Alat dan Bahan Metodologi Penelitian

Pemanfaatan Ekosistem lamun Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 11 …...1n 21 …...2n 21 ….2n 22 …...2n 31 …..3n 32 …..3n Gambar 5.2. Hirarki pemanfaatan ekosistem lamun di Pesisir Timur Kabupaten Bintan 5.4. Hasil dan Bahasan 5.4.1. Kondisi sosial di lokasi penelitian Lokasi penelitian ini bertempat 4 desa yang termasuk ke dalam 2 kecamatan. Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat termasuk ke dalam Kecamatan Gunung Kijang, sedangkan Desa Berakit dan Pengudang masuk ke dalam Kecamatan Teluk Sebong. Luas masing-masing desa dan jumlah penduduk di keempat desa bervariasi Tabel 5.2. Desa Malang Rapat memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan ketiga desa lainnya, Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya fasilitas kenelayanan seperti dermaga, depo bahan bakar serta perkebunan kelapa sawit di daerah tersebut. Akan tetapi kepadatan penduduk dijumpai di Desa Berakit. Jumlah nelayan yang ada juga bervariasi. Di desa Malang Rapat dan Teluk Bakau, persentasi nelayan hampir sama, yaitu 9.36 dan 9.87, sedangkan di desa Berakit persentasi nelayan adalah 21.76 dan desa Pengudang lebih kecil, yaitu 15.35 Keadaan ini menggambarkan bahwa di desa Berakit, mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai nelayan, sebaliknya di desa Pengudang, Malang Rapat dan Teluk Bakau, masyarakat lebih memilih pekerjaan lain, yaitu sebagai petani, pembudidaya serta berternak. Tabel 5.2. Nama desa dan luasannya No Nama desa Luas km 2 Kecamatan Jumlah penduduk Kepadatan orangkm 2 Jumlah nelayan 1 Teluk Bakau 112.12 Gunung Kijang 1 925 17 183 2 Malang Rapat 77.12 Gunung Kijang 2 196 28 192 3 Berakit 30.80 Teluk Sebong 1 905 62 379 4 Pengudang 77.1 Teluk Sebong 1 189 15 191 TOTAL NELAYAN 945 Sumber: Anonim 2013; Anonim 2014a, 2014b, 2014c, 2014d Aktivitas penangkapan perlu ditunjang dengan dermaga tempat pendaratan ikan. Dua dermaga masing-masing terdapat di Desa Malang Rapat dermaga Pulau Pucung dan dermaga Tanjung Keling dan Desa Teluk Bakau dermaga Ely dan dermaga MTQ. Sebaliknya di Desa Pengudang hanya memiliki 1 dermaga, akan tetapi ada 2 tempat pendaratan ikan di tepi Sungai Pengudang dan Sungai Sumpat. Di desa Berakit tidak memiliki dermaga resmi, nelayan mendaratkan ikan di dermaga milik tauke misalnya di dusun Panglong atau dermaga milik perorangan. Sarana pendukung aktivitas kenelayanan bervariasi. Depo solar hanya ada di Desa Malang Rapat, sementara Kelompok Nelayan, hanya tampak di DesaTeluk Bakau dan Malang Rapat. Koperasi Usaha Bersama Ekonomi dari Kementrian Sosial ada di keempat desa. 5.4.2. Profil nelayan tradisional Nelayan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan di ekosistem lamun. Dari total nelayan yang ada dikeempat desa yaitu 945 orang Anonim, 2013, Anonim 2014a, 2014b, 2014c, 2014d, hampir 20nya merupakan nelayan tradisional 189 orang. Dinamakan nelayan tradisional karena mereka memiliki sarana dan prasarana tangkap yang terbatas dan memiliki lokasi tangkap yang relatif sempit. Sarana untuk melaut tidak menggunakan perahu, menggunakan perahu dayung sampan atau perahu mesin dengan ukuran mesin antara 2 – 5 GT Gambar 5.3a. Alat tangkap yang digunakan adalah bubu ketam, bubu ikan, jaring ikan, jaring ketam, pancing, candit, serampang, kelong karang, dan empang Gambar 5.3b yang dioperasikan sekitar perairan ekosistem lamun reef flat, yaitu mulai dari tepi pantai sampai ke batas tubir. Menurut Satria 2002 tipe nelayan yang demikian dapat digolongkan sebagai nelayan tradisional peasant fisher karena alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga daripada investasi untuk pengembangan skala usaha. Hasil identifikasi terhadap nelayan tradisional di 4 desa, diketahui bahwa mereka terdiri dari 3 kelompok berdasarkan target tangkapan. Ikan dan sotong merupakan target tangkapan bagi 128 orang nelayan, rajungan 110 orang nelayan dan kerang-kerangan 62 orang nelayan.Umur nelayan tradisional berkisar antara 43 – 46 tahun dan profesi sebagai nelayan telah dilakukan selama 24 – 28 tahun Gambar 5.4a.. Profesi tersebut merupakan profesi yang turun temurun 63 dan hanya separuhnya 31 merupakan profesi pilihan Gambar 5.4b.. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa pada profesi turun temurun, para orang tua sudah mulai melibatkan anak-anaknya sejak usia 9 tahun, sedangkan profesi pilihan umumnya adalah para pendatang dari Flores, Bugis, Buton dan Madura.