267 US Dollar per kilogram
6
. Berdasarkan fakta bahwa harga kakao Indonesia berada di bawah harga kakao
dunia, maka digunakan asumsi adanya diskon harga sebesar 15 persen. Oleh karena itu, harga yang berlaku adalah 227 US Dollar per kilogram. Kemudian
dikonversi dengan nilai tukar bayangan SER yaitu Rp 10,232.00 Per US Dollar untuk tahun 2008. Hasil yang diperoleh kemudian dikurangi dengan biaya
tataniaga kakao dari pelabuhan ke lokasi perkebunan dan biaya proses peningkatan mutu. Oleh karena itu, hasil akhir diperoleh harga bayangan output
sebesar Rp 19,819.42 per kilogram biji kakao.
4.5.2. Harga Bayangan Input
Input yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari input untuk kegiatan budidaya dan pengolahan kakao. Adapun penentuan harga bayangannya adalah
sebagai berikut:
1. Bibit kakao dan tanaman pelindung
Bibit kakao yang dipergunakan di PTPN VIII Rajamandala Jawa Barat adalah bibit yang berasal dari Balai Penelitian Jember dengan harga per batangnya Rp
3000 per tanaman. Bibit kakao sebagai input untuk pengusahaan kakao menggunakan bibit yang berasal dari dalam negeri. Oleh karena itu, pendekatan
yang dipakai untuk harga bayangan bibit kakao sama dengan harga yang diterima perkebunan afdeling Rajamandala. Dalam penelitian ini juga digunakan bibit
tanaman pelindung yang harga bayangannya sama dengan harga pasar dengan asumsi tidak ada kebijakan pemerintah yang mempengarugi produksi dan
perdagangan bibit tanaman tersebut.
2. Pupuk anorganik
Harga bayangan jenis-jenis pupuk yang digunakan dalam pengusahaan kakao berbeda satu sama lain. Pupuk urea telah diproduksi di dalam negeri dan
mendapat subsidi dari pemerintah sehingga pendekatan biaya yang digunakan adalah berdasarkan harga f.o.b free on board. Perhitungan harga bayangan untuk
pupuk urea yaitu f.o.b 508.5 US Dollar Per kilogram dikalikan dengan SER tahun 2008 sebesar Rp 10,232.00. Hasil perhitungan kemudian dikurangkan dengan
biaya tata niaga. Hasil akhir yang diperoleh adalah Rp 5,646.97 per kilogram. Adapun rumus umumnya dapat dituliskan dengan [f.o.b x SER – Biaya
tataniaga]. Pupuk TSP dan KCl bahan dasarnya masih diimpor dari luar negeri. Oleh
karena itu, harga bayangan berdasarkan pada harga c.i.f cost insurance freight yang kemudian disesuaikan dengan nilai rupiah SER tahun 2009 kemudian
ditambah biaya tataniaga dengan rumus [c.i.f x SER + Biaya tataniaga]. Nilai pupuk TSP sebesar US Dollar 909 per ton dikalikan dengan nilai SER Rp
10,232.00 kemudian dibagi dengan 1000 untuk mendapatkan harga per kilogram. Langkah akhir adalah ditambahkan biaya tataniaga sehingga didapatkan harga
bayangan TSP adalah Rp 9,488.89 per kilogram. Untuk mengetahui harga bayangan pupuk KCl digunakan langkah yang sama
seperti mencari harga bayangan pupuk TSP, yaitu nilai pupuk KCl sebesar US Dollar 456.6 per metrik ton dikalikan dengan nilai SER Rp 10,232.00 kemudian
dibagi dengan 1000 untuk mendapatkan harga per kilogram. Langkah akhir adalah ditambahkan biaya tataniaga sehingga didapatkan harga bayangan KCL adalah Rp
4,859.93 per kilogram.
3. Pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan di perkebunan Afdeling Rajamandala adalah pupuk kandang dan bio fertilizer. Harga bayangan pupuk organik pada penelitian
ini adalah sama dengan harga pasarnya dengan asumsi tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi produksi dan perdagangan alat-alat tersebut
secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangatlah kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna.
4. Insektisida
Insektisida yang digunakan dalam budidaya kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala sangat beragam. Adapun jenis insektisida yang dimunculkan dalam
analisis hanya empat jenis dengan asumsi insektisida tersebut digunakan secara
kontinyu dalam kurun waktu analisis yaitu 30 tahun. Insektisida yang keseluruhannya berbentuk cair tersebut adalah Dithan, Methindo, Ripcord, dan
Sumialva. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saptana, Friyatno, dan Bastuti 2007, harga bayangan insektisida cair didekati dengan harga aktual di
lokasi penelitian kemudian dikurangi dengan tarif impor sebesar 10 persen dan pajak pertambahan nilai sebesar 10 persen.
5. Herbisida
Herbisida adalah obat-obatan yang digunakan untuk memberantas gulma. Adapun herbisida yang digunakan oleh perkebunan Afdeling Rajamandala adalah
Round Up atau Sun Up yang berbentuk cair. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saptana, Friyatno, dan Bastuti 2007, harga bayangan herbisida
cair didekati dengan harga aktual di lokasi penelitian kemudian dikurangi dengan tarif impor sebesar 10 persen dan pajak pertambahan nilai sebesar 10 persen.
Perhitungan harga bayangan herbisida sama dengan perhitungan harga bayangan insektisida.
6. Fungisida
Fungisida adalah obat-obatan yang digunakan untuk memberantas penyakit tanaman yang diakibatkan oleh jamur. Fungisida yang digunakan di perkebunan
Afdeling Rajamandala adalah Calixin yang berbentuk padat seperti salep. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saptana, Friyatno, dan Bastuti 2007,
harga bayangan fungisida padat didekati dengan harga aktual di lokasi penelitian kemudian dikurangi dengan tarif impor sebesar 5 persen dan pajak pertambahan
nilai sebesar 10 persen.
7. Peralatan Kebun dan Pengolahan
Peralatan kebun yang digunakan di perkebunan Afdeling Rajamandala terdiri dari hand sprayer, gunting stek, gunting dahan, pisau pangkas, gergaji pangkas,
pisau panen, pisau wiwil, dan ember. Adapun peralatan pengolahan terdiri dari sekop, tampah, dan ayakan pada sortasi. Harga bayangan peralatan kebun dan
pengolahan tersebut adalah sama dengan harga pasarnya dengan asumsi tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi produksi dan perdagangan alat-alat
tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangatlah kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna.
8. Tenaga Kerja
Tingkat upah dalam pasar persaingan sempurna mencerminkan nilai produktivitas marginal tenaga kerja sehingga besarnya upah yang terjadi dapat
dipakai sebagai harga upah bayangan tenaga kerja. Namun kondisi ini sulit ditemukan di negara maju apalagi di negara-negara berkembang atau miskin.
Harga upah bayangan di negara berkembang seperti Indonesia selalu lebih kecil dari upah pasarnya. Hal ini dikarenakan di dalam tingkat upah pasar yang
ditentukan oleh pemerintah mencakup unsur-unsur sosial atau adanya distorsi dari pemerintah.
Tenaga kerja yang ada di perkebunan afdeling Rajamandala ada dua jenis yaitu terdidik dan tidak terdidik. Tenaga kerja terdidik tidak dimasukkan ke dalam
analisis secara terperinci karena asumsinya biaya tersebut sudah termasuk ke dalam biaya direksi. Tenaga kerja tidak terdidik harga bayangannya disesuaikan
dengan tingkat penganguran di lokasi penelitian. Rata-rata pengangguran di lokasi penelitian adalah sebesar 15 persen. Dengan demikian harga bayangan tenaga
kerja adalah 85 persen dari tingkat upah yang sesungguhnya. Metode ini diadaptasi dari metode yang dilakukan oleh Purmiyanti 2008 yang menganalisis
produksi dan dayasaing bawang merah. Adapun tingkat upah tenaga tidak terdidik yang diberlakukan di perkebunan Afdeling Rajamandala adalah Rp 22.600 per
HOK sesuai dengan tingkat Upah Minimum Regional yang berlaku. Oleh karena
itu harga bayangan tenaga kerjanya adalah Rp 19,210.00 per HOK. 9.
Lahan
Lahan yang digunakan dalam pertanian merupakan faktor produksi utama dan termasuk input non tradable. Harga bayangan untuk lahan Social Opportunity
Cost didekati melalui tiga cara antara lain:
a. Nilai sewa yang diperhitungkan tiap musin Gittinger 1982.
b. Pendapatan jika tanah digunakan untuk mengusahakan komoditas tanaman
alternatif terbaik. c.
Hanya 85 persen dari nilai sewa yang berlaku dengan asumsi sewa lahan privat dianggap lebih tinggi dari nilai ekonominya.
Adapun pada penelitian ini digunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan menerapkan nilai sewa lahan perkebunan yang digunakan untuk mengusahakan
komoditas lain dalam lingkup perkebunan negara di Jawa Barat.
10. Nilai Tukar shadow exchange rate
Harga bayangan nilai tukar menurut Nash dan Pierce 1981 adalah ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SERt = OERt SCFt
dimana: SCFt =
Xt + Mt Xt – TXt + Mt + TMt
Keterangan : SERt : Shadow Exchange Rate Nilai tukar bayangan tahun t Rp US
SCFt : Standart coversion factor Faktor konversi standar tahun t OERt : Official Exchange Rate Nilai tukar resmi
Xt
: Nilai ekspor Indonesia tahun t Rp Mt
: Nilai impor Indonesia tahun t Rp TMt
: Pajak impor dan bea masuk tahun t Rp Harga bayangan nilai tukar dihitung berdasarkan metode Square dan Van
der Tak, yaitu besarnya nilai ekspor tahun 2008 Xt Rp 1,310,827,813,309,640.0, nilai impor Mt Rp 1,235,986,701,560,890.0, pajak ekspor dan impor masing-
masing Rp 453,000,000,000.0 dan Rp 14,417,000,000,000.0 BPS, 2009. Pada akhirnya diperoleh nilai SER sebesar Rp 10,232.00. Tabulasi perhitungan nilai
SER dapat dilihat pada Lampiran 4. Adapun harga privat dan sosial untuk semua input dan output pengusahaan komoditas kakao di perkebunan Afdeling
Rajamandala disajikan pada Lampiran 5.
4.6. Tabulasi dan Analisis Indikator Matriks Kebijiakan 4.6.1. Analisis Dayasaing